Liputan6.com, Papua Barat - Pembangunan jalan Trans Papua terus dikebut supaya konektivitas antar wilayah Papua terjadi. Pembangunan jalan ini menempuh medan yang berat baik hutan, sungai, sampai bukit.
Liputan6.com bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) langsung meninjau jalan Trans Papua khususnya Trans Papua Barat. Sebelumnya, rombongan telah menyelesaikan perjalanan segmen I yakni Sorong-Kambuaya-Manokwari dengan panjang 594,91 km. Setelah sampai Manokwari, rombongan menempuh segmen II yang memiliki rute Manokwari-Wasior-dan Batas Provinsi Papua Barat dan Papua dengan panjang 475,81 km.
Advertisement
Perjalanan rombongan dimulai sekitar pukul 10.00 WIT, Minggu 19 Februari 2017 dari titik kilometer (km) 0 Manokwari. Perjalanan awal tak ada kendala berarti lantaran melewati aspal yang mulus. Sesekali terlihat pemandangan pantai dan laut di sepanjang jalan. Beberapa tempat yang kami lewati yakni Maruni, Oransbari, dan Ransiki.
Pemandangan semakin menarik saat mencapai Gunung Botak di km 160. Pada titik ini, nampak bukit yang ditumbuhi oleh rumput hijau. Bukit ini langsung berbatasan dengan laut yang biru sehingga menjadi paduan yang apik.Namun, titik ini menjadi salah satu medan yang berat untuk dibangun jalan. Lantaran tanah di Gunung Botak rawan longsor.
"Masalah di sini gunungnya labil. Kalau hujan longsor, nggak subur akhirnya yang tumbuh rumput. Kita berkali-kali tangani jalan ini, berbagai teknologi supaya stabil," kata Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional 17 Papua Barat, Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PU-PR Yohanis Tulak saat meninjau tempat itu, seperti ditulis Senin (20/2/2017).
Perjalanan mulai terasa berat usai melintas Gunung Botak. Lantaran jalan yang dilalui merupakan jalan tanah dan batuan kerikil. Hingga akhirnya, rombongan sampai di pertigaan Mameh dan mengambil jalan ke arah ke Windesi.
Melewati pertigaan, jalan semakin susah untuk dilewati. Hal ini beralasan karena terdapat beberapa titik merupakan jalan bertanah liat. Kanan dan kiri jalan ini masih hutan dan minim kawasan penduduk.
Niat rombongan untuk melewati jalan tak surut kendati hari berganti malam. Gelapnya jalan makin terasa karena langit tertutup pohon-pohon hutan. Jalan di sini masih alami, tak heran rombongan berpapasan dengan rusa liar.
Hingga akhirnya, rombongan memutuskan untuk berhenti di km 270 atau sebelum menembus Windesi pada pukul 20.00 WIT. Pasalnya, setelah titik ini masih 11, 86 km berbentuk hutan dan belum tembus jalan. Titik ini yang rencananya dibuka pada 2017.
"Titiknya kita belum sampai Windesi, dari titik akhir itu masih ada 16 km dari hutan itu. Titik akhir itu 12 km hutan, ada 4 km baru Windesi," jelas Tulak.
Selama tiga hari, rombongan telah melewati jalan sepanjang lebih dari 800 km untuk Trans Papua Barat."Saya hitung-hitung kurang lebih dari Sorong-Manokwari hampir 600 km, kemudian ke sini 270 km jadi kita jalan paling tidak 860 km," tutur dia.
Pembangunan jalan Trans Papua Barat merupakan pekerjaan yang tak biasa. Medan yang berat, baik hutan, sungai, dan bukit mesti diatasi untuk mewujudkan konektivitas antar wilayah.
Perjalanan ini hanya menggambarkan sebagian kecil pekerjaan rumah pemerintah. Selain Papua Barat, masih ada Papua yang merupakan bagian dari Trans Papua. Di Papua, ada 10 segmen dengan total panjang 3.259,45 km.