Liputan6.com, New Delhi Seorang bayi perempuan berusia empat bulan, Jaya Dalvi, terlahir dengan hidrosefalus, yang membuat ukuran kepalanya lebih besar dari kepala bayi rata-rata.
Bahkan lingkar ukuran kepalanya saat ini telah berkembang pesat menjadi 71 cm, di atas rata-rata ukuran kepala bayi normal yang hanya sekitar 38 cm.
Advertisement
Kondisi hidrosefalus disebabkan karena menumpuknya cairan di dalam tengkorak, dan jika sudah sangat parah, bisa menyebabkan kematian. Seorang bayi yang terlahir dengan kondisi ini, memerlukan tindakan bedah secepatnya untuk menghindari terjadinya cacat permanen.
Namun sayangnya, keluarga Jaya yang tinggal di daerah pedesaan Valasad di Gujarat, bagian India barat ini, tidak mampu untuk membayar perawatan spesialis di rumah sakit swasta.
Ayahnya, Bhavesh Dalvi (30), seorang petani yang hanya bisa menghasilkan 2 pound sterling per hari, atau sekitar Rp. 33.350 per hari, sehingga ia dan istrinya terpaksa hanya bisa membawa bayinya ke pusat medis yang dikelola negara.
“Kami sudah melakukan segala hal untuk menyelamatkan putri kami. Sayangnya, apapun yang dapat kami keluarkan, jumlahnya terlalu sedikit untuk perawatannya,” ujar Bhavesh Dalvi, seperti dilansir dari Dailymail, Sabtu (25/2/2017).
Dalvi sangat berharap ada yang membantu putrinya. "Tolong bantu saya untuk menyelamatkan putri saya, saya tidak berdaya melihatnya meninggal di depan mata saya.”
Seorang dokter yang seringkali melihat Jaya di Surat Hospital, Dr. Manoj Patel mengatakan, jika tidak dirawat secepatnya, maka penyakit tersebut akan berkembang sangat cepat. Dan seorang bayi yang menderita hidrosefalus biasanya akan meninggal karena jaringan otaknya tidak dapat
berdapatasi terhadap tekanan cairan yang menumpuk.
Menurutnya, perawatan untuk menangani hidrosefalus biasanya melibatkan shunt yang akan ditanam di dalam otak. Shunt adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan kelebihan cairan dari otak ke area lain di tubuh pasien, yang lebih mudah untuk menyerap cairan tersebut.
“Perawatan ini dilakukan oleh ahli bedah saraf pediatrik, tetapi sayangnya disini kami
tidak memliki sumber daya untuk bisa melaksanakan operasi tersebut. Selain itu, perawatan tersebut mahal harganya, sehingga keluarga Jaya tidak mampu untuk membayar perawatan tersebut untuknya,” ujar Dr. Patel.
Dr. Patel menambahkan, belum diketahui apa yang menyebabkan cacat pada Jaya, dan sulit untuk mengetahui penyebab pastinya tanpa pendapat dari para ahli medis dan tanpa penyelidikan yang tepat.
Menurut National Health Service (NHS) Inggris, pada non penderita, otak secara konsisten memang menghasilkan cairan baru cerebrospinal, sekitar setengah liter sehari, kemudian cariran yang
sudah lama dilepaskan dari otak dan diserap ke dalam pembuluh darah. Namun jika proses ini
terganggu seperti pada Jaya yang menderita hidrosefalus, maka tingkat cairan bisa dengan
cepat meningkat dan akhirnya menekan otak.
Gejala dari kondisi ini menurut NHS termasuk sakit kepala, penglihatan kabur, hingga bahkan dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen.