Mengenal Truntum, Motif Batik Bermakna Kasih Sayang dan Kesetiaan

Mengenakan dan memberikan batik Truntum jadi salah satu cara orang Indonesia dalam merayakan Hari Kasih Sayang.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 14 Feb 2017, 18:00 WIB
Mengenakan dan memberikan batik Truntum jadi salah satu cara orang Indonesia dalam merayakan Hari Kasih Sayang.

Liputan6.com, Jakarta Tiap negara punya cara unik untuk mengungkapkan rasa cintanya di Hari Kasih Sayang. Di Australia misalnya, sebagian masyarakat menjadikan patung sapi berwarna putih dan pink berpasangan sebagai penanda perayaan. Lain halnya dengan di Filipina, negeri ini selalu menggelar pernikahan massal. Bagaimana dengan Indonesia? Berbagai cara dilakukan untuk mengungkapkan rasa kasih sayang, salah satunya dengan memberikan cokelat yang merepresentasikan ungkapan kasih sayang.

Namun Sobat Budaya, komunitas pemuda yang berupaya melestarikan budaya tradisional Indonesia melalui gerakan sejuta data budaya, punya cara yang beda. Mereka mengungkapkan rasa kasih sayang dengan memberikan dan mengenakan batik truntum.

Nama “Truntum” sendiri diambil dari asal kata bahasa Jawa, yaitu “Taruntum” yang artinya tumbuh kembali atau bersemi kembali atau semarak kembali. Truntum merupakan gambaran serupa kuntum, yaitu kembang di langit yang bentuknya digambarkan serupa kembang tanjung. Motif batik yang kerap digunakan pengantin Jawa ini bercerita tentang harapan akan kesetiaan yang harmonis. Filosofi ini sering dinarasikan pula sebagai hubungan spiritual persona Jawa dengan Tuhannya.

Siti Wulandari, Ketua Umum Sobat Budaya Indonesia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (14/2/2017) mengatakan, “Batik truntum punya cerita sejarah yang panjang. Diawali pada Abad 18, Ratu Kencana merasa diabaikan oleh Sunan Pakubuwana III Surakarta Hadiningrat. Kisahnya saat itu diceritakan Sunan memiliki selir baru di keraton. Ratu Kencana merasa cemburu. Saat kesepian, Ratu Kencana mulai melukis, lukisannya menggambarkan bintang dan bunga tanjung yang senantiasa setia menemaninya. Gambar ini kemudian diimplementasikan di atas kain berwarna biru gelap langit malam.”

Lebih jauh dirinya mengatakan, motif batik ini menjadi ekspresi rasa dari sang Ratu untuk mengisi kekosongan dan kehampaan hatinya ketika diabaikan Sunan.

“Dari cerita itu berlanjut, suatu malam sang Sunan melihat ratu yang sedang membatik, dan hatinya tersentuh kembali. Rasa kasih sayang dan cinta bersemi kembali di hati sang Sunan. Dan jadilah batik Truntum yang kita kenal sekarang, yang berarti semarak kembali,” ungkap Wulan.

Meski kisah tersebut telah terjadi sangat lampau, namun spirit batik Truntum masih sangat relevan jika dikaitkan dengan Hari Valentine. Batik Truntum bukan hanya sekadar motif, batik ini menjadi simbol kekinian yang merepresentasikan kesetiaan, kasih sayang, dan harmonisasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya