4 Fakta Sosok Siti Aisyah Diduga Terlibat Pembunuhan Kim Jong-nam

Nama Siti Aisyah mencuat dalam kasus dugaan pembunuhan Kim Jong-nam setelah pihak Malaysia menyebut adanya paspor dari Indonesia.

oleh Muhammad AliYandhi DeslatamaFachrur Rozie diperbarui 20 Feb 2017, 09:43 WIB
Wanita Asia yang diduga membunuh kakak tiri pemimpin Korut Kim Jong-un, Kim Jong-nam. (CCTV media Korut/YTN)

Liputan6.com, Jakarta - Siti Aisyah, WNI asal Serang, Banten, ditahan oleh Kepolisian Malaysia. Penahanan itu dilakukan setelah dia diduga terlibat dalam kasus pembunuhan Kim Jong-nam.

Pembunuhan terhadap adik tiri dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-um tersebut berlangsung di Bandara Udara Internasional Kuala Lumpur, Rabu 15 Februari 2017.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghubungi Menlu Malaysia Anifah Aman meminta negeri tetangga itu segera memberikan akses kekonsuleran bagi staf KBRI Kuala Lumpur untuk menemui Siti Aisyah.

"Hari ini Menlu Retno melakukan komunikasi dengan Menlu Malaysia. Dalam komunikasi tersebut Menlu Retno menegaskan kembali permintaan Indonesia untuk memperoleh akses kekonsuleran terhadap SA yang saat ini masih ditahanan sementara," ucap Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Lalu Muhamad Iqbal dalam keterangan pers kepada Liputan6.com, 18 Februari 2017.

Nama Siti Aisyah mencuat dalam kasus tersebut setelah pihak Malaysia menyebut adanya paspor dari Indonesia. Semua instansi pun menyelidiki hal tersebut, mulai dari imigrasi hingga Kemlu.

Namun begitu, di balik sosok Siti Aisyah ada fakta menarik. Hal itu diungkapkan oleh orang tua maupun dari mereka yang pernah berinteraksi dengannya. Apa saja? Berikut ini fakta tentang sosok Siti Aisyah yang dihimpun:


Penjual Baju

Orangtua Siti Aisyah, Benah, di Serang, Banten.

Ibunda Siti Aisyah, Benah, mengaku tidak tahu tentang kejadian tersebut. Sang putri itu diketahuinya izin merantau untuk bekerja di Jakarta.

"Enggak tahu apa-apa. Ke Jakarta (izinnya) kerja konfeksi," kata ibu berusia 50 tahun ini saat ditemui di kediamannya di ‎Kampung Rancasumur, Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten, Jumat (17/02/2017).

Benah bercerita bahwa sang anak di Jakarta menikah dengan Gunawan Hasim. Keduanya dikaruniai satu anak yang kemudian bercerai. Setelah bercerai dengan suaminya, Siti Aisyah merantau ke Batam

"Tahunya kerja di Batam. Jualan baju, daleman. Tahu kejadian (membunuh) begini enggak tahu apa-apa," ungkap dia.


Pribadi Sopan

Pejalan kaki melintasi gang menuju rumah yang pernah ditempati Siti Aisyah, WNI yang diduga terlibat pembunuh Kim Jong-nam, kakak tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, di Gang Kacang, Kelurahan Angke, Jakarta, Jumat (17/2). (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liang Kiong, mantan mertua Siti Aisyah, sempat tak percaya saat mendengar berita pembunuhan saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, Kim Jong-nam, yang melibatkan mantan menantunya di Malaysia.

Di mata Liang Kiong, Aisyah yang kerap disapa Isah itu merupakan pribadi yang baik.

"Dia itu sopan loh, tutur katanya bagus, menurut sama orangtua, baik juga, pintar mengurus rumah tangga," ujar Liang Kiong kepada Liputan6.com di kediamannya, Pasar Kampung Bebek, Tambora, Jakarta Barat, Jumat 17 Februari 2017.

Kebaikan Siti Aisyah lah yang kemudian membuat Liang Kiong setuju anaknya, Gunawan Hasyim atau Ajun, menikahi wanita asal Serang, Banten itu.

"Kalau dia tidak baik, bagaimana saya mau menjadi mertuanya saat itu?" sambung Liang Kiong.

Sebelum menjadi menantu, Siti Aisyah sempat bekerja di konfeksi Liang Kiong kurang lebih tujuh tahun. Selama bekerja, Siti Aisyah terlihat baik dan rajin.

Aisyah saat itu merupakan warga desa yang mencari peruntungan nasib di Ibu Kota.

"Saya itu memang mencari anak dalam untuk jadi karyawan saya. Memang sengaja, biar mereka bisa mendapat uang tambahan. Aisyah itu dari pedalaman," kata Liang Kiong.

Melihat pribadi Siti Aisyah yang begitu baik, Liang Kiong tak percaya mantan menantunya itu bisa melakukan pembunuhan terhadap kakak tiri Kim Jong-un, Kim Jong-nam.

"Saya pribadi sih nggak percaya. Anak lugu begitu kok," kata Liang Kiong.


Pernah Tinggal di Tambora

Aktivitas pekerja konveksi di rumah yang pernah ditempati oleh Siti Aisyah, di kawasan Tambora, Jakarta Barat, Jumat (17/2). Berada di gang sempit, terduga pembunuhan Kim Jong-nam sempat tinggal selama 10 tahun lamanya. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Sebelum ke Malaysia, Siti Aisyah pernah tinggal 10 tahun di Gang Kacang RT 05 RW 03 Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Ketua RT setempat mengatakan, usai Isah membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), dia dibawa sang suami menuju Malaysia. Menurut kabar yang diterima Ketua RT, Isah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia.

Di Tambora, persis di belakang rusun Tambora, Aisyah dikenal sebagai wanita lugu, cantik, dan berkulit putih layaknya wanita Sunda lain.

Banyak warga sekitar yang sudah tinggal puluhan tahun tak mengenal sosok Aisyah. Menurut keterangan ketua RT dan tetangga, Aisyah hanya keluar rumah pada saat mencari anaknya. Selebihnya Aisyah hanya berada di dalam rumah 5 x 10 meter dengan dua ruang kamar dan satu kamar mandi.

Setelah menikah, Siti Aisyah akhirnya dibawa oleh sang suami menuju Malaysia. Isah digugat cerai oleh sang suami pada 1 Februari 2012.

Sang suami datang ke Tambora dan menemui ketua RT setempat untuk mengurus surat perceraiannya.

"Surat cerainya ada, sama saya. Tapi hanya secara adat karena kalau ke pengadilan prosesnya lama," ujar ketua RT sambil memperlihatkan berkas-berkas yang dipegangnya, Jumat (17/2/2017).

Setelah bercerai, suami Aisyah kembali menikah dengan wanita lain dan kini tinggal di Dumai, Riau.


Ke Malaysia Lewat Batam

Siti Aisyah

Perempuan dari Indonesia ditangkap oleh Kepolisian Malaysia setelah diduga terlibat pembunuhan kakak dari Kim Jong-un di Bandara Udara Internasional Kuala Lumpur. Pelaku yang berpaspor Indonesia itu diketahui bernama Siti Aisyah.

Menurut catatan Imigrasi Indonesia, Siti Aisyah yang lahir di Serang 11 Februari 1992 itu memegang paspor bernomor A 9601796. Dia ke Malaysian melalui Batam.

"Berdasarkan hasil koordinasi dengan Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Batam, yang bersangkutan diketahui melintas melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Pelabuhan Fery Internasional Batam Center pada 2 Februari 2017 sekitar pukul 08.32 WIB," ujar Kabag Humas Ditjen Imigrasi Agung Sampurno kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (17/2/2017).

Dalam perjalanannya itu, Siti Aisyah menggunakan jasa kapal penyeberangan. Dia berangkat pukul 09.30 WIB. "Dia melintas menggunakan Kapal Ferry MV Mirangga Alpha dengan manifest nomor 12," jelas Agung.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya