Liputan6.com, Pekanbaru - Sepasang suami istri di Pekanbaru bersyukur terungkapnya kasus panti asuhan maut Yayasan Tunas Bangsa milik Lili Rachmawati. Pasalnya, sang anak yang 'ditahan' selama beberapa tahun oleh Lili akhirnya terselamatkan.
Anak ini merupakan 17 penghuni yang diselamatkan Polresta Pekanbaru, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Riau dan petugas Dinas Sosial (Dinsos) setempat pada 27 Januari 2017 lalu.
Menurut Kabid Pemenuhan Hak Anak LPAI Riau Nanda Pratama, pengakuan itu disampaikan seorang ayah yang bekerja di Dinsos. Statusnya bukan sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Nanda menuturkan, istri pekerja sosial di dinas tersebut pernah bekerja di panti asuhan milik Lilik di Kecamatan Tenayanraya Pekanbaru. Anaknya dititipkan di sana selama sang istri bekerja.
"Jadi, istrinya ini bekerja bersama Lili. Tak lama kemudian istrinya keluar karena melihat ada yang tidak beres dengan panti dan pengelolanya," kata Nanda, Senin, 20 Februari 2017.
Hanya saja, Nanda tidak menyebut identitas pekerja sosial dan istrinya ini, termasuk nama anak yang dititipkan di panti itu. Nanda beralasan untuk melindungi pekerja itu.
"Nanti kalau dia bersedia menyebutkan identitasnya dipublikasikan, saya kasih tahu. Kalau sekarang belum, yang jelas ada anaknya dititipkan ketika istrinya bekerja di sana," kata Nanda.
Baca Juga
Advertisement
Nanda melanjutkan, begitu istri pekerja sosial ini keluar, si pemilik panti asuhan maut itu tidak mau mengembalikan anak mereka. Lili malah meminta sejumlah uang supaya anak tersebut ditebus.
"Karena faktor ekonomi, anak ini tertahan. Dan yang bersangkutan bersyukur anaknya terselamatkan ketika kasus ini terungkap," ujar Nanda.
Nanda menyebut anak dari pekerja sosial ini masih balita. Untuk sementara, anak itu dititipkan di panti sosial anak milik Dinsos Riau sambil menunggu masa pemulihan.
Nanda menyebutkan, 17 anak panti yang diselamatkan sudah berada di panti milik Dinas Sosial. Mereka berangsur-angsur menjalani pemulihan dan tes psikologi usai diselamatkan dari panti milik Lili.
Sebelumnya, lima anak sempat mengalami trauma berat karena pernah tinggal di panti asuhan maut milik Lilik. Sekarang, semuanya sudah berangsur pulih dan mulai bermain serta sudah tinggal di panti milik Dinsos.
Kisah Lili menyandera anak di pantinya, meski ada keluarga, juga dialami Dwiyatmoko, paman dari Muhammad Ziqli (18 bulan) yang meninggal akibat penganiayaan.
Kala itu, Dwiyatmoko bersama orangtuanya berusaha mengambil Ziqli dari tangan Lili karena diketahui dititipkan sang ibu tanpa sepengetahuan keluarga. Namun, pemilik panti asuhan maut ketika itu meminta tembusan Rp 6 juta dengan alasan ganti biaya perawatan dan membeli susu.
Karena keterbatasan biaya, Dwiyatmoko berjanji segera mencari uang tersebut. Belum sempat uang terkumpul, Dwiyatmoko akhirnya mendapat kabar keponakannya sudah meninggal.