Liputan6.com, Tashkent - Jurnalis dan sekaligus aktivis oposisi Republik Uzbekistan, Muhammad Bekjanov, akhirnya bebas setelah 18 tahun dipenjara.
Bekjanov dituding melakukan percobaan pembunuhan almarhum Presiden Islam Karimov. Namun, ia mengatakan dirinya disiksa untuk mengaku kejahatan yang tak pernah dilakukannya.
Advertisement
Dikutip dari BBC, Kamis (23/2/2016), Bekjanov adalah saudara laki-laki dari pemimpin oposisi Muhammad Salih yang kini berada di pengasingan.
Bekjanov dan koleganya adalah jurnalis yang paling lama ditahan di penjara sedunia.
Adapun rekannya, Yusuf Ruzimuradov masih dipenjara.
Bekjanov dituduh memiliki hubungan dengan kelompok yang melakukan serangan bom di ibukota Tashkent pada tahun 1999.
Ia kabur dari Uzbekistan ke Ukraina. Di sana ia menjadi editor bagi koran oposisi Erk. Namun, Ukrania mengekstradisi dirinya dan Ruzimuradov.
Kembali ke negaranya, dua orang itu dituding membuat koran oposisi dan mencoba menggulingkan pemerintahan dengan rangkaian serangan bom.
Keduanya ditahan tanpa batas waktu tertentu. Kesehatan Bekjanov menurun selama ia berada di penjara.
Putrinya, Aygul Bekjanova pernah berkata kepada BBC pada 2014 bahwa istri Bekjanov pernah mengungjungi suaminya pada 2012. Perempuan itu mendapati sang suami dalam kondisi sakit parah, menderita TBC, dan kebanyakan giginya hilang.
Pada Desember lalu, oraganisasi Committee to Protect Journalists melaporkan, Bekjanov dipindahkan ke sel isolasi.
Sementara pejabat dari Human Rights Watch mengatakan, "satu-satunya kejahatan yang ia lakukan adalah melakukan pekerjaannya dengan penuh dedikasi dan kejujuran."
Menurut analis dari BBC, pembebasan Bekjanov mungkin dari refleksi perubahan rezim di bawah presiden baru Shavkat Mirziyoyev, yang menjabat pada Desember 2016 lalu.
Almarhum Karimov adalah salah satu pemimpin otokratik di Asia.
Pembebasan Bekjanov pada Rabu lalu dilaporkan oleh kerabat dan kelompok hak asasi manusia.