Liputan6.com, Jakarta - Kematian adalah fenomena yang paling tidak bisa dijelaskan yang akan dialami dalam kehidupan. Ada berbagai pendapat tentang apa yang akan terjadi ketika seseorang meninggal dunia.
Misalnya, ke mana jiwa atau nyawa pergi? Beberapa orang merasa punya jawabnya, walau ada juga yang tidak tahu sama sekali.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Therichest.com pada Selasa (14/2/2017), manusia adalah spesies yang langka karena melakukan kedukaan setelah seseorang meninggal dunia, misalnya melalui perkabungan, doa, dan perasaan kepedihan.
Ada beberapa cara berduka yang terdengar tidak biasa menurut pandangan masa kini, seperti 12 praktik yang disarikan berikut:
1. Membalik Tulang
Praktik membalik tulang di Madagaskar ini dikenal dengan "famadihana". Kerabat membongkar kuburan seseorang dan menggelar berpesta besar bersama jasad mendiang.
Perayaan berlangsung tiap 5 tahun hingga jasad telah benar-benar meluruh, sehingga tidak digali lagi karena dianggap arwahnya sudah pergi. Memang terdengar traumatis, tapi pestanya dilakukan dengan jasad yang terbungkus.
2. Menyapu Makam
Menyapu makam merupakan praktik di Toraja, Indonesia, dan pada dasarnya mirip dengan pembalikan tulang di Madagaskar. Di Toraja, para kerabat mendatangi makam, mengambil jasad, lalu membersihkan baik kuburan maupun jasad tersebut.
Kadang-kadang, pakaiannya diganti dan rambut tersisa dirapihkan. Kemudian, diberi bunga dan hiasan. Bisa juga ada pesta kecil, lalu kemudian jasadnya kembali ke makam.
Selfie Bersama Jasad
3. Fotografi Orang Mati
Fotografi orang mati cukup lazim pada masa era Victoria Inggris ketika kamera tidak sebanyak sekarang dan proses foto berlangsung lama serta mahal.
Dengan demikian, jarang ada anggota keluarga yang memiliki foto seseorang yang mereka cintai karena sudah terlanjur meninggal dunia.
Dengan demikian, foto seseorang yang sudah meninggal mungkin merupakan foto satu-satunya para anggota keluarga bersama orang itu. Seringkali, anak-anak dan balita menjadi obyek foto karena angka kematian anak dan balita yang jauh lebih tinggi daripada sekarang.
Biasanya mudah mengenali foto orang yang sudah mati ketika dikelilingi oleh kerabat karena mereka yang masih hidup cenderung bergerak-gerak ketika proses foto dilakukan. Pada zaman itu, proses pengambilan foto lebih lama daripada sekarang.
4. Peti Mati Tergantung
Proses penggantungan peti mati lazim bagi beberapa budaya berbeda, tapi terutama dilakukan di China. Dalam praktiknya, peti mati digantungkan dari tebing. Ada pasak-pasak di sisi tebing untuk memegang peti mati itu.
Mereka percaya bahwa penempatan jasad di tempat yang lebih tinggi akan membantu mendekati angkasa dan lebih aman dari hewan dan gangguan lain.
Beberapa budaya juga mengumpulkan air yang mengumpul dalam peti mati dan membasuhkannya ke seluruh tubuh agar merasa lebih dekat dengan yang sudah meninggal.
5. Amputasi Jari
Ritual yang sekarang sudah dilarang ini dulunya lazim di kalangan suku Dani di Papua Nugini. Anggota suku memotong jari-jari mereka ketika ditinggal mati orang yang dicintai sebagai simbol kepedihan dan penderitaan ketika kehilangan. Ritual itu juga dianggap mengusir roh-roh jahat.
Untuk memotong sebuah jari, pelaku mengikatkan tali dengan ketatnya pada jari yang akan dipotong. Kemudian seorang anggota keluarga akan mengirisnya dengan kapak dan mengeringkan lukanya. Pemotongan dilakukan setiap ada anggota keluarga dekat yang meninggal dunia.
6. Endokanibalisme
Kanibalisme adalah praktik mengerikan ketika seseorang menyantap manusia lain. Tapi, tidak mengerikan bagi sejumlah budaya karena menyantap jasad seseorang yang dicintai adalah cara terbaik untuk mengibur kedukaan. Hal demikian disebut endokanibalisme.
Praktik itu tidak khas hanya untuk satu budaya tertentu, karena ditemukan terjadi di berbagai budaya dan suku di seluruh dunia. Bagi sejumlah orang, cara terbaik mengucapkan selamat tinggal adalah dengan memotong-motong jasad, memakannya, dan mencernanya.
Hal itu menjadi cara pemanfaatan terbaik suatu jasad sekaligus menyerap apa yang tersisa.
7. Makam Langit
Makam langit adalah praktik lazim di kalangan penganut Buddha di Tibet. Jasad seseoreng di bawah ke puncak pegunungan, di tempat terbuka dan dibiarkan meluruh di bawah matahari sekaligus menjadi santapan bagi hewan-hewan buas terutama burung-burung.
Burung-burung itu kemudian terbang ke tempat-tempat jauh dan menebarkan bagian-bagian jasad ke beberapa tempat yang berbeda.
Bagi beberapa budaya, ketika burung dan hewan luar menyantap kulit dan bagian dalam seseorang dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari. Tapi, dalam beberapa agama, tubuh ini hanyalah kendaraan atau 'sarana' bagi jiwa yang kegunaannya tidak diperlukan lagi ketika nyawa sudah meninggalkannya.
Advertisement
Budak Seks Dibakar Hidup-hidup
8. Bangsa Viking dan Budak Malang
Bangsa Viking digambarkan sebagai bangsa yang cukup brutal, bahkan pemakamannya pun ekstrem. Ketika Pimpinan suku meninggal dunia, warga segera menguburkannya.
Lalu, selama 10 hari, mereka mempersiapkan pakaian yang akan dipakai dan sesajian ayam dan ternak lain yang akan dikremasi bersamanya.
Setelah 10 hari, mereka menggali jasadnya dan mempersiapkan satu atau dua budak yang biasanya wanita untuk dikremasi bersama agar membantu Pimpinan di kehidupan kemudian. Selama 10 hari penantian itu jugalah budak-budak tersebut melayani seks warga suku sebagai bentuk kecintaan kepada sang Pimpinan.
Pada akhirnya, budak-budak itu dibakar hidup-hidup ketika dilakukan kremasi terhadap jasad sang Pimpinan.
9. Pemakaman Tengkorak
Ini adalah salah satu praktik yang hanya dilakukan di suatu desa di pulau Kiribati. Jasad seseorang yang meninggal dikubur di depan rumah dan selama beberapa bulan ke depan, setelah jasad sudah cukup meluruh, warga menggali lagi kuburan itu untuk mengambil tengkoraknya.
Tengkorak itu kemudian dibersihkan dan dipoles, lalu disuguhi sesajian dan tembakau, lalu ditaruh di tempat tertinggi dalam rumah.
10. Mumifikasi Diri
Praktik ini pernah lazim di kalangan para rahib Buddha di Jepang. Ritual itu melibatkan 3000 hari pelatihan dan pada dasarnya membiarkan rahib itu kelaparan. Ia bahkan meminum cairan yang membuatnya muntah.
Ketika tiba waktunya, ia akan duduk dalam makam dalam keadaan hampir kedap dan hanya menyisakan sedikit celah untuk udara. Rahib itu duduk melantunkan doa terus menerus sambil mendentingkan bel.
Setelah semua dentingan berhenti, orang yang di luar menganggap ia sudah mati dan menutup makamnya. Tiga tahun kemudian, makam dibuka untuk memastikan.
11. Totem Kematian
Tiang totem sebagai praktik lazim suku-suku pribumi di barat daya Amerika biasanya menjadi simbol keindahan kehidupan seseorang. Tapi ada satu jenis yang menyeramkan, yaitu tiang totem kematian.
Pada tiang itu, diukirkan lubang pada tiang, lalu jasad pemimpin dijejalkan ke dalam. Karena lubangnya biasanya terlalu sempit, maka jasad dipukuli hingga lunak dengan menggunakan tongkat kayu.
12. Mencederai Diri
Dalam banyak budaya sepanjang sejarah, bahkan dalam beberapa budaya Barat di masa kini, kegunaan wanita hanyalah untuk melayani pria. Karena itu, ada banyak orang berpendapat bahwa, ketika suami meninggal dunia, maka tugas seorang istri sudah selesai dan tak ada gunanya untuk terus hidup.
Dengan demikian, dalam beberapa budaya, istri pun dibakar hidup-hidup ketika jasad suaminya dikremasi. Hal itu dipandang sebagai membunuh diri demi pengorbanan. Banyak yang meyakini bahwa wanita itu terus melayani suaminya di kehidupan kemudian.
Yang mengerikan, bahkan ketika pada detik terakhir istri itu masih berpikir untuk terus hidup, ia bisa tetap dipaksa dan diikat untuk kemudian dilemparkan ke dalam api pembakaran suaminya.