Liputan6.com, Cirebon - Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi salah satu persoalan serius yang dihadapi Pemerintah Kota Cirebon. Mereka dianggap mengganggu ketertiban dan kenyamanan penduduk kota seluas 37 kilometer persegi.
"Kendala kami itu tidak punya lahan banyak dan luas sementara PKL semakin tahun semakin banyak khususnya dari luar kota Cirebon. Selain itu, pengunjung di Kota Cirebon juga semakin banyak apalagi tiap hari libur atau akhir pekan," kata Kepala Disperindagkop UMKM Yati Rochayati, Selasa, 21 Februari 2017.
Dia mengatakan, relokasi di tempat-tempat para PKL berjualan dianggap menjadi solusi terbaik untuk mereka. Salah satu lokasi yang disiapkan adalah di lorong kawasan Jalan Siliwangi.
Di atas sebuah gorong-gorong, sebanyak 40 PKL Kota Cirebon tersebut direlokasi. Para PKL tersebut adalah mereka yang berjualan di dalam Alun-alun Kejaksan, ruas Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi, sekitar alun-alun.
"PKL di area tersebut yang banyak dikeluhkan masyarakat baik pribumi maupun pengunjung dari luar Kota Cirebon karena macet pasti terjadi dan kendaraan parkir memakan badan jalan," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Mereka yang direlokasi tidak hanya mendapatkan fasilitas tempat atau lapak yang disediakan pemerintah. Mereka juga mendapatkan gerobak, satu set meja dan kursi dengan sistem pinjam pakai.
Dia mengatakan, metode pemanfaatan lahan di kawasan PKL juga akan diterapkan di tiga titik lain yang juga dipadati. Tiga titik lain yang akan dijadikan kawasan relokasi PKL yakni di kawasan Jalan Cipto, Jalan Wahidin dan Stadion Bima.
"Di Jalan Cipto ada 100 PKL yang akan kami relokasi, di Jalan Wahidin ada 20 PKL, dan di Bima ada 50 yang akan kami relokasi lagi," tutur dia.
Dia mengatakan, dalam mengawal relokasi para PKL, fasilitas yang diberikan akan terus dipantau. Jika ketahuan diperjualbelikan atau disewakan kepada pedagang yang lain, posisi mereka akan digantikan PKL lain.
"Kami juga bekerja sama dengan forum PKL jadi mereka membantu memantau. Untuk PKL yang biasa berjualan pada malam hari, juga akan kami relokasi di tempat yang dianggap layak. Relokasi ini bukan hanya relokasi, kami pun membantu mempromosikan kawasan PKL untuk dijadikan bagian dari wisata kuliner. Jadi jangan main-main," kata Yati memungkasi.