Liputan6.com, Washington, DC - Pembunuhan Kim Jong-nam, kakak Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un oleh dua orang perempuan memunculkan dugaan baru. Hal ini terkait skema jebakan wanita penggoda atau 'honey trap' intelijen Korut masih tetap ada dan bekerja dengan baik.
Korut merupakan negara yang begitu tertutup dari dunia luar. Selama kurang lebih setengah abad, mereka disebut-sebut telah melatih mata-mata wanita dengan rapi dan dipersiapkan matang.
Dengan motede ini, musuh-musuh politik rezim yang berkuasa di Korut berhasil dilumpuhkan. Bahkan beberapa orang sampai kehilangan nyawa.
Bukan cuma itu, metode tersebut sukses memeras informasi dari sensitif dari sejumlah pengusaha, politikus dan wartawan asing. Pemerasan informasi ditujukan untuk memenuhi kepentingan internal Korut.
Pengakuan mantan sastrawan Korut yang pada 2004 membelot ke Korea Selatan , Jan Ji-sung mengatakan, program pelatihan ini merupakan gagasan Kim Jong-il. Ayah Kim Jong-un dan Kim Jong-nam itu melabeli dirinya sebagai 'Pemimpin Tercinta'.
Jan menceritakan, awalnya yang ingin dipakai sebagai mata-mata adalah pebisnis, Jepang, Korsel, Rumania, Thailand dan Lebanon. Namun, rencana itu gagal karena semua pebisnis yang sudah diculik tak bisa dicuci otaknya.
Melihat rencana awalnya gagal, Jong-il memutar otak. Akhirnya ia mengambil perempuan dari beberapa universitas dilatih menjadi mata-mata. Dalam pelatihan tersebut para mata-mata perempuan ini diajari seni bercinta.
Setelah selesai pelatihan, Korut menugaskan mereka di beberapa bidang seperti penerjemah, pemandu wisata dan beberapa jadi PSK.
"Rezim (Korut) menargetkan orang asing yang datang ke Pyongyang dan mereka ditugaskan membangun jaringan dengan bekerja di beberapa sektor," sebut Jang seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (17/2/2017).
"Banyak orang yang tertipu (dengan mata-mata Korut) tapi tak mau percaya, mereka pikir ini adalah cinta yang tulus, karena dengan hubungan itu beberapa orang telah memiliki anak," tambah Jang.
Korban penipuan mata-mata Korut, biasanya diberi tahu bahwa mereka sudah punya bayi kala orang-orang tersebut meninggalkan Pyongyang.
Bayi-bayi hasil hubungan itu pun dirawat di sebuah tempat latihan rahasia di Korut. Mereka dilatih untuk jadi mata-mata negara tersebut di masa mendatang.
"Ada sebuah distrik di Pyongyang di mana anak-anak keturunan orang asing disimpan mereka dijadikan sandera," tambahnya.
"Anak-anak ini diawasi oleh kantor 915 dipusat komando Partai Pekerja," jelasnya.
Baca Juga
Advertisement
Dia menyebut, anak-anak keturunan asing tersebut merupakan aset berharga Korut. Sebab, mereka diyakini dapat menjadi agen sempurna untuk menyusup ke beberapa negara.
Korsel Mawas Diri
Skema 'jebakan madu' Korut diperhatikan seksama oleh Korea Selatan. Bahkan Negeri Gingseng sampai mengeluarkan peringatan ke semua anggota militer dan pebisnis mengenai hal itu.
Kekhawatiran Korsel ditunjukan setelah mata-mata Korut Won Jeong-hwa mereka tangkap. Won dikenal sebagai perempuan panggoda kelas atas.
Saat itu tepatnya pada 2008 usai Won diciduk, Menteri Pertahanan Korsel Lee Sang-hee mengungkapkan perempuan 34 tahun ini telah dilatih komisi khusus Pyongyang.
Won bertugas untuk meretas semua informasi rahasia Korsel. Seorang militer yang berpangkat kapten pun jadi korban dan telah ditangkap aparat keamanan.
"Kasus demi kasus mengingatkan kita bahwa Korut tak pernah berubah mereka terus mencoba merevolusi Selatan. Kami mengerti Militer Korsel sudah jadi target mereka," sebut Menhan Lee saat itu.
Betapa rapihnya pelatihan mata-mata Korut juga diungkap media Australia ABC. Pada 2013 lalu mereka berhasil mewawancarai ratu mata-mata Korut, Kim Hyun-hee.
Dalam wawancara itu, Kim mengakui dirinya dilatih Pyongyang untuk menanam bom di pesawat sipil Korsel. Misi itu dilakukan pada 1987.
Aksi tersebut menyebabkan 115 orang yang berada di dalam pesawat Korea Airines 858 tewas.
Motivasi aksi teror ini terungkap. Korut berkeinginan lewat aksi itu, atlet-atlet yang berencana berpartisipasi dalam olimpiade 1988 di Seoul mengurungkan niatnya.
Kim akhirnya ditangkap bersama dengan seorang koleganya di Bahrain. Ia sempat mencoba bunuh diri untuk mencegah penangkapan. Namun, upayanya gagal.
Ia pun diadili di Korsel. Saat dihadapkan di meja hijau Pemeritah Korsel mengampuninya asalkan ia mau membeberkan informasi apa pun yang dipunyanya terkait Korut.
Kim pun mengaku, sejak di sekolah Otoritas Korut sudah mendekatinya. Ia pun dipaksa menjadi mata-mata demi kepentingan negaranya.
"Di Korut, saya diajarkan Kim Il-sung adalah Tuhan. Kalian harus mendahulakan dia dibanding orang tua sendiri," papar dia.
"Sejak kami diajarkan 'terima kasih pemimpin besar (Kim Il-sung) atas segalanya. Jika kalian berkata hal buruk mengenainya meskipun perkataan itu selip lidah, kami diajarkan hidup kami akan diberakhir di kamp kerja paksa," sebut Kim.
Advertisement