Antasari Azhar: Saya Siap Mati Sebut Hary Tanoe Utusan Cikeas

Antasari Azhar mengaku siap menerima apa pun yang terjadi setelah buka-bukaan terkait dugaan rekayasa kasusnya.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 14 Feb 2017, 15:11 WIB
Mantan Ketua KPK Antasari Azhar. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar buka-bukaan terkait dugaan rekayasa atas kasusnya. Ia mengaku siap menerima apa pun yang terjadi pada dirinya.

Antasari mengaku pada malam hari sekitar Maret 2009, ia didatangi seorang pengusaha yang belakangan diketahui Hary Tanoesoedibjo. Antasari menjelaskan, kedatangan Hary Tanoe yang juga Ketua Umum Partai Perindo itu merupakan utusan dari Cikeas, yakni SBY, yang kala itu masih menjadi Presiden Indonesia.

"Dan saya ngomong hari ini, saya bicara hari ini, saya mati, saya siap. Saya tidak peduli, ya, itu tolong dicatat. Tapi saya harus bicara ini. Kalau saya mati, ini jadi misteri kan. Ini saya bicara," tegas dia.

Hal itu disampaikan Antasari Azhar dalam keterangan persnya di Direskrimum Bareskrim Mabes Polri, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2017).

Antasari datang ke Bareskrim ditemani pengacaranya Boyamin Saiman dan Andi Syamsudin, adik mantan bos PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen. Kedatangan Antasari terkait adanya SMS palsu dalam kasusnya.

Antasari mengaku sudah memberikan apa yang ia rasakan dan simpan selama sekain tahun. Karena itulah, ia mengaku datang ke Bareskrim Mabes Polri.

"Selesai itu saya ada kegiatan, dan mungkin saya akan kembali ke rumah nanti malam, dan bagaimana pun apakah rekan wartawan bisa jaga keamanan saya? Ndak kan, ya sudah, saya jaga keamanan saya sendiri," beber dia.

Sebelumnya Antasari Azhar buka-bukaan terkait adanya dugaan rekayasa kasusnya. Hal itu terkait kedatangan Hary Tanoesoedibjo ke kediamannya. Antasari menjelaskan, kedatangan Hary Tanoe membawa pesan dari Cikeas agar Ketua KPK itu tidak menahan Aulia Pohan.

Ketika itu, Aulia Pohan menjadi tersangka kasus penarikan dana Rp 100 miliar dari Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI). Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia itu juga merupakan besan SBY.


Respons Demokrat dan Pihak Hary Tanoe

Sekretaris Fraksi Demokrat Didik Mukrianto menilai tudingan itu tidak mendasar. Dia mengatakan logika Antasari telah dipatahkan oleh putusan hukum dari pengadilan tingkat pertama hingga Mahkamah Agung.

"Sungguh tidak mendasar apa yang disampaikan oleh Antasari terkait ocehan kriminalisasi terhadap dirinya. Logika kriminalisasi terhadap dirinya mutlak terpatahkan dengan proses serta keputusan hukumnya, di mana mulai pengadilan tingkat pertama, banding, kasasi dan juga peninjauan kembali, keputusannya saling menguatkan," tulis Didik dalam pesan singkat kepada Liputan6.com.

Menurut dia, opini yang dibangun Antasari soal kriminalisasi berbanding terbalik dengan putusan pengadilan.

"Antasari Azhar tentu paham dan tahu bahwa hukum dan kekuasaan yudikatif adalah independen dan tidak boleh diintervensi dan diinviltrasi oleh kekuatan manapun. Tentu tuduhan kriminalisasi tersebut bisa dianggap sebagai pelecehan serius terhadap konstitusi dan hukum serta segenap lembaga yudikatif yang Independen dan bebas dari intervensi," Didik menjelaskan.

Sementara Sekretaris Jenderal Partai Perindo Ahmad Rofiq menilai, pernyataan Antasari Azhar yang menuding Hary Tanoesoedibjo ada di balik kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen adalah bagian dari balas dendam politik. Bahkan dia menyebut, Antasari tengah mengalihkan isu Pilkada DKI Jakarta yang berlangsung besok.

"Ini bagian dari pengalihan isu, kami tidak tahu besok mau ada apa sampai ada skenario seperti ini. Ini bagian dari politik balas dendam, bagaimana Antasari Azhar membalas SBY terus menerus," kata Rofiq saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (14/2/2017), di Jakarta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya