Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 300 pelajar dari Kota Bekasi, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Bogor berkumpul di depan Istana Kepresidenan untuk menyuarakan aksi #TolakJadiTarget. Hal ini untuk memperlihatkan bukti penyebaran dengan sengaja iklan rokok di sekitar sekolah.
Saat acara dimulai, para pelajar menampilkan aksi teatrikal yang menceritakan cara perusahaan rokok menargetkan anak, dengan meletakkan iklan di sekitar sekolah dan cara pelajar melawannya.
Advertisement
Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari mengatakan, kampanye ini serentak digelar di 90 sekolah dari lima kota di Indonesia sejak September 2016. Acara ini, sudah mendapatkan dukungan dari camat hingga wali kota.
"Tujuan dari kegiatan ini untuk menolak perusahaan rokok yang sengaja meletakkan iklan di sekolah. Apalagi bagi perusahaan rokok pelajar merupakan pasar potensial, karena mereka calon pelanggan tetap dimasa depan," ucap Lisda di Jakarta Pusat, Sabtu (25/2/17).
Menurut dia, berdasarkan hasil studi Komnas Perlindungan Anak dan Uhamka 2007, sebanyak 46,3 persen anak mengaku terpengaruh merokok karena melihat iklan tersebut. Terdapat pula 86,7 persen mengaku melihat rokok di media luar ruang.
"Jadi semakin sering anak terpapar iklan rokok akan menciptakan kesan bahwa rokok merupakan sesuatu yang baik, dan dapat mendorong mereka untuk mencoba," tutur dia.
Selanjutnya, Lisda menambahkan, selama berkampanye menemukan beberapa perusahaan tersebut memberikan sejumah uang untuk memasang iklan di warung sekitar sekolah. Jumlah yang mereka terima sangat bervariasi mulai dari Rp 300 ribu setiap bulan hingga Rp 4 juta setiap tahun.
"Bahkan spanduk yang mereka pasang diduga tidak berizin sehingga tidak membayar pajak reklame pada pemerintah," ujar Lisda.
Dia menegaskan, akan berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk berkoordinasi mengenai pelarangan pemasangan iklan rokok di sekitar sekolah.
"Harapan ke depan anak-anak kita bukan jadi perokok , dan kegiatan ini dapat dikembangkan di sekolah untuk pembebasan spanduk," kata Lisda.