Liputan6.com, Batam - Cuaca mendung menghiasi langit pagi Pulau Belakang Padang pada Kamis, 16 Februari 2017. Sebagian masyarakat menyebut pulau itu sebagai Pulau Penawar Rindu.
Tingginya gelombang laut tidak mengurungkan langkah saya mengejar Kedai Ameng, kedai kopi legendaris khas Melayu Kepri, yang kondang sampai ke mancanegara. Penikmat kopi itu tidak hanya rakyat biasa baik lokal dari Singapura dan Malaysia, tetapi juga para pejabat Kepri hingga menteri.
Demi menyesap kopi Ameng, saya sudah menjejakkan kaki di pelabuhan rakyat sejak subuh untuk menuju Pulau Penawar Rindu. Butuh waktu sekitar 20 menit berlayar dari Batam menggunakan perahu sangkut menuju pulau tersebut.
Kedai kopi yang saya tuju hanya sekitar 200 meter dari dermaga Pulau Belakang Padang. Setibanya di kedai, saya bertemu dengan Lurah Sekanak Raya, Amir Kasim. Ia menceritakan kenikmatan kopi Ameng yang terkenal hingga mancanegara itu.
Baca Juga
Advertisement
Ia menceritakan tentang kenikmatan citra rasa kopi Ameng yang terkenal itu hingga ke manca negara. Selain aromanya wangi, kepekatan kopinya terasa hingga ke tenggorokan.
"Yang sudah mencicipi, bisa ketagihan dia," kata Amir.
Sang pemilik kedai, Bun Tiong Alamin (52), keturunan Tionghoa asal Tembilahan, Riau, itu mengaku sudah 30 tahun berjualan kopi, sejak Batam masih Kecamatan Belakang Padang.
"Kopinya berasal dari Tanjung Batu (Karimun) kemudian kami olah dan racik sendiri," kata Ameng.
Selain bubuk kopi, ia juga menyiapkan cara khusus penyajian kopi yang menggoyah lidah. Hal itu dimulai dari peracikan, pemasakan air untuk menyebuh hingga menghidangkan kopi ke gelas.
"Saya ajarkan ke karyawan khusus yang membuat kopi agar rasa kopi tidak berubah-ubah rasanya," kata Ameng.
Ameng mengatakan, kedainya kini sering dijadikan tempat nostalgia sekaligus nongkrong bahi warga negara Singapura dan Malaysia keturunan Pulau Belakang Padang dan staf Otorita Batam yang pernah menetap. Itu pula yang menjadi asal mula sebutan Pulau Penawar Rindu.
Jadi, siapa yang mau susul saya ke Pulau Penawar Rindu?