Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki solusi untuk menekan biaya pokok produksi listrik dari Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP). Solusinya adalah dengan melakukan penyatuan data.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, pengembangan panas bumi memiliki dua kegiatan utama, yaitu kegiatan di bawah permukaan tanah (sub surface) dan di atas permukaan tanah (surface).
Adapun surface berhubungan dengan fasilitas lapangan uap, yang menjadi bagian dari Steamfield Above Ground System (SAGS). Fasilitas ini terbentang dari kepala sumur produksi hingga ke rumah turbin dan berakhir di sumur injeksi.
Baca Juga
Advertisement
"Di sisi lain, subsurface berkaitan dengan reservoir panas bumi itu sendiri. Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya," kata Ego di Jakarta, Kamis (16/2/2017).
Dia melanjutkan, berbeda dengan surface, kegiatan subsurface sangat dipengaruhi tingkat pemahaman atas karakter kondisi geologi, geofisika dan geokimia cadangan panas bumi.
Karakterisasi dan potensi dari reservoir panas bumi perlu dilakukan evaluasi berdasarkan data dan informasi yang akurat.
Semakin baik tingkat pemahaman tersebut, maka semakin tinggi juga derajat ketepatan rancang bangun pengembangan PLTP, sehingga pembangunan fasilitas pembangkit listriknya akan lebih terkontrol, efisien dan tepat waktu.
Dengan tingkat akurasi yang tinggi dalam menemukan cadangan panas bumi serta rancang bangun yang tepat, diharapkan produksi energi listrik yang dihasilkan juga semakin ekonomis. Hal ini berujung pada terwujudnya Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik yang semakin murah.
"Dari uraian singkat di atas, dapat kita simpulkan bahwa dengan pemahaman yang baik saat melakukan pencarian cadangan panas bumi, akan dapat menghasilkan BPP yang murah. Demikian juga sebaliknya," ungkap dia.
Untuk mengurangi resiko tersebut, menurut Ego, Badan Geologi Kementerian ESDM memiliki tugas untuk melakukan penyelidikan dan penelitian sumber daya geologi (georesources) di permukaan dan bawah permukaan. Salah satunya adalah dalam menyediakan peta potensi panas bumi di Indonesia.
“Badan Geologi Kementerian ESDM menyediakan data dan informasi awal melalui Survei Geologi, Geofisika dan Geokimia untuk mengurangi resiko kegagalan dan menekan biaya eksplorasi. Sehingga data tersebut lebih mudah untuk dikembangkan lebih lanjut oleh pengusaha,” dia menuturkan.
Pentingnya data potensi dan cadangan panas bumi yang akurat menjadi kunci untuk mengurangi ketidakpastian dari bisnis ini. Pemerintah juga memiliki andil besar untuk meminimalisir resiko kegagalan tersebut.
Data-data ini, menjadi bagian data terpadu yang dikembangkan secara terintegrasi dengan data subsektor ESDM lainnya, dan dihimpun dalam sistem satu data.
Sistem satu data yang diberi nama ESDM One Map Indonesia ini memuat berbagai informasi seperti Potensi Geologi berupa mineral, batubara, panas bumi, bitumen padat dan Coal Bed Methane(CBM), Wilayah Izin Usaha Pertambangan berupa Wilayah Kerja Migas, Wilayah Kerja Panas Bumi, Data Hulu Migas seperti sumur, kilang, seismik 2D dan seismik 3D, kawasan hutan Infrastruktur Ketenagalistrikan seperti pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi dan jaringan distribusi.
"Melalui penyajian data yang lengkap, akurat dan terintegrasi, maka investor akan semakin mudah, akurat dan efisien untuk menyusun rencana investasinya di sektor ESDM, termasuk pengembangan energi Panas Bumi," dia menandaskan. (Pew/Nrm)