Intelijen: Terjadi Pelonjakan Jumlah Orang Radikal di Jerman

Penganut paham radikal di negara itu naik secara pesat, dari hanya 100 orang pada 2013 menjadi 1600 orang sekarang ini.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 24 Feb 2017, 22:00 WIB
(Sumber DPA/C. Jaspersen)

Liputan6.com, Berlin - Dinas intelijen domestik Jerman mengumumkan kenaikan ratusan kasus ekstemisme hanya dalam beberapa bulan terakhir. Menurut pihak berwenang, setidaknya ada satu kasus tren mengkhawatirkan adalah betapa mudahnya kaum muda menjadi radikal lewat dunia maya. 

Dinas tersebut, BfV, mengatakan pada Rabu lalu bahwa penganut paham radikal di negara itu naik secara pesat, dari hanya 100 orang pada 2013 menjadi 1.600 orang sekarang ini.

Dikutip dari Deutsche Welle pada Jumat (24/2/2107), Hans-Georg Maassen pimpinan dinas intelijen tersebut, angka itu naik dalam ratusan kasus hanya dalam beberapa bulan terakhir.

Katanya, "Setiap hari kami menerima 2 hingga 4 masukan terpercaya tentang rencana kegiatan teroris di Jerman."

"Kita harus sadar bahwa kita sekarang hidup dalam situasi yang berbeda daripada yang normal dulu."

BfV menjelaskan bahwa sebagian alasan pelonjakan itu adalah liputan gencar oleh media tentang rencana-rencana teror, demikian juga dengan semakin mudahnya berhubungan dengan ekstremis secara daring.

Dinas itu juga menyebutkan peningkatan bahaya ketika kaum muda menjadi radikal secara daring, sehingga teman dan kerabat mereka tidak melihat apa yang sedang terjadi.

Maassen menambahkan, "Ada kelompok-kelompok sosial yang saling mencari, misalnya lewat komunitas agama, dan orang dalam dunia nyata tidak selalu mengamati ada perubahan perilaku kelompok."

Dari 1600 ekstremis yang tinggal di Jerman, Maassen mengatakan ada sekitar 570 orang yang dianggap "berbahaya", yaitu mereka yang mampu merencanakan serangan teror.

Pihak berwenang Jerman terus-menerus mencoba berada satu langkah di depan kelompok Salafis sehingga mencoba melarang sejumlah terjemahan sejumlah ayat kontroversial dibarengi dengan penangkapan beberapa pelaku serangan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya