Liputan6.com, New York - Harga minyak naik pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak karena para eksportir mengikuti janji untuk memotong produksi minyak untuk mengakhiri kelebihan pasokan.
Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (11/2/2017), harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Maret naik 86 sen, atau 1,6 persen ke angka US$ 53,86 per barel di New York Mercantile Exchange. Kenaikan terjadi setelah The International Energy Agency (IEA) mengeluarkan laporan mengenai produksi negara-negara yang tergabung dalam OPEC.
Sedangkan untuk harga minyak Brent, yang merupakan patokan global, ditutup naik US$ 1,07 atau 1,9 persen ke level US$ 56,70 per barel.
Baca Juga
Advertisement
The International Energy Agency melaporkan bahwa produksi dari negara-negara yang tergabung dari OPEC turun ke 32,06 juta barel per hari ada Januari kemarin. Jatuh sekitar 1 juta barel per hari jika dibandingkan dengan awal Oktober 2016.
Dalam catatan The International Energy Agency, penurunan ini merupakan salah satu yang terbesar dalam sejarah OPEC dan ini merupakan dampak dari perjanjian pengurangan produksi dengan tingkat kepatuhan hingga 90 persen.
Di awal perjanjian, sebagian besar analis sebenarnya cukup sanksi bahwa OPEC bisa menepati janji. Melihat pada pertemuan-pertemuan sebelumnya sangat sulit untuk menciptakan kesepakatan.
"Ternyata janji pemotongan produksi oleh OPEC nyata, hal tersebut mendorong kenaikan harga minyak," jelas analis energi dari Tudor, Pickering, Holt & Co kepada para klien. Sebelumnya OPEC tidak pernah menjalankan janji secara tepat.
Untuk diketahui, pada 30 November lalu OPEC sepakat untuk memangkas produksi yang dimulai pada Januari dengan besara 1,2 juta per hari. Pemotongan produksi ini untuk membatasi pasokan sehingga bisa mendorong kenaikan harga minyak.
Pada Desember, Rusia dan beberapa produsen lain di luar OPEC ikut dalam kesepakatan tersebut dan berkomitmen untuk memotong produksi sebesar 558 ribu barel per hari.
Berdasarkan perhitungan dari The International Energy Agency, pasokan minyak dunia hampir anjlok 1,5 juta barel per hari pada Januari kemarin. Arab Saudi, Qatar dan Angola memotong lebih dari yang mereka janjikan. (Gdn/Ndw)