Liputan6.com, Jakarta - Lama tak terdengar kabarnya, mantan Kapolri Jenderal (Purn) Badrodin Haiti kembali muncul di Istana Kepresidenan. Banyak perubahan yang terjadi dari penampilannya.
Badrodin datang ke acara 'Financial Closing Proyek Investasi Non Anggaran Pemerintah'. Dia mengenakan batik lengan panjang bernuansa hijau biru. Tampak janggut putih tumbuh lebat menyambung dari kumis dengan warga serupa.
Advertisement
Janggut ini tak tampak ketika purnawirawan jenderal bintang empat itu masih aktif di korps Bhayangkara. Dia datang sebagai Presiden Komisaris BUMN PT Waskita Karya.
Meski tak lagi menjabat kapolri, pengalamannya di kepolisian membuat identitas itu masih melekat dengan dirinya. Beberapa tamu undangan yang juga hadir dalam acara itu tidak sedikit yang masih memanggilnya kapolri.
"Orang sebut masih kapolri, saya bukan kapolri. Iya, begitu Pak Kapolri. Saya bukan kapolri. Ya orang mau manggil namanya mungkin lupa. Kapolri, padahal sudah bukan kapolri," kata Badrodin di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (17/2/2017).
Kegiatannya sebagai presiden komisaris memang tidak begitu banyak menyita waktu. Sisa waktu itu banyak digunakan untuk kegiatan sosial. Kini dia sibuk menjadi pembicara di Inkana dan beberapa kegiatan Muhammadiyah.
"Jadi kan bela diri itukan bukan sekedar keterampilan ingin punya keterampilan jurus-jurus. Tidak. Tetapi bagaimana membangun karakter itu melalui bela diri itu. Kan orang bela diri itu pasti sportif, dia mampu menguasai diri, ya itu," tutur dia.
Badrodin Haiti sebelumnya pernah aktif di perusahaan transportasi online Grab. Saat mengurus proses administrasi, datang tawaran untuk menjadi Presiden Komisaris PT Waskita Karya. Badrodin kemudian menerimanya sebelum dirinya diumumkan sebagai komisaris Grab.
Tapi, ada aturan dalam BUMN. Seorang Presiden Komisaris BUMN tak boleh menjabat sebagai komisaris di perusahaan swasta. Sehingga Badrodin memilih tetap di Waskita.
Kini tugas berat sudah menunggu. Banyak proyek pemerintah yang harus diselesaikan Waskita. Tak kurang dari 15 proyek besar harus diselesakan di berbagai daerah di Indonesia.
"Tadi sudah dijelaskan ada 15 proyek Waskita yang harus dibangun mulai dari Sumut, Palembang sampai Lampung kemudian Trans Jawa. (Targetnya) Tahun ini sampai 2018-2019," ujar Badrodin Haiti.