Liputan6.com, Jakarta - Hujan deras yang mengguyur Ibu Kota Jakarta menjadi tantangan tersendiri bagi para petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum atau PPSU. Seragam oranye dan alat kebersihan jadi penanda bahwa mereka siap berperang melawan sampah dan aliran air yang mampet.
Aksi pasukan Oranye belakangan kembali menyedot perhatian warga. Para netizen juga ramai berkomentar soal video pasukan oranye yang memasuki saluran penghubung tanpa satupun alat keamanan. Padahal saat itu dia tengah memastikan air mengalir normal tanpa hambatan.
Di Kali Betik di Rawa Sengon, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, seorang petugas PPSU, Dennis usia 45 tahun meregang nyawa saat memantau dan bertugas menangani banjir di kawasan Kelapa Gading. Dia terpleset ketika melintas di jembatan besi di Kali Betik. Saat itu dia baru selesai mengambil foto kondisi aliran kali Betik.
"Informasinya, Deni ini terpeleset dari motor dan terjatuh ke Kali itu. Berangkat mau bersihkan saluran," kata Kasudin Damkar Jakarta Utara Satriadi saat dihubungi Liputan6.com Rabu 22 Februari 2017.
Advertisement
Setelah sempat dilakukan pencarian, nyawa pria asal Kupang, NTT itu tak terselamatkan. Denis ditemukan di aliran Kali Sunter di Jembatan Plumpang, Semper, sekitar pukul 11.45 WIB. Proses pengangkatan jasad Dennis dari Kali Sunter pun mengundang haru dari warga yang datang melihat.
"Ya masih menempel semua, pakaian sama tadi ada alat-alat kebersihannya," tambah Satriadi.
Istri Dennis, Erlyn Benu mengatakan, suaminya merupakan sosok pekerja keras, tak kenal lelah dan bertanggungjawab. Sudah 6 tahun bekerja, Erlyn mengaku tidak pernah mendengar atau melihat Dennis berkeluh kesah terkait tugasnya sebagai pasukan Oranye.
"Bertanggung jawab dia, baik, pekerja keras. Dia bekerja di PPSU sudah dari tahun 2011," kata Erlyn di rumah duka di jalan Rawa Sengon RT 02 RW 022 Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara.
Kabar soal Dennis pun mengundang Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok datang melayat dan bertemu istri korban.
Ahok datang sebelum peresmian RPTRA di Kalijodo, Jakarta Barat. Ahok mengapresiasi kerja keras almarhum Dennis dan memberi jaminan soal santunan dari BPJS serta uang bulanan untuk istri Dennis yang saat ini sedang hamil.
"Kami urus juga biaya pemulangan jenazah dan empat keluarga yang ikut (ke Kupang). Karena istrinya hamil, kami berikan santunan bulanan," kata Ahok.
Kontestan Pilkada Tergoda PPSU
Keberadaan Pasukan Oranye ternyata juga mencuri perhatian salah satu pasangan calon (paslon) dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 ini. Jadi bagian warga Ibukota menambah magnet pasukan oranye untuk didekati paslon.
Sebanyak 73 Pegawai Harian Lepas (PHL) Dinas Kebersihan DKI Jakarta atau Pasukan Oranye diskors. Sebabnya, mereka diduga kuat ikut kampanye salah satu paslon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
"Mereka ikut kampanye pasangan nomor satu," kata Kepala Dinas Kebersihan Isnawa Adji saat berbincang dengan Liputan6.com.
Puluhan petugas tersebut adalah mereka yang biasa menjaga kebersihan sungai dan kali di Jakarta. Puluhan pasukan oranye tersebut ikut kampanye pada Senin, 21 November 2016 sore. Mereka berasal dari PHL Kecamatan Kemayoran (38 orang) dan Kecamatan Johar Baru (35 orang).
"Mereka foto sambil acungkan jari pakai seragam oranye lengkap dengan peralatan," kata Isnawa.
Setelah mendapatkan laporan tersebut, Isnawa langsung memerintahkan jajarannya untuk mem-BAP (Berita Acara Pemeriksaan). "Senin malam saya lapor Plt Gubernur," kata Asnawi.
Plt Gubernur Sumarsono tidak berlama-lama dan mengambil langkah tegas. Puluhan pasukan oranye itu langsung diskors. Mereka tidak diperbolehkan bekerja dan menerima gaji. "Tapi mereka bisa mendaftar lagi setelah beres pilkada," Asnawi menjelaskan.
Pembelaan datang dari calon wakil gubernur petahana Djarot Saiful Hidayat. Ia mengatakan, 73 Pasukan Oranye yang disanksi karena ikut politik praktis hanyalah korban. Oleh karena itu, Djarot meminta Bawaslu menindak tegas pihak yang mengajak Pasukan Oranye berkampanye.
"Inilah pentingnya Panwas maupun Bawaslu, kalau ada temuan segera ditindaklanjuti. Mereka (Pasukan Oranye) kan korban, siapa yang mengajak," ujar Djarot saat blusukan di Petamburan, Jakarta Barat.
Djarot menyebut, meski tak ada pengaduan, temuan pelanggaran kampanye harus tetap ditindak lanjuti Bawaslu.
"Saya baca statement Kadis Kebersihan bahwa itu digerakkan timses salah satu paslon. Tidak ada pengaduan, tapi ini temuan (pelanggaran), ditelusuri, dipanggil seperti kemarin Pak Wali Kota (Jakarta Barat)," kata Djarot.
Di sisi lain, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono melihat ada pelanggaran dalam proses rekrutmen para pasukan oranye. Menurut dia, pelanggaran yang terjadi sekarang karena adanya proses transisi perekrutan yang sebelumnya dilakukan pihak Dinas Kebersihan, kemudian beralih kepada pihak kelurahan setempat.
"Proses rekrutmen yang baru lebih menerima yang baru daripada mempertahankan pekerja yang sudah lama dari 5,10, hingga 15 tahun. Ini harus ditindak karena pengaduan dari Minggu kemarin makin banyak, berarti ada yang enggak beres," kata Sumarsono di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa, 17 Januari 2017.
Advertisement