Jurus 4 Kepala Daerah Tangkal Hoax

Kabar hoax yang beredar luas bisa memicu dampak fatal dan berbahaya.

oleh Dian KurniawanBangun SantosoArya PrakasaAbramena diperbarui 22 Feb 2017, 09:32 WIB
Jurus Kepala Daerah Tangkal Hoax

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia saat ini cenderung rentan termakan kabar bohong atau hoax. Beberapa kejadian di daerah membuktikan kabar hoax sudah merambah ke semua lapisan masyarakat.

Tak dipungkiri menjamurnya kabar hoax tak lepas dari perkembangan siber dan kemajuan teknologi saat ini. Mudahnya masyarakat mengakses internet dan media sosial juga menjadi faktor utama perkembangan hoax beredar liar.

Di Indonesia, bahkan sejumlah kepala daerah pernah jadi korban hoax. Kabar bohong yang beredar tersebut bukan saja merugikan diri bersangkutan, tetapi juga masyarakat luas.

Selain merugikan individu, hoax berpotensi berimlikasi sangat fatal dan domino. Contoh nyata hoax berdampak sangat fatal terjadi di Indramayu, Jawa Barat. Gara-gara kabar hoax soal seorang warga tewas dibunuh, warga tiga desa menyerang satu desa.

Padahal, informasi sebenarnya, warga yang tewas itu karena kecelakaan, bukan dibunuh. Namun, akibat penyerangan ratusan orang yang sudah termakan kabar hoax di Facebook itu, ratusan rumah rusak berat dan para penghuninya mengungsi.

Karena itu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan akibat kabar hoax, sejumlah kepala daerah punya jurus masing-masing. Dari catatan Liputan6.com, ada empat kepala daerah yang punya jurus jitu menangkal hoax. Berikut catatannya.


Gerakan Jalan Sehat Bersama Bupati Purwakarta

Jurus Kepala Daerah Tangkal Hoax

Berita hoax yang begitu cepat menyebar terutama melalui berbagai platform media sosial menjadi perhatian para pegawai di lingkungan Pemda Purwakarta. Ribuan pegawai menggelar kegiatan ‘Hidup Sehat Tanpa Hoax’ yang berpusat di Taman Pesanggrahan Padjadjaran Alun-alun Kian Santang, Jumat, 6 Januari 2017.

Acara yang dihelat dalam balutan jalan sehat itu diikuti seluruh pegawai, kepala sekolah dan guru yang bertugas di lingkungan Pemkab setempat. Sejak pukul 06.00 WIB, mereka menggelar aksi dengan membawa serta ikat kepala dan atribut lain bertuliskan ‘Hidup Sehat Tanpa Hoax’.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dalam sambutan singkatnya, menegaskan orientasi gerakan ini sebagai edukasi untuk seluruh masyarakat pengguna media sosial, baik di Purwakarta maupun luar Purwakarta, agar lebih selektif dalam menyebarkan konten melalui platform media sosial milik mereka.

Sampai hari ini, menurut dia, para pengguna sosial media terlalu mudah menyebarkan konten tanpa mengecek terlebih dahulu terhadap kebenaran data dalam konten yang mereka sebarkan tersebut.

Hal itu mengakibatkan perdebatan sengit berisi ujaran-ujaran kebencian, ejekan dan pergunjingan tersebar dalam lini masa media sosial.

"Ini bentuk edukasi untuk menangkal informasi hoax yang kerap disebarkan melalui sosial media. Ke depan, program edukasi ini masuk ke sekolah-sekolah," kata Dedi.
 
Tugas untuk mengedukasi ke tingkat pelajar di seluruh Kabupaten Purwakarta diserahkan bupati yang selalu mengenakan ikat kepala kepada Dinas Informasi dan Komunikasi setempat.

SOTK yang baru terbentuk awal Januari ini dimintanya untuk mengadvokasi bersosial media yang baik tanpa mengakibatkan konflik. "Tugas Diskominfo Purwakarta agar memberikan pendidikan sosial media yang baik untuk seluruh masyarakat dan pelajar," ujar dia.  

Dalam kesempatan itu, Dedi menginstruksikan untuk menyebar konten media sosial yang bersifat positif baik berupa tulisan, gambar, video maupun konten lain. Etika, menurut Dedi, harus menjadi patokan dalam bersosial media.

"Intinya dengan beretika dalam mengunakan sosial media. Mari kita hidup sehat tanpa hoax," kata dia.


Zumi Zola Cari Berita Pembanding

Jurus Kepala Daerah Tangkal Hoax

Maraknya informasi atau berita hoax di media sosial memancing Gubernur Jambi, Zumi Zola, bereaksi. Ia tak ingin warganya terpancing dan menjurus perpecahan akibat banyaknya hoax yang berseliweran di media sosial.

Menurut mantan artis dan pesinetron itu, di era kemudahan informasi saat ini, masyarakat dituntut cerdas dan bijak dalam menyikapi suatu berita atau informasi. Utamanya informasi yang beredar di media sosial.

"Ini ada sisi positif dan negatifnya," ujar Zumi Zola di Jambi, Rabu, 11 Januari 2017.

Melalui media sosial, kata Zola, masyarakat dengan mudah dan murah mendapatkan informasi kapan saja. Namun, ia meminta agar setiap informasi tidak langsung diterima begitu saja. Masyarakat harus aktif juga mencari informasi lain yang serupa sebagai pembanding.

"Caranya ya mencari informasi lain sebagai pembanding. Kan, banyak sumber berita. Jadi jangan langsung diterima begitu saja," tutur Zola yang juga Ketua DPD PAN Provinsi Jambi ini.

Menurut Zola, saat ini marak dan hampir setiap hari beredar kabar diduga hoax di media sosial. Isunya bersifat provokasi, menyebar kebencian, permusuhan, hingga adu domba.

"Ya kalau ketemu yang seperti itu (hoax) di media sosial cuekin saja. Kalau kita terpancing emosi, ya pastinya senang orang yang membuat berita provokasi tersebut," ucap Zola mengakhiri.


Jumat Membaca ala Wagub Gus Ipul

Jurus Kepala Daerah Tangkal Hoax

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf alias Gus Ipul akan mengusulkan kepada Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk segera membentuk program gerakan Jumat membaca untuk mencegah hoax atau berita bohong.

Program di sektor dunia pendidikan itu dirasanya bisa menjadi jurus ampuh untuk menangkal berita hoax yang kian menjamur di Indonesia.

"Nanti saya usulkan kepada pak gubernur, misalnya kita bikin program gerakan Jumat membaca," ucap Gus Ipul usai acara seminar nasional kebangsaan dengan tema hoax dan dunia akademik, di Surabaya, Selasa, 7 Februari 2017.

Gus Ipul menuturkan, pengguna internet di Indonesia setiap tahun meningkat. Dari data yang ada, pengguna internet saat ini sudah mencapai 51 persen atau sekitar 132 juta dan diprediksi pada 2017 bisa mencapai menjadi 140 juta.

"Oleh karena itu kita perlu menggalang semua kekuatan agar bisa menggunakan internet ini untuk kepentingan-kepentingan yang produktif, terutama bagi generasi muda," tutur dia.

Gus Ipul mengatakan, generasi muda saat ini mengalami banyak tantangan dalam kemajuan teknologi. Di antaranya soal hoax dan berita palsu, wacana-wacana yang mengandung unsur sara, dan tentu yang bisa mengancam perpecahan bangsa.

"Lewat seminar inilah kita ingin menggali dan mencari kira-kira apa saja yang perlu kita lakukan agar kedepan penggunaan internet ini untuk kemajuan, kebersamaan dan kalau perlu juga bisa untuk tempat menggalang kekuatan dalam rangkah membangun kebersamaan, rasa saling percaya dan mengembangkan budaya ilmiah di Indonesia," kata Gus Ipul.

Gus Ipul menjelaskan, yang menyebarkan berita bohong atau hoax menurut survei ternyata bukan hanya dari kalangan orang-orang yang literasinya rendah, tetapi juga banyak juga datang dari orang - orang pintar atau mereka yang mengenyam pendidikan tinggi.

"(Penyebarnya) orang-orang berpendidikan yang banyak mengembangkan berita-berita bohong atau hoax ini," ucap Gus Ipul.

Gus Ipul menegaskan, ada sekitar 800 ribu lebih berita bohong atau hoax dan juga caci maki yang perlu mendapat perhatian bersama. Penegakan hukum yang sudah dilakukan memang penting, tetapi itu memberantas hanya 30 persennya saja, 70 persen sisanya dilakukan dengan membangun kesadaran masyarakat, pengertian, dan budaya berpikir ilmiah.

Karena itu, dia ingin ke depannya Pemprov Jawa Timur membuat langkah-langkah konkrit untuk menangkal berita hoax. Salah satunya lewat program dunia pendidikan, semisal program 'Jumat membaca' tersebut.

"Program ini akan saya coba tindak lanjuti, kaji dan dalami dengan kepala dinas pendidikan," ujar Gus Ipul.


Ridwan Kamil Jadikan Media Massa Hantam Hoax

Jurus Kepala Daerah Tangkal Hoax

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengharapkan media-media arus utama tidak turut menayangkan berita-berita bohong atau hoax. Menurut dia, media resmi ini merupakan benteng terakhir penahan tren maraknya hoax yang mengancam konflik warga.

Sikap media untuk menahan diri menyiarkan hoax, menurut dia, sekaligus demi menjaga reputasi media bersangkutan.

"Saya berpesan jangan pernah menghilangkan kepercayaan dari masyarakat, sekalinya media terpercaya ikut-ikutan memberitakan berita hoax, masyarakat tidak akan percaya dan tidak akan mengakses media," katanya di sela acara Deklarasi Bandung Hantam Hoax, di Alun-Alun Kota Bandung, Senin, 20 Februari 2017.

Wali kota yang populer dipanggil Emil ini menegaskan, hoax benar-benar menjadi masalah besar bagi masyarakat. Dia mengaku kerap menyaksikan sendiri dampak dari hoax.

"Jadi emosi, memutus silaturahmi, memperlebar jurang kebencian," ujar dia.

Emil sendiri mengaku kerap menjadi korban hoax, lebih dari enam kali. Wujudnya broadcast bohong, juga penggunaan foto-fotonya secara sembarangan. Akibatnya, dia pun harus susah payah untuk mngklarifikasi untuk membantah serta membenarkan berita-berita hoax tersebut.

"Apa yang terjadi? Saya harus mengklarifikasi. Bayangkan individu-individu lain yang tidak punya medsos lengkap bagaimana mengkonternya?" ucap dia.

Dalam kegiatan Bandung Hantam Hoax, Emil pun melakukan kampanye dan deklarasi bersama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Agenda kampanye menyasar sekolah-sekolah, masyarakat umum, ormas, LSM, agar semangat melawan dan menghantam hoax.

Masyarakat diharapkan dewasa dalam mengunyah informasi, harus pandai memiliah mana info yang benar mana yang tidak.

"Ada cara teknis melihat sumber berita online, sumber berita terpercaya ada atau tidak," tuturnya.

Emil berharap kampanye dan deklarasi Bandung Hantam Hoax yang dipopulerkan dengan tagar #BDGhantamhoax di media sosial bisa diikuti oleh kota-kota lain di Indonesia.

Istri Emil: Think Before Share

Atalia Praratya Kamil, istri Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil, memimpin Deklarasi Gerakan Anti-Hoax. Kegiatan ini diikuti sekitar 200 warga di kawasan Hari Bebas Berkendara atau Car Free Day (CFD) Dago, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu pagi.

Pada acara tersebut, Atalia Kamil membacakan Piagam Masyarakat Bandung Anti-Hoax. Salah satu poin pentingnya adalah mengurangi penyalahgunaan media sosial di tengah masyarakat.

"Bu Atalia juga tadi mengajak masyarakat untuk menggalang seluruh elemen bangsa dengan mengurangi pesan berisi pemecah belah, ujaran kebencian, dan hoax serta menyatukan kolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama melawan hoax," ucap Media Officer Deklarasi Gerakan Anti-Hoax di Bandung, Santi Indra Astuti, Minggu, 8 Januari 2017, seperti dilansir Antara.

Selain itu, lanjut Santi, istri Wali Kota Bandung tersebut juga memberikan tips kepada warga yang hadir agar bisa membedakan berita atau hoax di media sosial dengan metode Think Before Share.

Menurut dia, untuk wilayah Bandung, komunitas anti-hoax dan sejenisnya telah ada sejak pertengahan tahun 2015. Berawal dari diskusi dan berbagi informasi, intensitas kegiatannya pun meningkat seiring dengan meningkatnya sebaran pesan-pesan provokasi yang membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.

"Puncaknya, menjelang momen deklarasi, Indonesia Hoax Buster Bandung bersama Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) mengadakan audiensi dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil untuk menandatangani Piagam Masyarakat Bandung Anti-Hoax di Balai Kota, Selasa, 3 Januari 2017," kata dia.

Deklarasi Gerakan Anti-Hoax dalam CFD Dago, Bandung, diawali Senam Sehat Anti-Hoax, kegiatan diisi dengan pembacaan deklarasi, orasi, sosialisasi, dan tanda tangan warga Bandung sebagai wujud komitmen bersama untuk memberantas hoax atau berita bohong.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya