Liputan6.com, Jakarta - Macan tutul (Panthera pardus melas), salah satu satwa penghuni Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh, Sukabumi, Jawa Barat yang diduga telah punah akibat perburuan dan perambahan, terlihat kembali di habitatnya.
Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merilis, hal itu didasarkan hasil pengamatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat pada Juli-Agustus 2016.
Berawal dari informasi dari peneliti mahasiswa dan masyarakat sekitar kawasan SM Cikepuh, serta hasil survei primata International Animal Rescue (IAR), mengungkap adanya tanda-tanda keberadaan macan tutul seperti cakaran, kotoran, dan jejak. Namun, informasi itu masih diragukan mengingat minimnya data yang tersedia.
Menjawab keraguan tersebut, BBKSDA Jawa Barat, sebagai pengelola kawasan SM Cikepuh, bersama masyarakat, IAR, dan Yayasan Harimau melakukan pengamatan untuk menguji kebenaran informasi keberadaan macan tutul tersebut.
"Pengamatan menggunakan kamera jebak pada lokasi-lokasi yang diduga menjadi wilayah jelajah, serta area tempat ditemukannya tanda-tanda keberadaan macan tutul," berdasarkan rilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diterima Liputan6.com, Rabu, 8 Februari 2017.
Hasil pengamatan selama 28 hari memperlihatkan tujuh frame video yang menunjukkan aktivitas macan tutul di SM Cikepuh. Dari video tersebut, diketahui sebanyak tiga individu merupakan macan tutul dengan pola tutul kuning, sedangkan satu individu merupakan varian tutul hitam atau yang sering dikenal dengan macan kumbang.
Baca Juga
Advertisement
Identifikasi menunjukkan keempat macan tutul tersebut sebagai individu yang berbeda. Melalui analisi sederhana, populasi macan tutul di SM Cikepuh saat ini sekitar 12 ekor. Pengamatan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui kepastian jumlah individu serta sex ratio macan tutul di kawasan ini.
Kepunahan Macan tutul secara lokal diduga akibat rusaknya 50 persen kawasan SM Cikepuh karena perambahan pada awal era reformasi 1998 – 2001 yang disertai perburuan.
Hadirnya kembali satwa itu merupakan salah satu indikator keberhasilan rehabiiitasi dan restorasi kawasan SM Cikepuh sebagai zona inti Geopark Ciletuh.
"Restorasi kawasan seharusnya bukan hanya dilakukan terhadap tumbuhan, melainkan juga terhadap satwa liar yang ada di dalamnya," kata Kepala BBKSDA Jawa Barat Sustyo Iriyono.
Sustyo menyampaikan, upaya memasukkan kembali satwa-satwa yang pernah hidup dalam kawasan (reintroduksi) merupakan program strategis kawasan yang perlu mendapat dukungan semua pihak.
Sebagai tindak lanjut hasil pengamatan ini, KLHK akan menyusun beberapa program dan rencana kerja yang disinergikan dengan program strategis kawasan lainnya, diantaranya inventarisasi macan tutul, mitigasi konflik macan tutul, pengendalian kebakaran hutan, pengembangan zona inti Geopark Ciletuh, reintroduksi satwa liar lainnya serta restorasi habitat satwa.