Perang Dingin PM Australia dan Pendahulunya Tony Abbott

Saling lempar kritik terjadi antara Malcolm Turnbull dan Tony Abbott membuat kondisi politik Australia memanas.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 24 Feb 2017, 14:20 WIB
Koran pagi di Sydney menampilkan headlines Perdana Menteri baru Malcolm Turnbull, Australia, Selasa (15/9/2015). Turnbull berhasil mengalahkan Tony Abbott dalam pemungutan suara kepemimpinan Liberal di Gedung Parlemen di Canberra. (AFP PHOTO/William West)

Liputan6.com, Canberra - Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull terlibat 'perang dingin' dengan pendahulunya, Tony Abbott. Saling lempar kritik berlangsung antar politikus Partai Liberal ini.

Dalam acara peluncuran buku barunya yang berjudul Membuat Australia Benar, ia melemparkan kritik pedas terhadap Pemerintah Australia yang dipimpin Turnbull. Menurutnya, Negeri Kanguru harus melakukan pemotongan dana imigrasi dan mencegah pemborosan biaya.

Ia menambahkan, hal lain yang menjadi kesalahan besar Turnbull adalah tidak memfokuskan diri ke sektor energi terbarukan.

Tidak berhenti di situ saja, ada kesalahan lain yang ditudingkan Abbott kepada Turnbull. Di antaranya, PM Australia dianggap mengesampingkan komisi HAM dan tidak mereformasi senat yang berpotensi menghalangi semua legislasi kebijakan pemerintah.

"Masyarakat yang secara normal mendukung pemerintah saat ini tidak senang," ucap Abbott seperti dikutip dari BBC, Jumat (24/2/2017).

"Masuk dan keluarnya pemerintah, partai politik butuh tujuan. Politik kami bukan untuk kontes racun keegoisan atau proyek yang menunjukan keangkuhan seseorang," jelas dia.

Pemerintah saat ini, diakui Abbott sangat mengecewakan. Pasalnya, walau dikuasai Partai Liberal namun mereka bekerja seperti kelompok oposisi Partai Buruh -- namun dalam skala lebih kecil.

Kebijakan tersebut sangat berbaya. Sebab, pemilih Partai Liberal ditakutkan akan mengalihkan pilihannya ke Partai Buruh di masa mendatang.

Abbott mencontohkan, kebijakan pemerintahaan Turnbull saat ini seperti menolak standar edukasi, upah buruh , biaya listrik, dan harga rumah di Sydney yang super mahal merupakan cerminan kebijakan Partai Buruh.

Kritikan keras Abbott dibalas Turnbull. Ia mengaku sedih, namun, komentar pendahulunya itu tidak tepat. Menurut dia, Pemerintahan Australia di bawah kendalinya telah mencetak banyak rekor pencapaian.

"Lebih dari enam bulan, sejak pemilu lalu kami telah melakukan banyak hal dibanding tiga tahun sebelumnya," ucapnya.

"Yang saya tahu, setiap anggota pemerintahan punya pertanyaan yang sama, apa yang sudah dia lalukan demi menyukseskan pekerjaan pemerintah," ujar Turnbull.

Turnbull menyingkirkan Abbott dari kursi PM Australia pada 2015 lalu usai kalah dalam pemilihan pemimpin internal Partai Liberal.

Setelah kehilangan jabatan pada 2015 lalu, Abbott mengatakan ikhlas dan berjanji tak akan mau menyulitkan pemerintahan yang dipimpin Turnbull.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya