Liputan6.com, Jakarta - Kehidupan di berbagai belahan dunia saat ini banyak dipengaruhi kekuatan informasi yang tersebar melalui media massa, baik itu televisi, radio, media cetak maupun media baru. Informasi itu mempengaruhi kehidupan sosial, situasi politik, kondisi ekonomi, keagamaan, dan budaya.
"Bahkan, kerukunan, perdamaian, toleransi antarmasyarakat dan bangsa sedang terusik karena konflik, kebencian-kebencian, dan disharmoni yang timbul akibat penyebaran informasi melalui media massa, apalagi media sosial," ujar Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Kamis (23/2/2017).
Advertisement
Menurut dia, penyebaran berita bohong atau hoax kebanyakan dilakukan melalui media dengan memanfaatkan kekuatan internet dan medsos sangat tinggi.
"Pada tahun 2016 saja, pengguna internet di dunia berjumlah 3,2 miliar penduduk dan diperkirakan pada tahun 2018 mencapai 3,6 miliar orang pengguna internet," jelas Yuliandre.
Sementara di Indonesia, data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) mengungkap lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Bahkan, pada 2016 pengguna internet Indonesia menembus angka 132,7 juta orang.
"Melalui jaringan internet itulah penyebaran informasi hoax, fake, palsu, hate speech yang mempertentangkan segala perbedaan," tegas Yuliandre.
Melihat kenyataan itu, KPI pun menggagas ajang media untuk dunia yang lebih harmonis dalam agenda OIC Broadcasting Regulatory Authorities Forum (IBRAF) pada 21-23 Februari 2017 di Kota Bandung, Jawa Barat.
"Ajang ini untuk menciptakan harmoni dan perdamaian, mencegah perpecahan, menebar kebaikan dalam kehidupan umat manusia di dunia. Semoga dunia menjadi surga bagi kehidupan umat manusia berkat informasi yang menyejukkan kehidupan," Yuliandre memungkas.