Liputan6.com, Jakarta Harga gas di Indonesia dikenal mahal, sehingga kalangan industri kerap mengeluh. Jika dibandingkan dengan harga gas yang diekspor, harga gas lokal dinilai lebih murah.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z Yunus mengatakan, harga gas pipa yang disalurkan dari sumur gas ke pengguna di Indonesia masih terbilang murah di bawah US$ 6 per MMBTU. Namun, tidak untuk untuk gas pipa yang diekspor ke Singapura dengan harga US$ 9 per MMBTU.
Advertisement
"Harga gas pipa di bawah US$ 6, kecuali di Singapura, mahal," kata Taslim, di Jakarta, Rabu (14/2/2017).
Menurut Taslim, harga gas yang diekspor ke Singapura lebih mahal jika dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat, yang harga gas pipanya jauh lebih rendah, yakni sekitar US$ 3 per MMBTU. Mahalnya harga gas di Singapura karena pembentukan harganya dikaitkan dengan pergerakan harga minyak dunia, bukan berdasarkan keekonomian dari mulut sumur.
"Karena dikaitkan dengan harga minyak, itu harganya dihitung bukan dari hulu. Itu di Singapura jadi harga gas kita ke Singapura harga gas paling mahal di dunia," jelas Taslim.
Taslim mengungkapkan, gas yang diekspor ke Singapura tersebut akan berakhir kontraknya pada 2023. Gas itu berasal dari Natuna Barat yang dioperasikan Medco Premier dan Star Energi.
"Itu dari Natuna Barat. Harganya US$ 9 per MMBTU," tutup Taslim.