Liputan6.com, Jakarta - Aksi pencurian kerap meresahkan masyarakat di mana pun. Sebab, para maling terkadang menyertai kekerasan dalam setiap aksinya. Kalau sudah begitu, selain harta benda, tentu nyawa pun terancam turut melayang.
Dalam aksi kejahatan ini, peran aparat kepolisian sangat penting. Polisi dituntut bergerak cepat dalam mengungkap kasus pencurian guna meredakan keresahan masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
Kadang polisi dengan mudah menangkap pelakunya. Namun tak jarang polisi kesulitan meski sudah memperoleh bukti dan informasi yang cukup. Mudah atau sulitnya pengungkapan juga tergantung dari kelihaian pencuri tersebut. Jika maling itu sangat profesional, polisi tentu membutuhkan waktu guna mengungkapnya. Namun kalau amatir, bisa dengan cepat ditangkap pelakunya.
Dari sekian banyak pengungkapan aksi pencurian, beragam modus dilakukan para pencuri itu. Misalnya menyamar sebagai pemulung, modus pura-pura belanja, atau dengan iming-iming tawaran bercinta gratis.
Di samping itu, ada sejumlah sisi konyol atau lucu menyertai aksi pencurian beberapa maling seperti dalam catatan Liputan6.com ini. Misalnya, sudah susah payah bobol rumah, si maling hanya menggondol kerupuk. Berikut catatan lengkapnya.
Maling Pencinta Tanaman
Kecintaan Sukarno terhadap tanaman tak bisa dibantah. Bahkan, ia akhirnya berurusan dengan polisi dan mendekam di tahanan Polrestabes Semarang, Jawa Tengah, gara-gara kecintaannya itu. Mengapa? Begini kisahnya.
Kecintaan Sukarno terhadap tanaman terungkap setelah ia bersama temannya, Mustagfirin, ditangkap petugas Satreskrim Polrestabes Semarang. Mereka ditangkap karena kedapatan mencuri unit outdoor AC atau penyejuk ruangan di sejumlah lokasi.
Setelah dikembangkan, ternyata Sukarno tak hanya mencuri unit outdoor AC, tapi juga tanaman-tanaman dalam pot berbagai jenis, dan ukuran. Kapolrestabes Semarang Kombes Abiyoso Seno Aji menjelaskan, sasaran utama pencurian dua sekawan itu sebenarnya adalah unit outdoor penyejuk ruangan. Pengakuan mereka dalam pemeriksaan menyebutkan ada 23 lokasi pencuriannya.
"Mereka beraksi siang dan malam. Setelah berhasil merusak, hasil curian dinaikkan ke mobil pikap," ucap Abiyoso, Senin, 20 Februari 2017.
Sukarno mengaku ketika beraksi ia menjadi sopir mobil, sedangkan Mustagfirin sebagai eksekutor melepas baut-baut AC hingga membawanya ke kendaraan. Usai mencuri, biasanya mereka langsung menjualnya ke temannya di Semarang. Sasarannya bukan hanya rumah, tapi juga AC di ruang ATM.
"ATM ada di ATM BRI Giant Pedurungan dan ATM BRI Woltermonginsidi," kata Abiyoso.
Hasil curiannya itu biasanya dijual seharga Rp 400 ribu. Mereka memilih mencuri AC karena relatif lebih mudah dibandingkan barang lainnya. Sasaran ATM juga tak menyebabkan masyarakat curiga karena dikira petugas yang sedang bertugas merawat AC di ATM tersebut.
Dalam pengakuannya, Sukarno juga bercerita selain unit outdoor AC, ia juga mencuri tanaman yang berada dalam pot. Ia buru-buru menambahkan tanaman yang dicurinya bukan untuk dijual, tapi hanya dipajang di rumahnya. Kecintaannya kepada tanaman menggiringnya untuk mengkhianati profesi sebagai maling spesialis unit outdoor AC.
"Tanaman yang diambil macam-macam. Ada yang kecil ada yang besar. Diambil dari daerah Tembalang untuk dipajang di rumah," kata Sukarno.
Sisi menarik Sukarno semakin bertambah karena ia ternyata pernah mendaftar sebagai polisi. Tak dijelaskan kapan ia mendaftar sebagai polisi, tapi ia sempat ikut tes dan dinyatakan gagal.
"Iya ikut tes polisi sekali, gagal," kata Sukarno di halaman Polrestabes Semarang.
Advertisement
Maling Menyelam di Comberan
Dua pelaku pencurian kendaraan bermotor atau curanmor di Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel) menempuh aksi konyol demi mengelabui polisi yang mengejarnya. Meninggalkan sepeda motor yang baru saja dicuri di pinggir jalan, keduanya langsung kabur ke wilayah pedesaan dan nekat menceburkan diri ke dalam parit comberan.
Namun, upaya Abdul Karim (27) dan Idrus Darussalam (27), warga Kecamatan Muara Rupit, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan, itu sia-sia. Napas mereka tak cukup panjang untuk menyelam lebih lama.
Saat kepala keduanya muncul, petugas Satreskrim Polres Lubuklinggau dengan mudah menciduk mereka. Alhasil dengan tubuh basah kuyup dan bau comberan, keduanya terpaksa meringkuk di sel tahanan sejak ditangkap pada Selasa, 31 Januari 2017.
Keduanya dijerat dengan Pasal 363 KUHP tentang Pencurian dengan ancaman kurungan setidaknya lima tahun penjara. Kapolres Lubuklinggau, Sumsel, AKBPP Hajat Mabrur mengatakan keduanya merupakan residivis.
"Mereka berulang kali beraksi di wilayah hukum Lubuklinggau, seharusnya divonis lebih berat," kata Kapolres didampingi Wakapolres Kompol Suryadi dan Kasat Reskrim AKP Ali Rojikin.
Dalam gelar ungkap perkara tersebut, polisi juga menghadirkan sepeda motor Honda Supra X BG 3254 HU milik korban Ansyori yang dicuri tersangka pada Senin, 30 Januari 2017. Sepeda motor itu terparkir di depan rumah korban. Karena kelengahannya, pelaku dengan mudah beraksi dengan kunci T.
Aksi pencurian motor terbilang cukup rutin terjadi di kawasan Lubuklinggau dan sekitarnya. Dalam sepekan, setidaknya ada dua laporan curanmor yang umumnya disebabkan kelalaian pemilik.
Wakapolres Lubuklinggau, Sumsel, Kompol Suryadi mengimbau warga untuk tidak menyepelekan hal ini. "Setidaknya memasang kunci pengaman tambahan serta mengunci rapat pagar jika diparkir di rumah," kata Suryadi.
Berdoa Dulu di Facebook
Petualangan Andi Hasan Basri (36) dalam dunia kejahatan akhirnya berakhir dengan sebuah timah panas yang bersarang di kaki kanannya.
Tim Reserse Mobile (Resmob) Polda Sulselbar terpaksa melumpuhkan maling kelas kakap ini karena hendak melarikan diri dan melakukan perlawanan saat ditangkap di bilangan Jalan Toddopuli, Makassar, Selasa, 10 Mei 2016.
"Kita tangkap dia (Andi Hasan) saat hendak beraksi di kos-kosan di Jalan Toddopuli, Makassar," kata Kanit Resmob Polda Sulselbar, AKP Yunus Saputra, kepada Liputan6.com di pos Resmob Polda Sulselbar.
Yunus mengungkapkan, pelaku selama ini merupakan spesialis pencurian dengan pemberatan, atau akrab disebut garong.
Selain beraksi di beberapa daerah di Sulsel, ia juga beraksi di beberapa provinsi di luar Sulsel, di antaranya di Kalimantan Timur (Kaltim), Papua Barat, dan Bali.
"Dia ini residivis kasus curat. Selain masuk ke rumah orang, kos-kosan, dia juga membobol brankas di beberapa kantor. Salah satunya brankas di kantor yang terletak di Jalan Mustafa Daeng Bunga, Gowa," Yunus menjelaskan.
Dalam menjalankan aksinya, pelaku yang diketahui sebagai warga Jalan Rappocini, Makassar itu hanya menggunakan peralatan sederhana, yakni satu kunci T dan dua obeng, serta satu sepeda motor.
"Obeng dia gunakan untuk mencongkel pintu rumah yang jadi targetnya. Kunci T digunakan membuka sadel motor milik korban. Setelah semua barang berharga korban sudah dia ambil, kemudian pelaku kabur menggunakan sepeda motornya," kata Yunus.
Namun ada yang unik dari perilaku pelaku. Ia sering mengunggah foto hasil aksi kejahatannya ke media sosial Facebook pribadinya yang bernama Andi Hasan Basri.
Tak hanya itu, untuk menutupi kedoknya ia juga memasang fotonya yang berpakaian necis dan ala orang alim dengan kopiah.
Bahkan yang lebih edan lagi, setiap hendak beraksi, ia menulis status di Facebook-nya seraya berdoa sebelum menjalankan aksi di daerah yang menjadi targetnya seperti yang terlihat saat beraksi di Samarinda dan Bali. Pelaku menulis status "Ya Allah beri aku rezeki yang banyak".
Advertisement
Maling Cuma Dapat Kerupuk
Kelelahan akibat kerja menyebabkan Yuliyanto (31), warga Perumahan Idaman III, RT 09 RW 03, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, Jawa Tengah, memutuskan untuk pijat. Ia bersama istrinya kemudian pergi ke tukang pijat langganannya, Sabtu, 16 Januari 2016.
Ritual pijat di akhir pekan pun usai. Yuliyanto pulang ke rumah bersama istrinya dengan badan lebih segar, sekitar jam 21.30 WIB. Namun keduanya kaget dan curiga ketika melihat gerbang sudah terbuka.
"Perasaan saya tidak enak. Karena rumah saya dulu pernah dibobol maling dengan tanda-tanda yang sama," kata Yuliyanto kepada Liputan6.com, di Semarang, Senin, 18 Januari 2016.
Ketika ia meneliti kerusakan gerbang rumahnya, rumah tetangganya yang dihuni dokter Puskesmas Tengaran, Semarang, juga terlihat acak-acakan.
"Setelah masuk rumah, saya cek, semua berantakan. Mulai di ruang tamu, kamar, lemari pakaian, hingga ruang keluarga acak-acakan," kata Yuliyanto.
Namun, diakui Yulianto, maling yang menyatroni rumahnya seperti kesulitan merusak kunci gerbang. Selain itu, si maling juga harus membobol pintu garasi yang digembok ganda.
Membayangkan kesulitannya, maling ini tentu butuh waktu lebih dari 30 menit agar bisa masuk.
Hasil pengecekan, tak ada satu pun barang yang hilang. Yuliyanto curiga, kemudian ia meneliti satu per satu isi rumahnya. Berkali-kali diteliti, tak satu pun ada barang yang hilang.
"Tapi saya ingat, sebelum berangkat ke Suruh, tadi saya sempat beli sepuluh bungkus plastik kerupuk. Tapi kok hanya ada lima bungkus. Sedangkan sisanya hanya ada bekas plastiknya," kata Yuliyanto.
Dia menduga sang maling kelaparan setelah mengacak-acak rumah dan tak menemukan barang berharga.
Yuliyanto ingat, kerupuk putih itu awalnya sepuluh bungkus. Kemudian sudah dimakannya bersama istri dan anaknya tiga bungkus. Jadi maling itu hanya makan kerupuk dua kantong plastik saja.
"Barangkali lapar dan kami belum sempat masak. Yang siap makan ya hanya kerupuk itu. Tapi saya yakin pelakunya lebih dari seorang," kata Yuliyanto.
Yuliyanto akhirnya melapor ke polisi. Karena pada saat yang sama rumah dokter tetangganya juga dimasuki dan kaca jendela rumah dipecah menggunakan batu.
Karyawan swasta di Salatiga itu menyampaikan, saat merusak jendela rumah dokter itu sempat diketahui sejumlah anak-anak di kompleks perumahan.
"Kata anak-anak, malingnya menggunakan minibus berwarna silver," kata Yuliyanto. Maling bermobil itu pergi tanpa hasil selain kerupuk pengganjal perut.
Jimat Sang Maling Tak Ampuh
Rudy Irwanto (36), seorang satpam di kantor notaris di Makassar, gagal menjalankan aksi pencurian. Selain gagal mencuri, dia juga babak belur dipukuli warga. Jimat yang dikantonginya ternyata tak membantu.
Rencananya, Rudy akan menggasak sejumlah barang di sebuah toko milik Gregorius Dilive DS di jalan poros Maros-Makassar KM 23 lingkungan Sanggalea, Adatongeng, Turikale, Maros, Sulsel, Selasa, (12 Januari 2016, sekitar pukul 03.00 Wita.
Namun, warga di sekitar toko tersebut berhasil memergoki Rudy. Saat diinterogasi, dia tidak bisa menjelaskan alasan mengapa dirinya ada di toko yang bukan miliknya.
"Warga memergoki Rudy masuk dalam toko yang sebetulnya sudah digembok. Rudy pun menjadi bulan-bulanan warga," ucap Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Frans Barung, kepada Liputan6.com, di kantornya.
Tak lama kemudian anggota Reserse Mobile (Resmob) Polres Maros tiba di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengamankan pelaku dari amukan massa.
"Saat digeledah kantongnya ada beberapa jimat berupa tulisan Arab yang tertulis di sebuah kertas putih dan telah dilaminating. Selain itu beberapa benda yang terisolasi warna hitam," kata Frans.
Menurut Frans, pelaku mengira jimatnya berfungsi dengan baik. Bahkan, Rudy secara terang-terangan mengaku ke warga hendak mencuri toko tersebut.
"Tapi kemungkinan jimatnya tak berfungsi, jadi malah dapat tonjokan bertubi-tubi oleh warga," ucap Frans.
Setelah berhasil dievakuasi, pelaku selanjutnya diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Butta Salewangan, Maros, Sulsel karena mengalami luka parah.
"Karena mengalami luka-luka, pelaku dibantar ke RSUD Buttasalewangan untuk menjalani perawatan medis," kata Frans.
Advertisement