Liputan6.com, London - Hanya dua poin yang memisahkan lima tim terbawah klasemen Liga Inggris hingga pekan ke-24. Kondisi ini menunjukkan sengitnya persaingan di papan bawah.
Ketimbang pertarungan memperebutkan gelar juara, saling sikut menghindari degradasi jauh lebih menarik mengingat ketatnya banyaknya klub yang terlibat. Saat ini, Sunderland dan Crystal Palace sama-sama mengoleksi 19 angka.
Baca Juga
Advertisement
Hull City berada dalam posisi lebih baik dengan torehan 20 poin. Sedangkan Middlesbrough, Swansea City, dan juara bertahan Leicester City memiliki 21 nilai.
Kandidat mereka yang tergusur bisa bertambah jika sejumlah tim Liga Inggris tidak segera memperbaiki diri. Nama lain yang berpotensi terseret persaingan adalah Bournemouth (26 angka), Southampton (27), Burnley (29), atau Stoke City (29).
Siapakah yang lepas dari jeratan degradasi musim ini? Para klub tersebut bisa mengambil inspirasi dari mereka yang sudah pernah melakukannya. Berikut aksi menyelamatkan diri terbaik sepanjang sejarah Liga Inggris.
Leicester City
Leicester sudah menciptakan keajaiban sebelum menduduki takhta tertinggi 2015-2016. Mereka bertahan di Liga Inggris melalui sprint di sembilan partai terakhir.
Terdampar di dasar klasemen, The Foxes defisit tujuh angka dari zona aman pada titik tersebut. Namun, dengan torehan tujuh kemenangan serta sekali imbang dan kalah, Leicester menuntaskan kampanye di peringkat 14.
Saking baiknya kinerja tersebut, Leicester berada enam angka di atas zona merah. Sebuah capaian baik bagi tim yang menduduki posisi 20 selama 19 pekan.
Advertisement
Fulham
Berada di peringkat 19, enam angka dari zona aman, dengan kompetisi 2007-2008 menyisakan lima pertandingan. Dengan catatan dua kemenangan di 13 pertandingan sebelumnya, banyak yang menyangka Fulham bakal tergusur ke Divisi Championship.
Namun kenyataan bicara lain. Mereka memenangkan empat laga, salah satunya atas Manchester City. Pada laga itu Fulham sempat tertinggal dua gol sebelum meraih kemenangan 3-2.
Pada akhirnya menempati posisi 17 klasemen akhir. Dengan raihan 36 angka, mereka unggul produktivitas gol (-22 berbanding -25) melawan Reading yang memiliki poin serupa.
West Bromwich Albion
Secara matematis, belum ada tim yang pasti terdegradasi pada partai penutup 2004-2005. West Brom (31 angka) bersaing melawan Palace (32), Southampton (32), dan Norwich City (33).
Dengan dramatis, West Brom menumbangkan Portsmouth 2-0. Di tempat lain, Palace ditahan Charlton Athletic (2-2), Southampton dikalahkan Manchester United (1-2), dan Norwich dihajar Fulham (0-6).
Alhasil, West Brom melewati ketiga tim di atas mereka. The Baggies juga menjadi tim pertama yang bertahan di Liga Inggris meski menduduki dasar klasemen pada Natal.
Advertisement
West Ham United
Kepemilikan pihak ketiga membuat status Carlos Tevez di West Ham diwarnai kontroversi. Apalagi Tevez mencetak gol tunggal kemenangan West Ham atas MU pada pekan terakhir.
Kontribusinya melengkapi aksi West Ham, yang defisit 10 angka dari 10 pertandingan, naik ke zona aman. Mereka melewati Sheffield United yang terdegradasi karena dikalahkan Wigan pada partai penutup.
Namun, sengketa tidak berhenti sampai di situ. Sheffield menggugat West Ham secara hukum terkait kasus Tevez. The Hammers akhirnya dijatuhi denda Rp 91,5 miliar dan membayar kompensasi Rp 299,5 miliar ke Sheffield. Namun mereka boleh bertahan di Liga Inggris.
Portsmouth
Manajemen klub merekrut kembali Harry Redknapp pada Desember 2005 demi membantu klub yang terdampar di zona merah. Petinggi juga membekali Redknapp dana belanja di bursa transfer.
Redknapp merekrut Benjani Mwaruwari, Noe Pamarot, Pedro Mendes, Sean Davies, Andres D'Alessandro, dan Wayne Routledge. Kontribusi mereka dibutuhkan karena Portsmouth berada delapan angka di luar zona aman saat kompetisi menyisakan 10 pertandingan.
Usaha klub tidak sia-sia. Portsmouth mengalahkan Man City, West Ham, Fulham, West Bromwich, Sunderland, dan Wigan. Plus hasil imbang melawan Arsenal dan Blackburn Rovers, Pompey menuntaskan kompetisi di posisi 17.
Advertisement