Liputan6.com, Mamuju Utara - Pencarian harta karun gaib yang menghebohkan warga Dusun Muara, Desa Tikke, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat masih terus dilanjutkan karena saat ini belum membuahkan hasil.
Menurut Eyang Guru Slamet Santoso, orang yang mendapat amanah untuk mencari harta karun gaib tersebut, pencarian tersebut harus dilanjutkan karena harta karun itu bernilai tinggi dan bisa untuk kemaslahatan umat dan kesejahteraan bersama bagi bangsa.
"Mimpi saya itu adalah amanah untuk kepedulian dan kesejahteraan bersama bagi bangsa. Isinya sesuai mimpi adalah harta karun yang bernilai tinggi harganya," kata Eyang Slamet, begitu ia akrab disapa, Kamis, 9 Februari 2017.
Alasan lainnya, lanjut Eyang Guru, adalah karena ada tujuh titik harta karun gaib. Amanah untuk mencarinya pun sudah lama, tetapi baru tahun ini pencarian dilaksanakan.
Eyang Guru menyatakan, jika harta karun gaib itu ditemukan, harta itu harus dikelola orang yang amanah dan dibagi secara adil kepada seluruh bangsa.
"Dalam mimpi saya itu ada tujuh titik harta karun, sudah sejak lama mimpi ini sebenarnya namun baru 2017 ini saya bisa menunaikannya," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Titik pertama harta karun itu, menurut dia, berada di bibir pantai Dusun Muara, Desa Tikke, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Di titik itu pulalah yang menjadi pintu untuk menuju kepada enam titik lainnya.
"Titik penggalian saat ini merupakan titik utama dan menjadi pintu untuk menuju ke titik-titik lain harta karun tersebut," ujar Eyang Guru.
Sementara itu, Wakapolres Mamuju Utara Kompol Mihardi menduga harta karun gaib yang disampaikan Eyang Guru merupakan peninggalan Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
Ia bahkan menduga harta karun itu adalah harta milik bangsa Indonesia yang belum sempat diambil bangsa asing pada Perang Dunia I atau Perang Dunia II.
"Amanah dalam mimpinya itu diterjemahkan kemungkinan sebagai harta milik bangsa Indonesia yang belum sempat diselamatkan bangsa asing saat Perang Dunia I atau II, atau harta peninggalan Soekarno yang diterjemahkan sebagai harta penyelamat bangsa, Wallahu alam," kata Mihardi.