Liputan6.com, Jakarta - Hidup dan mati memang seseorang di tangan Tuhan, termasuk para nelayan ini. Namun, berjuang untuk lolos dari maut perlu digarisbawahi sendiri.
Baca Juga
Advertisement
Seperti cerita 10 nelayan ini. Mereka berjuang dan bertahan hidup di laut usai perahu mereka dihantam ombak besar dan karam.
Tanpa makanan, minuman, terombang-ambing ombak besar, mereka membuktikan mukjizat itu ada. Beberapa hari kemudian mereka ditemukan selamat, meski dalam keadaan kepayahan.
Selama kurun waktu dua bulan terakhir ini, Liputan6.com mencatat ada 10 nelayan dalam tiga kisah berbeda. Mereka benar-benar berjuang hidup dan lolos dari maut di laut.
Tiba-Tiba di Rumah
Lima nelayan kapal Mesir dikabarkan tenggelam setelah kapal mereka diterjang ombak tinggi saat mengarungi Sungai Dinding Sembilang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Sabtu siang, 11 Februari 2017.
Kelima nelayan yang dikabarkan tenggelam bernama Riki (32), Bedul (30), Jokyan (50), Martin (16), dan Umar (38). Hanya satu ABK, yakni Jamil (45), yang berhasil menyelamatkan diri dengan berenang ke tepi perairan.
Dikabarkan Tenggelam, Tiba-Tiba ada di Rumah
Dengan mendapatkan informasi, tim Dit Polair Polda Sumsel, Sat Polair Banyuasin, TNI Angkatan Laut, Basarnas, dan nelayan setempat langsung turun tangan membantu mencari korban. Karena cuaca tidak mendukung, pencarian nakhoda dan para ABK akhirnya dihentikan sementara.
Tiba-tiba, personel Sat Polair Banyuasin mendengar bahwa kelima korban tenggelam tersebut sudah ada di rumah. Untuk memastikannya, tim Polres Banyuasin langsung mendatangi satu per satu rumah korban.
Menurut Kapolres Banyuasin AKBP Andri Sumardani, sekitar pukul 14.30 WIB para tim dikerahkan untuk mendatangi rumah para korban dan memang benar korban tenggelam tersebut sudah ada di rumah masing-masing.
"Mereka ternyata sempat terombang-ambing di lautan, tapi mereka berusaha untuk berenang ke tepi perairan dan langsung pulang ke rumah," ujar Andri kepada Liputan6.com, Senin, 13 Februari 2017.
Namun, nelayan yang hilang setelah tabrakan maut antara kapal tongkang TB Santika 88 dan kapal nelayan pada Kamis, 9 Februari 2017, ditemukan dalam kondisi tewas pada Minggu siang, 12 Februari 2017, sekitar pukul 14.00 WIB.
Tubuh korban ditemukan oleh petugas Sat Polair Polres Banyuasin mengambang di Perairan Air Salek, anak Sungai Musi, di Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Petugas langsung mengevakuasi tubuh nelayan ke daratan dan langsung dibawa ke rumah sakit daerah Banyuasin.
"Petugas menemukan tubuh korban sekitar 20 mil dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Sungai Sembilang. Korban atas nama Ajedin, usia 35 tahun dan tercatat sebagai warga Sungsang, Kabupaten Banyuasin, Sumsel," ujar Andri.
Advertisement
Hidup Usai 3 Hari Diombang-Ambing Ombak
Basarnas Ternate berhasil menemukan salah seorang nelayan yang hilang saat melaut. Nelayan itu bersama rekannya dikabarkan hilang sejak Minggu 8 Januari 2017.
Kepala Sub Seksi Operasi SAR Ternate Djunaidi mengatakan, nelayan yang ditemukan itu bernama Hanung, warga Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, Maluku Utara. Nelayan bernama Hanung tersebut berhasil survive selama tiga hari terombang-ambing di laut.
"Korban Hanung terapung-apung di Rompong sejauh tiga mil arah selatan perairan Jambula dalam keadaan selamat," kata Djunaidi, Selasa 10 Januari 2017.
Nelayan 31 tahun asal Harabisa, Sanger Talau itu ditemukan mengapung oleh Yusmin, salah seorang nelayan Kelurahan Jambula, Kecamatan Ternate Pulau, di tengah laut.
"Info ditemukan nelayan yang hilang ini dari bapak Yusmin," ucap dia.
Meski Hanung berhasil ditemukan selamat, namun satu rekannya tidak berhasil ditemukan.
Sementara operasi oleh Basarnas Ternate terhadap korban sudah resmi ditutup. Seluruh unsur SAR yang terlibat juga telah kembali.
Selamat dari Gulungan Ombak
Cuaca ekstrem yang terjadi di Bengkulu dalam tiga hari terakhir tidak menyurutkan langkah empat nelayan warga Desa Sungai Hitam, Kabupaten Bengkulu Tengah. Akibat terlalu nekat menerobos hujan badai, satu unit kapal nelayan terjungkal digulung ombak.
Empat orang nelayan yang berada diatas kapal terdiri atas Junai, Buyung, Deni dan Unjuik terjun bebas ke laut dan tergulung ombak Samudra Hindia setinggi 3 meter. Namun saat kejadian, satu unit kapal pariwisata yang dikemudikan Edi Betok melintas dan langsung menolong dengan melempar pelampung.
Satu per satu nelayan itu dinaikkan ke atas kapal. Setelah badai besar lewat, mereka lalu mengejar kapal yang sudah dalam kondisi terbalik dan dapat ditarik ke pesisir Pantai Malabero.
Kepada Liputan6.com, Junai, salah seorang nelayan yang digulung ombak mengaku sengaja turun melaut karena desakan ekonomi. Sudah beberapa hari ini, mereka tidak mencari ikan tetapi harus menafkahi keluarganya.
"Terpaksa kami melaut, jika tidak dipaksa mau makan apa keluarga kami," ungkap Junai di Bengkulu, Kamis (5/1/2017).
Kapolsek Teluk Segara Kota Bengkulu Kompol Jauhari mengingatkan kepada para nelayan untuk tidak usah memaksakan diri. Jika kondisi cuaca seperti saat ini, lebih baik mencari nafkah dengan cara lain terlebih dahulu, daripada nekat dan membahayakan nyawa sendiri.
"Untung saja ada kapal lain yang kebetulan lewat dan bisa menyelamatkan nyawa mereka, kami minta untuk bersabar menunggu cuaca kembali normal," kata Jauhari.
Advertisement