Sinyal Pemotongan Pajak AS Kuat, Rupiah Kembali Tertekan

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.321 per dolar AS hingga 13.339 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Feb 2017, 13:45 WIB

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah tetapi tetap di kisaran Rp 13.300 per dolar AS pada perdagangan Senin pekan ini. Dolar AS terus menguat seiring sinyal dari Presiden AS Donald Trump untuk merealisasikan kebijakan pemotongan pajak.

Mengutip Bloomberg, Senin (13/2/2017), rupiah dibuka di angka 13.335 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.312 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.321 per dolar AS hingga 13.339 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah masih mampu menguat 1,07 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank SPot Dollar rate, rupiah dipatok di angka 13.330 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 13.318 per dolar AS.

Nilai tukar dolar AS melanjutkan penguatan yang telah dibukukan pada pekan lalu. Data ekonomi AS terus menunjukkan perbaikan. Angka pengangguran turun pada minggu lalu ke posisi terendah dalam hampir 43 tahun.

Selain itu, Donald Trump dalam pertemuan dengan pejabat eksekutif beberapa maskapai penerbangan dan menyatakan bahwa pemerintah AS akan mempercepat keluarnya aturan soal pemotongan pajak.

"Pasar menyukai gagasan reformasi pajak," ujar Chris Weston, Kepala Strategi Pasar IG di Melbourne, dalam sebuah catatan.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, defisit neraca transaksi berjalan anjlok ke hanya 0,8 persen terhadap PDB di kuartal IV 2016 dari 1,9 persen, menandakan efek pelebaran surplus dagang yang terdorong kenaikan harga komoditas.

Tren penurunan ini akan mendorong penguatan rupiah dalam jangka panjang. Akan tetapi, isu inflasi masih akan memberikan sentimen negatif ke rupiah.

"Rupiah hari ini tertekan yang selain akibat penguatan dolar AS juga sentimen pilkada DKI Jakarta," jelas dia. (Gdn/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya