Liputan6.com, Jakarta - Masjid Istiqlal kini memasuki usia ke-39. Masjid terbesar di Indonesia ini tentu menyimpan sejarah panjang perjalanan bangsa.
Istiqlal dibangun pada 1950-1951. Saat itu, Presiden Sukarno dan Wapres Muhammad Hatta bersama Menteri Agama saat itu, KH Wahid Hasyim, berdiskusi dengan para tokoh agama lainnya untuk membangun masjid di Jakarta.
Advertisement
Lokasi menjadi salah satu perdebatan saat itu. Bung Hatta awalnya menyarankan masjid dibangun di kawasan Jalan Thamrin yang sekarang menjadi Hotel Indonesia. Alasannya, karena dekat dengan Tanah Abang yang penduduknya mayoritas muslim. Selain itu, Menteng dikenal dengan kawasan Pecinan.
"Zaman dulu hampir tidak ada masjid di daerah Menteng karena memang umat Islam jarang tinggal di tempat elite seperti ini waktu itu. Gereja banyak," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (22/2/2017).
Namun, Bung Karno memiliki pandangan lain. Bung Karno memilih membangun Istiqlal tepat di depan Gereja Katedral yang sudah lebih dulu ada.
"Bung Karno memiliki filosofi yang lain bahwa di sinilah kita dirikan bersanding dengan Katedral untuk memberikan bangsa ini makna. Bangsa yang berdiri bersama-sama. Kita semua yang berada di sini, ini mempunyai makna nasional yang jauh ke depan," ujar JK.
Falsafah inilah yang sampai saat ini harus terus dijaga. Falsafah ini pula yang mendorong bangsa Indonesia menjadi besar.
"Maka umat Islam juga datang di sini luar biasa. Sekiranya dibikin di daerah Tanah Abang mungkin itu-itu juga yang datang, tapi di sini segala macam arah orang ke daerah sini," ucap JK.
Masjid Teladan
JK menilai Masjid Istiqlal yang usianya memasuki 39 tahun memiliki beban moral cukup berat. Masjid terbesar sekawasan Timur Asia itu diharapkan dapat memberi teladan bagi seluruh masjid di Indonesia.
"Di mana pun kehidupan yang besar melindungi yang kecil, memberi contoh. Istiqlal harus menjadi contoh dan teladan bagi masjid lainnya," kata JK.
Teladan yang diberikan Istiqlal tentu tidak hanya sebatas kualitas ibadah. Namun juga dakwah, ceramah, kebersihan, atau segala kegiatan yang dilakukan juga harus bisa menjadi contoh bagi yang lainnya.
JK tidak ingin masjid di Indonesia seperti Malaysia. Seluruh masjid dan kegiatannya diatur pemerintah karena memang masjid di sana dibangun pemerintah. Berbeda dengan Indonesia yang hampir seluruh masjid dibangun dan dikelola sendiri oleh masyarakat.
"Hanya ada tiga negara di seluruh dunia yang masjidnya diatur oleh masyarakat. Indonesia, Pakistan, dan India. Di Indonesia paling kurang dari 5 persen yang dikelola pemerintah," ucap JK.
Karena itu, sebagai masjid terbesar di Indonesia, Istiqlal harus bisa menjadi pedoman bagi masjid lainnya terutama dalam hal dakwah. Paling tidak, Istiqlal bisa melahirkan dakwah-dakwah yang sejuk.
"Kita juga tidak ingin Masjid Istiqlal jadi pencetak khotbah untuk semuanya. Ada mesin cetak khotbah di sini tidak. Tapi kita berharap masjid-masjid itu mempunyai pedoman dakwah yang sejuk," ujar JK.
Advertisement