Liputan6.com, Cirebon - Sejumlah warga Desa Kaliwadas, Blok Tukmudal Cantil, Kelurahan Kaliwadas, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, digegerkan dengan temuan dua makam keramat di sekitar Balong Tukmudal Awal Tirta Kencana Biru.
Makam tersebut disinyalir petilasan Ki Syekh Danuwarsi dan Pangeran Walangsungsang yang merupakan putra Prabu Siliwangi. Makam yang ditemukan pada pertengahan Januari tersebut sebelumnya berada dua meter di dalam tanah.
"Makam ini baru kita angkat dan ditemukan setelah peresmian situs Balong Tukmudal Awal dengan Keraton Kanoman Cirebon," kata pendamping Sultan Kanoman Cirebon ke-12 Raja Moch Emirudin, Elang Aji Nurasa, Senin, 13 Februari 2017.
Elang Aji mengatakan, makam tersebut sengaja digali dan diangkat berdasarkan cerita warga setempat. Menurut Aji, warga selalu mencari tahu kebenaran cerita terkait keberadaan makam keramat itu.
Maka itu, dia bersama warga berinisiatif menggelar ritual dan doa bersama memohon petunjuk keberadaan makam tersebut. "Alhamdulillah diberi petunjuk Allah dan makam kami temukan," sebut dia.
Dalam temuan tersebut, dua makam hanya berisi petilasan dari dua tokoh besar pendiri Cirebon. Keberadaan makam ini juga tidak lepas dari sejarah awal mula terbentuknya Cirebon.
Dia menuturkan, Syekh Danuarsi dan Pangeran Walangsungsang merupakan salah satu tokoh besar Cirebon pada abad 11 dan 12 Masehi. Pada saat itu, masyarakat di Desa Tukmudal Awal belum mengenal ajaran Islam secara utuh.
Pangerang Walangsungsang, kata dia, saat itu tengah berguru ilmu kebatinan dengan Syekh Danuarsi. Di tengah perjalanan, Syekh Danuarsi meminta Pangeran Walangsungsang memperdalam ajaran Islam yang sempurna.
Baca Juga
Advertisement
Mengikuti perintah gurunya, Walangsungsang bertemu Syekh Nurjati dan belajar memperdalam agama Islam. "Pangeran Walangsungsang di masyarakat kita dikenal dengan sebutan Mbah Kuwu Cirebon. Makam ini feeling saya terdapat banyak pusaka hanya masih gaib dan belum dapat ditemukan," ujar dia.
Singkat cerita, setelah belajar dan menemukan Islam sejati, Walangsungsang kembali ke Desa Tukmudal Awal untuk mengislamkan masyarakat padukuhan. Ia mengislamkan warga Padukuhan di bawah Pinayung Layang Kalimusada (musala) sebagai tempat mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi tempat ibadah warga desa.
"Saat itu juga, Walangsungsang dan Syekh Danuwarsi memperoleh Islam yang sempurna dan meninggalkan tradisi Budha-nya. Di samping makam juga ada musala yang kami yakini seusia dengan makam yang sudah kami temukan. Ke depan akan kami bangun musala juga," kata Aji.
Selain menjadi situs sejarah, temuan makam dan musala juga bermakna filosofis. Aji menuturkan, keberadaan situs baru ini memaknai agar manusia tidak tinggi hati.
"Keberadaan situs ini mengingatkan kita agar manusia tidak lupa dengan penciptanya karena nanti juga akan meninggal. Jadi, semasa hidup agar tidak lupa menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan yang diajarkan oleh Islam," tutur dia.
Sementara itu, Juru Kunci Sumur Tukmudal Awal, Syafrudin menuturkan, temuan situs ini agar tidak dijadikan tempat untuk berzikir, ibadah maupun Itikaf. Sebab ini hanya situs yang menjadi bagian dari sejarah Cirebon.
"Jadi kami berharap agar makam tersebut dimuliakan, apalagi di samping makam ada musala, jadi akan kami manfaatkan dengan baik sesuai ajaran Islam," ujar dia.
Dia mengaku sudah berunding bersama warga setempat untuk menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah Cirebon. Dia juga menginginkan agar siapapun yang berkunjung tidak menjadikannya sebagai tempat pemujaan.
"Siapapun yang akan mengunjungi makam ini agar selalu mengingat kita pasti juga akan meninggal," ujar Syafrudin.