Liputan6.com, Jakarta - Warga Serang, Banten, bernama Siti Aisyah mendadak menjadi topik hangat dan mewarnai halaman-halaman utama pemberitaan. Dia diduga terlibat pembunuhan berencana Kim Jong-nam, kakak angkat pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Wanita kelahiran Serang 11 Februari 1992 itu kini ditahan di Kuala Lumpur. Sampai saat ini Kepolisian Malaysia belum mau membuka akses bagi pihak mana pun termasuk Indonesia untuk bertemu Siti Aisyah. Kendati begitu pemerintah Indonesia tidak tinggal diam.
Advertisement
Kini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia dan Polri tengah berupaya menarik keluar Siti Aisyah dari pembunuhan Kim Jong-nam. Namun, upaya itu tak mudah.
"Untuk saat ini memang akses masih terbatas. Ada personel di Kuala Lumpur, Malaysia, yang bersama staf KBRI siap memberikan bantuan hukum pada Siti Aisyah," kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar.
Dia mengatakan, KBRI juga sudah menyiapkan tim advokasi untuk mendampingi Siti Aisyah. Sementara itu, Polri saat ini tengah mencari dan bertukar informasi dengan kepolisian Malaysia. Sebab Polri tidak dapat bertindak langsung mengenai kasus tersebut.
"Untuk pertama, kita sudah ada advokasi. Kita ada atase kepolisian yang dalam kerja sama internasional saling bertukar informasi. Jadi bantuannya akses komunikasi dan informasi," ucap Boy.
Namun upaya Polri tidak akan berhenti sampai di situ. Boy menuturkan, Polri memiliki posisi tawar tinggi terhadap kepolisian Malaysia untuk saling bertukar informasi terkait kasus dugaan pembunuhan Kim Jong-nam yang menjerat Siti Aisyah. Terutama untuk informasi keberadaan atau profil Siti Aisyah sewaktu di Indonesia.
"Biar bagaimana kebutuhan akan investigasi itu selalu dikaitkan dengan kebutuhan informasi dan fakta. Nah, fakta itu katakanlah itu berada di Indonesia. Nah, bisa kita bantu. Karena itulah kewajiban kita sebagai negara yang satu rumpun interpol sama-sama punya kewajiban sharing informasi," ucap mantan Kapolda Banten itu.
Namun, sampai saat ini belum ada permintaan resmi dari kepolisian di Raja Malaysia terkait pemenuhan informasi untuk penyidikan Siti Aisyah. Meski demikian, Polri menyatakan bersedia membantu pihak Kepolisian Diraja Malaysia memberikan informasi mengenai Siti Aisyah.
"Tetapi jika dalam hal-hal diperlukannya bantuan kita akan bantu kepada polisi Malaysia sepanjang itu berkaitan dengan kebutuhan informasi apakah terkait Siti Aisyah atau orang-orang lainnya yang diduga katakanlah diketahui datang ke Indonesia," tutur Boy.
Korban Lelucon
Suara lantang terlontar dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang menyatakan Siti Aisyah diduga kuat tidak menyadari tengah memainkan peran penting dalam pembunuhan Kim Jong-nam.
"Informasi sementara yang kita terima dari LO kita yang di sana maupun dari kepolisian sana, yang bersangkutan itu (Siti Aisyah) diduga terlibat dalam kasus itu, tapi yang bersangkutan tidak menyadari bahwa itu adalah untuk pembunuhan," ucap Tito di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu, 22 Februari.
Tito menuturkan, Siti Aisyah direkrut untuk menjadi pelaku prank atau lelucon. Siti direkrut empat orang berkewarganegaraan Korea Utara di Kuala Lumpur.
"Kalau kita 'Kena Lo'. Kalau enggak salah Kuala Lumpur (tempat perekrutan Siti Aisyah), tapi bukan di bandara tapi di tempat lain," ujar dia.
Tito menyatakan, Siti Aisyah tidak tahu kalau direkrut untuk membunuh Kim Jong-nam. Namun, Tito membenarkan seorang warga Korea Utara yang diduga otak pembunuhan, Ri Jong-chol, pernah datang ke Indonesia.
"Kalau menurut paspornya yang ditemukan oleh data-data dari Malaysia itu kemudian kita cek ke data kita yang ada di sini juga pada waktu mereka masuk, betul masuk ke sini (Indonesia). Kita juga ada fotonya pada waktu masuk di Bandara Soekarno-Hatta tanggal 12 itu juga menggunakan paspor Korea Utara," ujar dia.
"Dan setelah itu mereka keluar, tapi saya enggak akan kasih tahu ke mana mereka keluarnya karena itu kan masih kita koordinasi dengan jaringan interpol," ucap Tito.
Siti Aisyah ditangkap aparat berwenang Malaysia pada 16 Febuari 2017. Penangkapan selang tiga hari dari insiden kematian Kim Jong-nam di Bandara Internasional Kuala Lumpur.
"Dia teridentifikasi dari CCTV yang berada di bandara dan ia sendirian saat ditangkap," ucap Inspektur Jenderal Khalid Abu Bakar seperti dikutip dari Straits Times, Kamis, 16 Februari 2017.
Siti Aisyah ditahan di penjara Malaysia sejak Kamis, 19 Februari 2017. Awalnya, perempuan tersebut dibui di penjara di Negara Bagian Selangor. Namun, pada Sabtu, 18 Februari 2017, tempat penahanan Siti Aisyah dipindahkan dari Selangor ke Kuala Lumpur.
Kepolisian Malaysia mengatakan, saat ini mereka tengah mencari seorang pejabat senior di Kedutaan Besar Korea Utara (Korut) di Kuala Lumpur sehubungan dengan pembunuhan Kim Jong-nam.
Berbicara dalam sebuah konferensi pers di Kuala Lumpur pada Rabu, Kepala Kepolisian Malaysia Khalid Abu Bakar mengatakan, dua warga Korut tengah diburu. Mereka ini diluar daftar buronan lainnya yang telah diumumkan sebelumnya.
Seperti dikutip dari BBC, Rabu, (22/2/2017), keduanya diyakini masih berada di Malaysia. Satu di antara yang diburu adalah sekretaris kedua di Kedubes Korut, sementara seorang lainnya merupakan petugas di maskapai negara Korut, Air Koryo.
Advertisement