Morning Sickness Bisa Tunjukkan Jenis Kelamin Anak?

Morning sickness yang terjadi selama trimester awal kehamilan ternyata bisa menjadi tanda awal jenis kelamin anak.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 23 Feb 2017, 14:40 WIB
Morning Sickness Bisa Jadi Pertanda Jenis Kelamin Anak?

Liputan6.com, Jakarta Morning sickness yang terjadi selama trimester awal kehamilan ternyata bisa menjadi penanda awal jenis kelamin anak. Dalam studi yang diterbitkan Brain, Behaviour and Immunity disebutkan, ibu yang mengalami morning sickness parah cenderung memiliki anak perempuan.

Seperti dilansir Netdoctor, studi ini dilakukan para ilmuwan dari The Ohio State University Wexner Medical Center. Dengan melibatkan 80 wanita hamil, ilmuwan melihat sistem kekebalan tubuh mereka.

Penelitian juga melihat kemungkinan wanita mengalami morning sickness yang parah disertai dengan beberapa kondisi medis, termasuk asma cenderung dan apakah melahirkan anak laki-laki atau perempuan.

"Penelitian ini menunjukkan, salah satu faktor kekebalan tubuh dapat mempengaruhi bagaimana wanita merespons virus yang berbeda, infeksi atau kondisi kesehatan kronis (seperti asma), termasuk apakah mempengaruhi kesehatan janin," kata pemimpin studi, Amanda Mitchell, seperti dikutip dari laman Net Doctor, Kammis (23/2/2017).

Namun jangan senang atau sedih dulu. Menurut dokter kandungan, Profesor Basky Thilaganathan yang juga juru bicara Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists (RCOG), studi ini relatif kecil sehingga setiap wanita sebenarnya merasakan reaksi yang berbeda saat hamil anak laki-laki atau perempuan.

Sependapat, dokter kandungan, Dr Karen Morton juga setuju kalau penelitian lanjut perlu dilakukan agar lebih relevan.

"Jelas, ada bentuk perlindungan imunologi dalam tubuh ibu untuk kehamilan sehat. Namun masalah muntah parah ke titik 'hiperemesis gravidarum' (mual dan muntah di masa kehamilan dengan frekuensi serta gejala yang jauh lebih parah daripada morning sickness) disebabkan multifaktorial," ujarnya.

Morton menambahkan, dalam pengalamannya, ia melihat kondisi mengerikan ini berkembang terlepas dari jenis kelamin bayi, sehingga ia ragu dengan studi ini.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya