Liputan6.com, Batu - Hingar bingar pelaksanaan Pilkada 2017 Kota Batu, Jawa Timur, hampir usai. Pasangan calon (paslon) yang bakal memenangkan pesta demokrasi ini pun sudah bisa diketahui. Jika berjalan lancar, tinggal menunggu penetapan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Batu.
Berdasarkan rekapitulasi salinan formulir C1 di tiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah diselesaikan KPU Kota Batu, paslon Dewanti Rumpoko-Punjul Santoso adalah juaranya dengan raihan 51.748 suara atau 44,46 persen. Berikutnya, paslon Rudi-Sujono mendapat 24.228 suara atau 20,82 persen.
Advertisement
Paslon Hairuddin-Hendra Angga mengumpulkan 20.507 suara atau 17,62 persen. Paslon Abdul Majid-Kasmuri Idris mendulang 19.897 suara atau 17,10 persen. Tingkat partisipasi pemilih mencapai 81.2 persen. Ada 121.128 warga menggunakan hak pilihnya dari total jumlah daftar pemilih sebanyak 149.248 orang.
Di antara daftar pemilih itu, partisipasi pemilih disabilitas malah mencapai 104.4 persen. Sebab, awalnya hanya ada 90 orang pemilih di Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang disertai keterangan penyandang disabilitas. Namun saat pencoblosan pada 15 Februari, ada tambahan 4 orang pemilih menggunakan pendamping atau masuk kategori disabilitas.
"Awalnya empat itu tak masuk kategori disabilitas dalam DPT. Tapi saat pencoblosan, pemilih itu didampingi pendamping dan sudah dilengkapi surat pernyataan," kata Ketua KPU Kota Batu, Rochani, Minggu 19 Februari 2017.
Rochani menambahkan, pencantuman pemilih kategori disabilitas dalam DPT baru dilakukan pada pilkada 2017 ini. Sebelumnya, tiap pelaksanaan pemilu mulai pilkada sampai pilpres di Kota Batu, nama pemilih itu tidak akan muncul dalam DPT. Sehingga, sulit mengetahui partisipasi mereka.
"Seluruh aturannya (soal pemilih disabilitas) include di pengaturan tiap tahapan pilkada," tutur Rochani.
Sejak awal tahapan pilkada 2017, lanjut dia, pemilih disabilitas mendapat perhatian khusus KPU. Selain sebagai upaya meningkatkan partisipasi pemilih, mereka juga memiliki hak yang sama. Relawan Demokrasi pun dibentuk KPU untuk menyasar semua elemen pemilih. Misalnya, ada dari tokoh agama agar menyampaikan pesan ke umatnya untuk menggunakan hak pilihnya.
"Untuk pemilih disabilitas ya direkrut relawan khusus yang memahami metode penyampaian pesannya," tutur Rochani.
Ia menambahkan, data rekapitulasi salinan formulir C1 yang telah dipublikasikan masih bersifat sementara dan tetap menunggu penetapan KPU. Namun, kalau pun nanti ada perubahan soal data, bisa dipastikan tidak akan berubah signifikan.
"Kalau tidak ada yang mengajukan sengketa, ya penetapan pemenang pilkada bisa dilakukan sesuai jadwal awal Maret nanti," tegas Rochani.
Anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Batu, Supriyanto menyebut tidak ada temuan pelanggaran lantaran TPS tak menyiapkan fasilitas khusus untuk pemilih disabilitas. Apalagi saat pemutahiran data, pemilih disabilitas sudah dimasukkan dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT).
"Sehingga tiap TPS sudah didesain agar ramah bagi pemilih disabilitas, misalnya kemudahan bagi bagi pengguna kursi roda. Seluruh pemilih yang masuk kategori disabilitas juga disertai formulir pernyataan disertai pendamping," tutur Supriyanto.
Puasnya Pemilih Disabilitas
Adam Malik, warga Jalan Cemara Kipas nomor 8 Kota Batu mengaku puas dengan pelaksanaan pilkada kali ini. Bukan soal siapa pemenangnya, melainkan baru kali ini ia dan rekan – rekannya sesama penyandang disabilitas mendapat perhatian lebih dari penyelenggara pemilu.
“Setelah sekian kali ikut pemilihan umum, baru di pilkada ini kami mendapat perhatian. Bahkan sampai ada relawan KPU yang khusus berkomunikasi dengan kami,” kata Adam.
Adam bersama istrinya, Ariesti Lestari berhimpun dalam DPC Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kota Batu. Adam adalah sekretaris di organisasi yang memiliki 14 orang anggota tersebut. Rumah Adam jadi tempat berkumpul anggotanya saat sosialisasi pelaksanaan pilkada dari Relawan Demokrasi, kelompok yang dibentuk KPU Kota Batu.
“Ada simulasi teknis tata cara mencoblos, ada alat peraga yang dibawa. Saya bisa pastikan, semua anggota Pertuni menggunakan hak pilihnya saat pencoblosan kemarin,” tutur Adam.
Meski demikian, ia berharap ada perbaikan lagi saat pelaksanaan pemilu berikutnya. Penyandang disabilitas tidak cuma sekedar dilibatkan dalam bentuk diundang sosialisasi tahapan pilkada saja. Tapi, ada perwakilan mereka yang direkrut untuk membantu sosialisasi di antara penyandang disabilitas.
“Tahun ini sudah lebih baik meski hanya dilibatkan untuk mencoblos saja. Harapan kami selanjutnya dilibatkan langsung, bisa sebagai relawan menyasar ke pemilih disabilitas,” harap Adam.
Siti Muawanah, Relawan Demokrasi yang dibentuk KPU Kota Batu mengatakan, akses bagi pemilih disabilitas mulai dari tuna netra, tuna grahita sampai tuna daksa pada pilkada tahun ini sudah lebih baik jika dibanding pemilu sebelumnya meski belum sepenuhnya sempurna.
“Ada beberapa orang yang masih berbeda pendapat soal kategori disabilitas ini. Tapi saya jamin, semua pemilih disabilitas yang kami data itu sudah valid,” ujar perempuan yang karib disapa Ana ini.
Anggota Relawan Demokrasi berjumlah 25 orang dengan 4 orang di antaranya memiliki latar belakang pengajar di sekolah khusus disabilitas. Keempat orang itu fokus menyasar pemilih berkebutuhan khusus. Siti sendiri adalah Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Batu. Tugas keempat relawan itu mulai sosialisasi sampai menjadi jadi pendamping jika diminta oleh pemilih.
Apalagi pada pilkada 2017 di Kota Batu kemarin banyak penyandang disabilitas yang masuk kategori pemilih pemula. Khususnya para siswa di beberapa SLB di Kota Batu. Butuh pendekatan berbeda terhadap mereka termasuk meyakinkan pihak orang tua agar mengizinkan anaknya menggunakan hak pilihnya.
“Kalau pemilih yang sekolah di SLB, tinggal undang wali murid dan memberi pemahaman ke mereka agar mengizinkan anaknya ikut berpartisipasi,” tegas Siti.
Advertisement