Cerita Warga Cipinang Melayu Saat Banjir 2 Meter Rendam Rumah

Dia mengaku tak habis pikir bertahun-tahun tinggal di Cipinang Melayu, baru kali ini banjirnya seperti banjir bandang.

oleh Muhammad Ali diperbarui 24 Feb 2017, 07:47 WIB
Warga Cipinang Melayu mengaku banjir kali ini di luar dari biasanya.

Liputan6.com, Jakarta - Meski banjir sudah surut, genangan air masih terlihat di sejumlah titik RW 4 Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur. Seorang pria paruh baya yang sedang menemani cucunya tengah asik bermain air banjir.

Maryanto (63), warga RT 4 yang merupakan tempat lokasi banjir terparah, menuturkan kisahnya saat banjir yang tiba-tiba datang pada hari Selasa malam, 21 Februari 2017.

Pria asli Yogyakarta ini semula tidak berpikir banjir kembali naik pada Selasa karena sebelumnya air sempat surut. Maryanto kaget saat mengetahui banjir datang dari dua arah, yaitu Sungai Sunter dan saluran air Kalimalang.

"Saya enggak habis pikir bertahun-tahun tinggal di sini, baru kali ini banjir dari luapan Kalimalang banjirnya kayak banjir bandang," ujar Maryanto di depan rumahnya, Cipinang Melayu, Jakarta, Kamis, 23 Februari 2017.

Pria yang sudah tinggal 30 tahun di Cipinang Melayu ini menceritakan detik-detik banjir menyambangi rumahnya. Saat itu, keluarganya yang berjumlah enam orang itu langsung bergegas menyelamatkan diri saat mengetahui air sudah meninggi hingga 2 meter lebih.

"Waktu itu air paling parah masuk pas hari Selasa. Nah, saya kan habis bersih-bersih tuh tengah malem, tidur, eh tahu-tahu dibangunin sama orang yang ngumumin kalau banjir udah sampai 2 meter lebih. Pas itu lagi tidur di atas sama anak, bangun kan? Pas lihat bawah tangga bawah udah kerendem lima anak tangga," ucap Maryanto.

Bertahan di Rumah

Setelah mengetahui itu, ia dan keluarga bersiap siaga jika air banjir nantinya akan bertambah tinggi. Dia meminta istri dan cucunya agar kembali ke pengungsian untuk mencari tempat yang lebih aman.

"Nah, sehabis keluarga naik, barang-barang juga dinaikkan. Saya suruh istri sama cucu saya naik ke perahu karet yang udah disediakan sama Pak RW buat balik lagi ke posko pengungsian. Saya sama dua anak saya yang laki-laki tinggal di sini sampai hari Rabu," ujar pria yang bertutur Jawa tersebut.

Selama kurang lebih tiga hari dua malam, ia dengan dua anaknya tetap di rumah demi menjaga peralatan rumah tangga dan barang-barang berharga. Selama banjir itu hanya bertahan dengan mi ataupun nasi yang dibagikan relawan.

"Yang susah tuh kalau air naik kayak hari Minggu Senin sama Selasa, kan, kita harus nyiapin semuanya. Dari mulai ngisi penuh toren air, nanti kan dimatiin lampunya, buat wudu, buat mandi kan susah entar. Sama soal makanan, ya kalau lagi berdengung sih dapat makanan dari posko relawan yang bawa perahu karet," ujar dia.

"Banjirnya enggak normal. Setiap tahun emang banjir, tapi banjirnya 1 setengah meter, Kalimalang aja banjir juga, kan ini siklus lima tahunan, 2002, 2007, 2012, 2017," ujar dia.

Ia pun berharap agar air banjir nantinya tidak akan kembali datang, meskipun hujan akan turun. "Sudah capek saya nih, bersihin banjir, eh banjir lagi, udah bersih banjir lagi," keluh dia.


Hampir Tenggelam

Kondisi yang sama diungkapkan Bondan. Pria 30 tahun ini kaget dengan banjir yang terjadi sejak Minggu, 20 Februari 2017. Kala itu, banjir masih biasa dan menimbulkan kepanikan.

"Yang gede itu, kan, pas hari Selasa. Air Sunter banjir eh air Kalimalang juga meluap," ucap Bondan.

Bahkan, banjir itu disebutnya seperti air bah dengan arus air yang sangat deras. Kondisi ini merupakan bencana terparah yang ia alami selama tinggal di kawasan tersebut.

"Hari Selasa diumumin sama orang-orang pakai pengeras suara, pas jam lima pagi udah hampir dua meter, langsung lumayan panik," ujar Bondan.

Dia mengungkpakan banyak warga terjebak dalam lantai atas rumahnya lantaran belum mengungsi karena air begitu cepat datang. Bahkan, ada salah satu warga tetangganya yang hampir tenggelam ketika dievakuasi.

"Saya sendiri di atas rumah itu. Nah, ngeliat evakuasi tetangga. Eh ada ibu-ibu pakai helm pakai jas hujan hampir tenggelam tuh gara gara nyerobot perahu karet, panik gitu ibu-ibunya," kata Bondan.

"Tolong, Mas, saya mau tenggelam," kata Bondan menirukan sang ibu tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya