Liputan6.com, Jakarta Sudah menjadi rahasia umum jika malaria menjadi penyakit mematikan nomor satu di Papua. Sebanyak 413.000, sesuai data yang dirilis Radio Australia, masyarakat Papua terjangkiti penyakit yang ditularkan oleh nyamuk anopheles tersebut. Kabar baiknya, pada tahun berikutnya, Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengatakan penyakit malaria berangsur menurun.
Namun kini ancaman penyakit tak hanya muncul dari nyamuk. Persebaran virus tak kalah mengerikan juga dibawa oleh seekor lalat, namanya lalat babi. Dengan penyakit bernama bangka babi.
Lalat babi merupakan spesies endemik yang ukurannya lebih besar dibanding lalat biasanya. Karena sering dijumpai menempel pada babi maka disebut lalat babi. Jika lalat itu menggigit manusia besar kemungkinan akan menimbulkan bengkak dan menghitam.
Meskipun pembengkakan itu nampak seperti bengkak biasa, namun sebenarnya pembekakan terjadi pada kelenjar getah bening. Meski tidak sesakit bengkak biasa, bangka babi mempunyai dampak yangmengerikan.
Salah seorang dokter lulusan Universitas Jendral Soedirman yang pernah mengabdi di Timika Papua, Hafidhaturrahmah pernah menulis pengalamannya tentang penyakit bangka babi di blog pribadinya.
Bangka babi mempunyai gejala mirip dengan Tuberkulosis (TB). Penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gejala umum orang yang digigit lalat babi di antaranya, berat badan selalu menurun, demam berkepanjangan, batuk kronis hingga tiga minggu, dan lain sebagainya. Sementara gejala khusus, muncul benjolan yang disebut gibbus.
Lalat babi berkembang biak di lingkungan yang kotor. Penyakit yang disebabkan dari gigitannya pun dapat menular. Walau terbilang virus yang agresif, bangka babi bisa dicegah, yakni dengan menjaga kebersihan dan mengonsumi makanan bergizi untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Advertisement
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.