Liputan6.com, Palembang - Lima nelayan kapal Mesir dikabarkan tenggelam setelah kapal mereka diterjang ombak tinggi saat mengarungi Sungai Dinding Sembilang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Sabtu siang, 11 Februari 2017.
Kelima nelayan yang dikabarkan tenggelam bernama Riki (32), Bedul (30), Jokyan (50), Martin (16), dan Umar (38). Hanya satu ABK, yakni Jamil (45), yang berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke tepi perairan.
Dengan mendapatkan informasi, tim Dit Polair Polda Sumsel, Sat Polair Banyuasin, TNI Angkatan Laut, Basarnas, dan nelayan setempat langsung turun tangan membantu mencari korban. Karena cuaca tidak mendukung, pencarian nakhoda dan para ABK akhirnya dihentikan sementara.
Tiba-tiba, personel Sat Polair Banyuasin mendengar bahwa kelima korban tenggelam tersebut sudah ada di rumah. Untuk memastikannya, tim Polres Banyuasin langsung mendatangi satu per satu rumah korban.
Menurut Kapolres Banyuasin AKBP Andri Sumardani, sekitar pukul 14.30 WIB para tim dikerahkan untuk mendatangi rumah para korban dan memang benar korban tenggelam tersebut sudah ada di rumah masing-masing.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka ternyata sempat terombang-ambing di lautan, tapi mereka berusaha untuk berenang ke tepi perairan dan langsung pulang ke rumah," ujar Andri kepada Liputan6.com, Senin, 13 Februari 2017.
Namun, nelayan yang hilang setelah tabrakan maut antara kapal tongkang TB Santika 88 dan kapal nelayan pada Kamis, 9 Februari 2017, ditemukan dalam kondisi tewas pada Minggu siang, 12 Februari 2017, sekitar pukul 14.00 WIB.
Tubuh korban ditemukan oleh petugas Sat Polair Polres Banyuasin mengambang di Perairan Air Salek, anak Sungai Musi, di Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Petugas langsung mengevakuasi tubuh nelayan ke daratan dan langsung dibawa ke rumah sakit daerah Banyuasin.
"Petugas menemukan tubuh korban sekitar 20 mil dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Sungai Sembilang. Korban atas nama Ajedin, usia 35 tahun dan tercatat sebagai warga Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumsel," ujar Andri.