Liputan6.com, Jakarta - Untuk meredam hoax atau informasi palsu dibutuhkan kerja sama semua pihak, termasuk dari masyarakat yang menjadi target pembaca. Masyarakat diminta lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima, sehingga tidak terkecoh hoax.
"Hoax itu sengaja dibuat untuk menggiring opini publik, sehingga memang dibutuhkan literasi digital dari masyarakat, supaya mereka bisa kritis setiap kali menerima informasi dan mencari referensi untuk mengetahui kebenaran informasi tersebut," ungkap Ketua Masyarakat Telematika (Mastel), Kristiono, saat ditemui di kawasan Jakarta, Senin (13/2/2017).
Baca Juga
Advertisement
Kristiono pun menekankan aspek peningkatan literasi digital, agar masyarakat bisa memahami dan menganalisis sendiri secara benar semua informasi yang mereka terima.
Peningkatan literasi mayarakat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti peran aktif pemerintah, pemuka masyarakat dan komunitas, untuk mempermudah akses terhadap sumber informasi yang benar atas setiap isu hoax, melakukan edukasi sistematis dan berkesinambungan, serta tindakan hukum efektif bagi penyebarnya. Literasi di sini maksudnya adalah kemampuan untuk memahami dan menganalisis suatu hal.
"Jadi untuk meredam hoax ini, semua pihak harus bekerja sama, bukan hanya pemerintah, pemuka masyarakat dan komunitas. Dengan adanya sumber-sumber informasi untuk jadi pedoman, masyarakat bisa bersikap secara kritis terhadap berita yang mereka terima," sambungnya.
Lebih lanjut, ia juga berharap media sosial, aplikasi pesan singkat, dan media arus utama (mainstream), bisa ikut bertanggung jawab atas semua informasi yang disalurkan. "Kami berharap bukan hanya menyalurkan, tetapi mereka juga dapat menyaring informasi dengan benar sehingga yang dihasilkan bisa bebas dari hoax, serta bisa memberikan peringatan soal hoax agar masyarakat lebih waspada," tutur Kristiono.
(Din/Why)