10 Potensi Lokasi Perang Dunia III di Era Donald Trump

Konflik global dapat bermula dari tempat yang tidak diduga-duga. Perang Dunia III mungkin pecah di 10 tempat ini.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 20 Feb 2017, 19:00 WIB
Ilustrasi sistem rudal Iskander-M milik Rusia. (Sumber Sputnik International)

Liputan6.com, New York - Dari mana mulainya Perang Dunia III? Seperti yang dapat kita pelajari dari dua Perang Dunia sebelum ini, konflik global dapat bermula dari tempat yang tidak diduga-duga.

Entah baik maupun buruk, orientasi politik global modern sekarang ini semakin saling terkait antara satu negara dengan negara lainnya.

Dengan demikian, seperti dikutip dari Listverse.com pada Senin (20/2/2017), sejumlah kekuatan besar seperti Amerika Serikat (AS), China, dan Rusia terus mempertahankan keberadaan mereka di beberapa kawasan strategis.

Tidak jarang, kekuatan-kekuatan itu saling bersinggungan. Ketegangan-ketegangan di daerah-daerah itulah yang oleh sejumlah pihak dianggap dapat memicu Perang Dunia III.

Kawasan-kawasan yang dimaksud, yang mungkin jadi lokasi pecahnya Perang Dunia III, dipaparkan secara singkat seperti berikut ini:


1. Suriah

Seorang warga berjalan diantara puing-puing bangunan yang hancur di kawasan Allepo Timur, Suriah (20/1). Aleppo kini dikuasai penuh oleh pemerintah, setelah jatuh ke tangan pemberontak, pada Juli 2012. (AP/Hassan Ammar)

Suriah sedang berada di tengah perang saudara yang ganas yang bermula dengan protes terhadap Presiden Bashar al-Assad pada 2011 dan dilanjutkan dengan pemberangusan kebebasan sipil yang meningkat menjadi pemberontakan.

Rusia dan Iran mendukung rejim Assad, sedangkan Amerika Serikat mendukung pasukan-pasukan pemberontak. Hingga sekarang, setelah berlalu lebih dari 5 tahun, masih terjadi tarik-menarik kepentingan.

Perang itu memicu krisis besar-besaran kemanusiaan karena ratusan bahkan ribuan warga sipil terbunuh setiap bulan. Ribuan warga terus mengungsi untuk menyelamatkan diri.

Situasi bertambah parah dengan keberadaan ISIS yang mencaplok sebagian wilayah Suriah.

Presiden Donald Trump bertekad menerapkan kawasan-kawasan aman di Suriah, termasuk melalui penggunaan zona larangan terbang.

Jika larangan terbang ini diterapkan, maka Trump memberi wewenang kepada pasukan AS untuk menembak jatuh pesawat-pesawat tempur Rusia yang memasuki kawasan.

Aksi itu bisa saja menjurus kepada perang global atau bahkan Perang Dunia III.


2. Israel

Pengunjuk rasa Palestina memanjat tembok pemisah dengan Israel saat aksi di desa Tepi Barat Bilin dekat Ramallah, Jumat (17/2). Aksi tersebut untuk memperingati 12 tahun protes mereka atas tembok pemisah tersebut. (AP Photo / Majdi Mohammed)

Sejak pendiriannya pada 1948, musuh-musuh Israel tidak ada habis-habisnya.

Negara Yahudi yang berbatasan dengan Mesir, Yordania, dan Laut Tengah itu dikelilingi oleh beberapa negara Arab yang sebagian besar kesal kepada Israel karena beberapa alasan.

Banyak negara Arab bersikeras bahwa Israel tidak berhak atas wilayahnya sekarang -- negeri zionis terus mencaplok wilayah sekitar, khususnya Palestina. 

Karena itu, selama ini Israel terus memerangi tentangga-tetangganya. Dalam beberapa tahun belakangan, Iran, salah satu musuh bebuyutan Israel, telah mengambil langkah-langkah meningkatkan kemampuan nuklir atau bahkan senjata nuklir itu sendiri.

Jika Iran berhasil mendapatkan senjata nuklir, hal itu langsung menjadi ancaman bagi kemanana nasional Israel.

Guna menanggapinya, Israel merasa perlu menyerang terlebih dahulu.

Jika hal itu terjadi atau jika Iran menyerang Israel, kemungkinan besar perang akan pecah dan melibatkan Amerika Serikat dan negara-negara lain.


3. Teluk Persia

Kapal Iran disebut melakukan pencegatan terhadap kapal penghancur AS, USS Nitze (Reuters)

Teluk Persia telah menjadi titik panas ketegangan global. Angkatan Laut Iran telah melakukan beberapa maneuver menantang dekat kapal-kapal perang AS di Teluk Persia.

Dalam beberapa kejadian, pihak Angkatan Laut AS harus memberikan tembakan peringatan ke arah kapal-kapal Iran.

Menurut beberapa petinggi, tindakan itu merupakan bagian dari upaya sengaja oleh pihak Iran agar meningkatkan ketegangan sebagai tanggapan atas frustrasi yang dirasakan terkait sanksi yang diterapkan pada mereka oleh AS dan beberapa negara lainnya.

Ketegangan semakin meningkat sejak terpilihnya Donald Trump yang sesumbar membatalkan perjanjian dengan Iran terkait uji rudal balistik yang dilakukan baru-baru ini.

Presiden Trump menegaskan bahwa aksi militer merupakan pilihan yang bisa dipakainya.


4. Kashmir

Taliban Pakistan ingin bergerak ke Kashmir

Wilayah yang berada di Timur Laut India ini kebanyakan berpenduduk Muslim dan banyak yang merasa mereka seharusnya menjadi bagian dari Pakistan.

Kawasan itu terus diwarnai gerakan-gerakan separatis melawan kendali India.

Beberapa kelompok teroris juga telah aktif di Kashmir dan kerap menyerang pihak India. Sebagai balasan, New Delhi meningkatkan keamanan di kawasan itu.

Sesekali, Pakistan menampung dan mungkin mendukung banyak kelompok teroris dan separatis, sehingga semakin memanaskan hubungan tegang dua negara. Pertikaian perbatasan menjadi lazim.

Situasi diperparah dengan kepemilikan senjata nuklir oleh dua pihak yang bertikai.

Ada kemungkinan perang pecah antara dua negara itu, bermula dari Kashmir dan kemudian menjurus kepada penggunaan nuklir sehingga menyeret AS dan China dalam pusaran konflik.


5. Semenanjung Korea

Petugas Pusat Pemantauan Gempa dan Gunung Api Korsel menunjukkan titik gempa yang terjadi di Korut, Jumat (9/9). Akibat ledakan ini mengakibatkan gempa berkekuatan 5 skala richter di Korea Utara. (REUTERS/ Kim Hong-Ji)

Semenanjung Korea telah menyedot perhatian masyarakat internasional karena sifat uring-uringan dan agresif pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Dalam beberapa kejadian, Korea Utara melontarkan ancaman perang terhadap Korea Selatan dan AS. Dua negara itu menanggapinya dengan keberadaan militer yang kuat di kawasan itu.

Namun demikian, bisa mudah terjadi eskalasi seandainya Korea Utara terus melanjutkan pembangunan rudal balistik antar benua yang bisa mencapai AS. Jika mampu melakukan itu, secara teori mereka mampu melancarkan serangan nuklir ke AS.

Sejumlah pihak memandang ini sebagai ancaman nyata dan mungkin terhadap AS yang kemudian menjadi terpaksa bertindak, termasuk mengobarkan perang.

Menteri Pertahanan James Mattis yang baru diangkat juga menyatakan bahwa serangan Korea Utara ke Jepang atau Korea Selatan dapat mengusik serangan balik oleh AS.

Di bawah kepemimpinan Kim Jong-un yang tidak rasional, risiko tinggi terkait krisis global mengintai Semenanjung Korea.


6. Laut China Selatan

Beijing Bangun Misil Salah Satu Pulau di Laut China Selatan (Guardian)

Sekarang ini, Laut China Selatan menjadi salah satu tempat yang paling diperebutkan di dunia.

Ketegangan meningkat karena pengakuan Tiongkok atas kepemilikan tak terbantahkan atas beberapa pulau dan perairan di sekitar Laut China Selatan.

Sejumlah negara lain, termasuk Vietnam, Jepang, dan Taiwan, membantah pengakuan sepihak itu.

Laut China Selatan bernilai secara strategis karena kekayaan sumber daya alam dan manfaat dalam hal militer keberadaan pulau-pulau di sana.

Situasi memanas karena Chine membangun beberapa pulau buatan di kawasan itu dan sebuah landasan pesawat di salah satu pulau yang ada di sana.

Selain itu, China mengirimkan kapal induk pertama meraka untuk melakukan patroli di kawasan. Klaim wilayah itu bergesekan dengan keberadaan kuat militer AS di Laut China Selatan.

Sejumlah pihak di Washington menyerukan tindakan militer jika ekspansi China berlanjut. Jika memang pecah perang antara China dan AS yang menyeret seluruh dunia dalam perang dunia berikutnya, maka itu mungkin dimulai dari Laut China Selatan.


7. Taiwan

Berang Atas Kontak Trump dengan Taiwan, China Pamer Rudal (CCTV)

Suatu lagi titik perselisihan antara AS dan China adalah Taiwan. Sejak perang sipil China pada 1940-an, Taiwan menjadi tempat pelarian pemerintah Nasionalis China.

Walaupun bertujuan agar Taiwan berfungsi sebagai negara merdeka, pulau itu secara teknis masih berada di bawah kendali China.

Tetap ada kemungkinan China mencoba merebut kembali kawasan itu dengan menggunakan kekuatan sehingga dapat menciptakan ketegangan luar biasa.

Apalagi dengan penandatanganan Akta Hubungan Taiwan pada 1979 yang menempatkan Taiwan di bawah selubung perlindungan AS.

Tapi hal itu tidak menghentikan China melakukan pamer kekuatan di kawasan. Mereka melakukan beberapa operasi laut dan udara, dekat dengan Taiwan. Terlebih lagi dengan terpilihnya Donald Trump dan kontaknya dengan Taiwan -- yang dianggap suatu pelanggaran terhadap kebijakan "Satu China".

Tiongkok mencari cara menjajal keberanian pemimpin baru AS.

Setiap gerak-gerik oleh China dan Taiwan dapat menjurus kepada konflik global antara Beijing dan Amerika. Masih ada potensi persoalan yang memerlukan persiapan dua belah pihak.


8. Latvia

NATO) mencurigai peningkatan penerbangan militer Rusia di atas perairan Laut Hitam, Laut Baltik dan Laut Utara serta Samudera Atlantik dalam

Menurut Dr. Paul Miller, seorang pakar pertahanan nasional yang meramalkan pendukukan Krimea, langkah menuju Perang Dunia III dimulai di Latvia, bukan tempat lain. Latvia adalah salah satu negara Baltik di Eropa Utara dan berbatasan dengan Rusia di timur dan Laut Baltik di barat.

Miller mengatakan bahwa Putin, setelah berhasil menduduki Krimea secara relatif tanpa perlawanan internasional, akan mengincar Latvia sebagai sasaran berikutnya dan akan bergerak agresif dalam 2 tahun ke depan. Tapi, serangan bukan dalam bentuk invasi konvensional.

Menurutnya, Putin akan menghasut terjadinya kekacauan sipil di antara etnis Rusia Latvia dan mendukung mereka dengan senjata dan pelatihan.

Kemudian, ketika pertikaian dan rusuh sedang berlangsung, Putin akan melangkah masuk dengan dalih melindungi etnis Rusia di dalam Latvia.

Menurut Miller, ada satu di antara 2 kemungkinan. Menurut skenario pertama, negara-negara NATO akan undur diri dan menolak mempertahankan Latvia.

Dalam hal demikian, NATO menjadi tidak berguna dan Rusia melanjutkam ekspansi ke Eropa.

Menurut skenario kedua, AS yang adalah anggota NATO akan datang membantu Latvia dan menghadapi Rusia dengan dibantu negara-negara NATO.

Hal itu bisa menjadi awal terjadinya Perang Dunia III dan dunia memasang mata untuk mengamatinya.


9. Celah Suwalki

Celah Suwalki yang menghubungkan Rusia dengan wilayahnya di Kaliningrad. (Sumber stratfor.com)

Seandainya Rusia menyerang Eropa, maka gerak pertamanya adalah mencaplok Celah Suwalki, sebuah bentang tanah sempit sepanjang 100 kilometer di barat daya Polandia dan berbatasan dengan Lithuania.

Selain itu, bentang wilayah itu menghubungkan Rusia dengan kantong wilayahnya di Kaliningrad dan sekutunya, Belarus. Rusia memiliki kehadiran militer di 2 wilayah itu dan dapat segera mengerahkan pasukan ke celah yang dimaksud.

Jika sampai terjadi, maka Lithuania, Latvia, dan Estonia akan terpisah dari sekutu-sekutu NATO dan terkepung oleh pasukan Rusia. Seorang jendral AS di Eropa mengaku bahwa kemungkinan pencaplokan celah itu membuatnya selalu khawatir. Pentagon sepertinya juga merasakan hal yang sama sehingga meningkatkan anggaran pertahanan Eropa hingga empat kali lipat.

Pengerahan kekuatan militer oleh semua pihak di sekitar Celah Suwalki, demikian juga dengan operasi-operasi pelatihan di sana, membuat kawasan itu menjadi cukup berbahaya.

Seandainya pecah konflik antara Barat dan Rusia, kemungkinan hal itu akan bermula di Celah Suwalki.


10. Perang Siber

Foto dok. Liputan6.com

Dengan semakin majunya teknologi, cara berperang juga berubah. Dalam dunia modern, semakin besar kemungkinannya terjadi perang global berikut dimulai di dunia maya.

Pembangkit listrik, satelit, pasar modal, komunikasi militer, dan banyak lagi hal hakiki dalam kehidupan sehari-hari kita sekarang ini yang bergantung kepada internet. Dengan demikian, semua hal tersebut bisa disusupi.

Kita sudah menyaksikan perang siber saat Rusia meretas Komite Nasional Demokrat di AS, penggunaan virus Stuxnet melawan Iran, dan beberapa contoh lainnya.

AS, Rusia, dan China terus mengembangkan kemampuan serangan dan pertahanan siber mereka. Masih belum jelas bagaimana jadinya di kemudian hari.

Satu hal yang jelas adalah bahwa perang siber akan menjadi aspek kunci dalam konflik utama tingkat global di masa depan. Serangan siber kemungkinan menjadi langkah pertama dalam kampanye serangan besar.

Kehancuran politis dan ekonomi akibat suatu serangan siber bisa sangat dahsyat dan menjadi pembuka perang konvensional skala besar. Ranah siber dan keberadaan perang siber harus dipertimbangkan secara serius.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya