Liputan6.com, Rantau - Informasi cabai rawit Hiyung asal Desa Hiyung, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, yang memiliki rasa 17 kali lipat lebih pedas dibanding cabai rawit biasa kini telah mendunia.
Camat Tapin Tengah Rini Yusnita mengatakan, sejak beberapa pekan terakhir, dia banyak kedatangan tamu dari dalam maupun luar negeri untuk melihat langsung pengembangan cabai Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah.
"Kini gara-gara cabai Hiyung, daerah kami menjadi lebih dikenal seantero Nusantara, bahkan mendunia," kata Rini, di Rantau, dilansir Antara, Senin, 13 Februari 2017.
Para tamu yang datang dari berbagai daerah dan instansi strategis itu mengaku penasaran dengan pemberitaan yang menyebutkan adanya cabai terpedas di Indonesia ini.
Kunjungan tersebut antara lain dari Kementerian Pembangunan Desa (Kemendes) melalui Kepala Balai Latihan Masyarakat. Mereka hendak mengetahui dan merasakan pedasnya cabai hiyung, dan berjanji memberikan pelatihan keterampilan bagi petani cabai.
"Pelatihan mengelola produksi cabai pascapanen tersebut, seluruhnya akan dibiayai oleh balai," kata Rini.
Selain itu, kunjungan dari "Students From Croatia" yang juga penasaran atas pemberitaan di berbagai media massa tentang pedasnya cabai Hiyung.
Ada pula kunjungan dari gabungan CSR dari Yayasan Dharma Bhakti, PT PAMA, PT Kalimantan Prima Persada (KPP), dan PT Prima Multi Mineral melalui LPB Banua Prima Persada. Mereka bahkan memberikan bantuan berupa mesin pembuat serbuk cabai dan lemari penyimpanan serbuk.
Untuk meningkatkan kemampuan petani, kata Rini, perwakilan kelompok tani akan dibawa ke balai pelatihan Bogor pada Maret 2017. "Keberhasilan ini berkat dukungan seluruh instansi pemerintah, khususnya Dinas Pertanian sehingga cabai Hiyung menjadi rujukan semua pihak," kata dia.
Sebelumnya, Bupati Tapin Arifin Arpan mengatakan, cabai rawit dengan cita rasa sangat pedas tersebut hanya tumbuh di desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah, sehingga cabai tersebut diberi nama cabai Hiyung.
Baca Juga
Advertisement
"Saat cabai tersebut kita tanam di tempat lain, rasanya menjadi kurang pedas, bahkan cenderung tidak pedas, ini sangat aneh," kata Arifin.
Begitu ditanam di Desa Hiyung, rasa pedasnya menjadi berkali lipat dibanding cabai biasa. Cabai Hiyung tersebut kini menjadi andalan komoditas Kabupaten Tapin yang banyak diburu oleh pedagang baik dari daerah maupun luar daerah.
Berdasarkan penelitian, cabai yang dikembangkan oleh petani desa Hiyung tersebut memiliki tingkat kepedasan hingga 94.500 ppm atau setara dengan 17 kali lipat dari cabai biasa.
Cabai Hiyung pertama kali ditanam oleh Subarjo (40), 23 tahun lalu, tepatnya pada 1993 dengan membawa bibit dari gunung sebanyak 200 bibit. Selain rasanya yang pedas, cabai Hiyung juga memiliki keunggulan yaitu daya penyimpanan yang tahan lama yakni 10 hari pada suhu ruangan normal.
Tercatat dari 420 kepala keluarga (KK) yang berada di Desa Hiyung, sebanyak 85 persen bekerja sebagai petani cabai. Rasa pedas yang dihasilkan cabai Hiyung diduga karena keasaman tanahnya.
Kini, Pemkab Tapin telah mengembangkan 200 hektare lahan untuk tanaman cabai Hiyung di daerah tersebut.
Pengembangan tersebut, sesuai dengan terdaftarnya varietas tanaman lokal dari Kementerian Pertanian RI dengan Nomor 09/PLV/2012 tanggal 12 april 2012. Pemerintah Kabupaten Tapin bertanggung jawab atas perkembangan dan pembudidayaannya sehingga cabai Hiyung tidak hilang.