Liputan6.com, Jakarta - Dalam sejarah, mungkin baru pertama kali Pilkada di Indonesia bisa sangat heboh seperti sekarang. Dari begitu banyaknya Pilkada yang dilakukan serentak kemarin, tentu saja saya bicara tentang Pilkada DKI.
Bahkan pernah ada yang bilang bahwa Pilkada DKI kali ini hebohnya sudah seperti Pilpres. Di media cetak, elektronik, bahkan sampai media sosial, semuanya dipenuhi berita dan obrolan tentang Pilkada DKI.
Sejujurnya, saya sendiri sudah sangat enek melihat terlalu banyaknya pendukung dari masing-masing pasangan calon peserta pilkada saling menjatuhkan satu sama lain di media sosial. Itu setiap hari, setiap hari selama berbulan-bulan. Capek rasanya.
Saya membayangkan, andaikan kita bisa duduk tenang di rumah, buka media sosial dan membaca postingan yang ringan-ringan, pasti menyenangkan.
Kemarin, saya sempat mengira bahwa Pilkada DKI pasti bakal selesai satu putaran dan tidak ada lagi saling menjatuhkan seperti yang ramai terjadi di media sosial.
Baca Juga
Advertisement
Alamak,boro-boro, ternyata Pilkada DKI harus dilakukan satu putaran lagi pada bulan April 2017 depan. Bisa dibayangkan dalam dua bulan ke depan akan tambah ramai pertarungan dan cela mencela di media sosial dari para pendukung masing-masing pasangan calon.
Semua itu, ujung-ujungnya, ya untuk mempengaruhi Anda dalam memilih. Dan - tanpa Anda sadari - pilihan Anda akan berpengaruh pada konsekuensi apa yang akan Anda terima setelah itu.
Dalam keuangan, disadari atau tidak, sebetulnya semua yang kita lakukan juga adalah pilihan.
Waktu lulus sekolah, Anda sudah dihadapkan pada pilihan akan terjun ke profesi macam apa yang akan Anda jalani, seperti apakah Anda akan bekerja sebagai karyawan, pekerja mandiri, atau buka usaha sendiri. Apapun profesi yang Anda pilih, konsekuensinya nanti akan berpengaruh kepada seberapa besar penghasilan yang akan Anda terima.
Tapi, pemilihan yang Anda lakukan tidak selesai sampai di situ. Pada saat menerima penghasilan, Anda dihadapkan lagi pada pilihan untuk menghabiskan penghasilan tersebut buat membayar pengeluaran atau menabungkannya sebagian sebelum membayar pengeluaran Anda yang lain.
Kalau dihabiskan semua untuk bayar pengeluaran, maka kebutuhan Anda terbayar. Tapi kalau ada yang Anda tabung, uang untuk membayar kebutuhan jelas jadi berkurang sehingga otomatis ada pos-pos yang harus dihemat.
Belum selesai. Waktu menyisihkan uang untuk ditabung, Anda dihadapkan pada pilihan untuk menaruhnya di tabungan di bank atau dibelikan produk investasi lain.
Kalau masuk ke tabungan, Anda bisa akses kapanpun, tapi ya hasil investasinya kecil. Kalau dibelikan emas, Anda tidak akan mudah menjualnya kembali, tapi hasil investasinya mungkin lumayan. Kalau beli saham atau reksadana, hasilnya bisa lebih besar, tapi potensi risiko juga lebih besar.
Pilihan yang harus Anda lakukan masih belum selesai. Waktu punya uang dan Anda ingin menggunakannya untuk beli baju, Anda dihadapkan pada berbagai macam merk busana. Beda merek, beda kualitas. Ada merek yang harganya murah, tapi kualitasnya terkenal jelek. Ada merek yang harganya lebih mahal, tapi kualitasnya lebih baik. Ada merek yang mahal sekali, tapi kualitasnya sangat baik. Makin baik kualitasnya, makin beda Anda terlihat.
Ketika anak Anda besar dan harus masuk sekolah, Anda dihadapkan lagi pada pilihan sekolah mana yang sebaiknya dia masuki. Beda sekolah, beda kualitas.
Contoh-contoh di atas tidak akan pernah selesai kalau saya teruskan.
Sama seperti hidup yang penuh dengan pilihan, kehidupan keuangan kita juga penuh dengan pilihan. Bahkan setiap hari kita harus memilih: barang apa yang akan kita beli, investasi apa yang akan kita lakukan, profesi apa yang akan kita tekuni, bank mana yang baiknya kita pilih, asuransi apa yang baiknya kita ambil, kendaraan apa yang baiknya kita beli, saham apa yang sebaiknya kita pilih, reksadana apa yang sebaiknya kita masuk, dan seterusnya.
Pilihan-pilihan tersebut datang setiap hari di depan mata kita. Dan - disadari atau tidak - apapun pilihan Anda, akan berpengaruh kepada kualitas hasil akhir yang akan Anda dapatkan. Sama seperti Anda memilih Gubernur: siapapun yang Anda pilih, akan berpengaruh pada seperti apa hasil pembangunan di propinsi Anda nantinya.
Jadi kesimpulannya, jangan salah pilih. Karena kalau Anda salah pilih - terutama dalam hal keuangan - bisa berpengaruh pada hasil akhir yang Anda dapatkan.
Cara memilih
Pertanyaannya sekarang, bagaimana caranya supaya tidak salah pilih?
1. Miliki banyak pilihan
Ketika tiba-tiba dihadapkan pada sebuah pilihan, apapun itu, saya selalu ingin memastikan kalau saya punya lebih dari satu pilihan.
Oke, katakan Anda butuh jaket. Anda pergi ke mal. Kemudian Anda melihat ada satu toko, dan Anda lalu masuk ke dalam. Ketemu satu jaket bagus.
Apa yang Anda lakukan? Anda taruh lagi, dan melihat-lihat lagi di rak yang lain, mudah-mudahan ada lagi jaket lain yang bagus. Katakan saja ada. Bagus, berarti di toko itu ada dua jaket.
Kemudian, kalau Anda ingin menambah pilihan, ya sudah jangan beli dulu. Keluar dari toko, cari toko lain, dan lihat apakah ada jaket lain yang juga bisa jadi pilihan.
Makin banyak pilihan, akan makin bagus buat Anda. Yang menarik, seringkali orang malas mencari pilihan yang lain karena menghabiskan waktu. Yang saya ingin katakan adalah, usahakan Anda punya lebih banyak pilihan. Memang perlu waktu untuk bisa tahu alternatif pilihan yang lain.
Tapi jangan lupa, ini uang Anda. Jadi pastikan uang Anda bisa bermanfaat semaksimal mungkin buat kesejahteraan Anda. Dengan punya lebih banyak pilihan, maka Anda bisa memperbesar kemungkinan untuk tidak salah pilih. Miliki banyak pilihan.
2. Lihat tujuan awal
Setelah Anda punya banyak pilihan, maka yang harus Anda lakukan sekarang adalah dengan melihat kembali tujuan awal Anda.
Dalam contoh di atas, apa Tujuan Awal Anda cari jaket? Menahan dingin? Pelindung hujan? Atau cuma buat gaya? Yang menarik, banyak orang dihadapkan pada pilihan, tapi karena dia tidak tahu apa tujuan awal kenapa dia harus memilih, maka seringkali dia bingung harus pilih yang mana.
Kalaupun dia memilih, seringkali pilihannya lebih karena dipengaruhi oleh faktor lain yang kadang tidak ada hubungannya. Keluar sebentar dari topik keuangan, dalam konteks pilkada kemarin misalnya, banyak orang dihadapkan dengan berbagai pilihan pasangan calon pemimpin daerah, tapi karena mereka lupa apa Tujuan Awal memilih Pemimpin Daerah, maka mereka bingung mau pilih siapa.
Atau, kalaupun memilih, seringkali pilihannya lebih karena dipengaruhi oleh orang lain, baik lewat omongan atau terpengaruh berita hoax atau isu tentang betapa jeleknya calon yang lain. Akhirnya pilihannya yang tidak sesuai tujuan.
Bagaimana mau sesuai tujuan wong kadang Tujuan Awalnya saja tidak ngerti? Jadi pastikan Anda mengerti apa Tujuan Awal Anda setiap kali dihadapkan pada pilihan apapun dalam hidup, terutama keuangan. Makin banyak pilihan, makin Anda harus pastikan bahwa Anda memang punya Tujuan Awal.
3. Pilih sesuai tujuan
Setelah melihat Tujuan Awal Anda, jelas akan lebih mudah bagi Anda untuk memilih dari sekian banyak pilihan yang ada. Kalau Anda punya lima pilihan jaket di toko yang berbeda, dan Anda menyadari bahwa Tujuan Awal Anda adalah mencari jaket yang bisa menahan dingin karena 1-2 minggu lagi Anda akan jalan-jalan ke negara dingin di Eropa, ya Anda tinggal cari jaket yang sesuai Tujuan Awal Anda, yaitu jaket untuk menahan dingin.
Pertanyaannya, bagaimana kalau ada tiga jaket yang pas untuk menahan dingin sesuai Tujuan Awal Anda, tapi warnanya beda-beda? Jawabannya, Anda pergi ke Eropa itu tujuannya mau jalan-jalan atau banyak foto-foto? Kalau mau foto-foto, apalagi untuk ditaruh di media sosial, cari saja jaket yang warnanya cerah seperti kuning atau merah.
Dijamin bagus kalau difoto. Tapi kalau Tujuan Anda ke Eropa adalah jalan-jalan, sedikit foto dan tidak ingin menarik perhatian orang banyak, pilih saja warna-warna konservatif seperti biru atau hitam. Jadi, lihat kan, menetapkan pilihan akan lebih mudah kalau Anda sadar apa Tujuan Awal Anda.
Nah, itu saja kali ini. Mudah-mudahan dengan melakukan tiga hal tadi, Anda tidak akan pernah salah dalam memilih dan mengambil keputusan, terutama dalam soal keuangan.
Semoga bermanfaat.
Safir Senduk & Rekan
Telepon (021) 27830160
HP 081808152003 (Dala Rizfie-Manajer)
Twitter/Instagram: @SafirSenduk
Advertisement