Liputan6.com, Yogyakarta - Meramal tidak melulu dengan kartu atau membaca garis tangan. Seorang praktisi terapi kejiwaan di Yogyakarta, Sekartaji Ayuwangi Purbapuri, menunjukkan meramal ternyata bisa dilakukan dengan menari. Ia pernah mempertontonkan kemampuannya dalam sebuah pertunjukan pada 2010.
Ketika itu, Artha, sapaan akrabnya, berkolaborasi dengan seorang teman yang bermain biola. Gesekan nada-nada dari dawai biola mengiringi gerak tubuh perempuan kelahiran 1 Juli 1984 itu menari gemulai mengikuti naluri.
Baca Juga
Advertisement
Terapis kejiwaan itu berprinsip, ketika tubuh, jiwa, dan roh berdamai dan selaras maka dapat menarik energi orang dan melihat apa yang dirasakan orang tersebut.
"Saya membaca nasib, bukan membaca takdir, tingkat relativitas keduanya berbeda, nasib bisa berubah," ucap Sekartaji Ayuwangi atau akrab disapa Artha saat berbincang dengan Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Perempuan dengan model rambut pixie ini mengaku meramal atau membaca nasib seseorang bisa dilakukan dengan berbagai medium. Sebab yang terpenting bukan sarana yang digunakan, melainkan menyelaraskan energi dari tubuh, jiwa, dan roh.
Tarian menjadi salah satu sarana yang pernah dipilihnya karena secara kebetulan ia juga menekuni tari klasik tradisional sejak bangku sekolah dasar. Alhasil, menari bukan lagi hal baru bagi Artha.
Tempat Curhat
Ketertarikannya dengan meramal justru dimulai ketika ia kerap menjadi tempat curhat atau curahan hati teman-temannya sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Teman-teman yang merasa nyaman ketika menceritakan persoalan yang dihadapi kepada Artha, membuat ia tertarik menyelami kepribadian manusia.
"Ketika itu, teman-teman bilang intuisi saya tajam," tutur dia.
Memasuki bangku sekolah menengah atas, Artha mulai mempelajari palmistry. Ia menggabungkan teknik membaca nasib lewat garis tangan seseorang dan menyelaraskan dengan intuisinya. Layaknya, kebanyakan peramal, Artha juga pernah mempelajari tarot semasa kuliah.
Kemampuannya meramal lewat tarot yang cukup populer di kalangan anak muda membuat Artha kerap diajak mengisi acara di berbagai ajang. Secara umum ia menarik benang merah dari permasalahan orang-orang yang datang kepadanya dan kebanyakan orang yang gelisah dan kurang percaya diri.
Rumah Kasih Sekartaji
Lewat kemampuannya, Artha mulai mendalami hipnosis pada 2010 yang sampai saat ini justru menjadi bagian dari pekerjaan profesionalnya. Sempat bergabung dengan beberapa lembaga sampai akhirnya ia membuka Rumah Kasih Sekartaji pada 2014.
"Saya berusaha mendamaikan orang dengan masalahnya lewat hipnosis," sebut perempuan yang sempat menekuni ramal dengan medium kopi dan teh ini.
Ia mengungkapkan perilaku alam 88 persen sadar dipengaruhi bawah sadar, sehingga hipnosis menjadi metode yang bisa diterapkan untuk menyelesaikan akar permasalahan.
Untuk penyembuhan trauma, misalnya, Artha menerapkan life regretion atau reinkarnasi. Ia mencontohkan, ada pasiennya yang fobia darah ternyata setelah ditelusuri, ia pernah hidup pada masa perang dunia.
"Sembilan puluh persen relevan hipotesis saya, ketika melakukan penggalian data lewat life regretion, saya temukan dia dengan zaman itu," ujar dia.
Menurut Artha, cara ini banyak dilakukan psikiater di Eropa untuk penyembuhan, metode psikoterapi yang tidak berkaitan dengan agama maupun kepercayaan apa pun.
Hipnosis yang ditawarkannya beragam, mulai dari healing sampai hypnoslimming, tergantung dari keinginan si pasien. Tahun ini, Artha juga berencana meluncurkan hypnodance sebagai salah metode penyembuhan.
"Waktunya bersamaan dengan relaunching House of Sekartaji, hipnosis dengan tari," kata dia.
Praktisi terapi kejiwaan asal Yogyakarta ini menganggap sekarang sudah waktunya ia mengembangkan hipnosis yang digelutinya. Sebab, semakin banyak orang yang membutuhkan pertolongannya.
Advertisement