Liputan6.com, London: Menteri Imigrasi Inggris Damian Green mengambil langkah berani untuk tidak melarang wanita memakai burqa---pakain wanita muslim yang menutup seluruh tubuh dan hanya menyisakan sedikit bagian untuk mata. Damian menegaskan, Inggris tak akan mengikuti langkah Prancis dengan memperkenalkan undang-undang yang melarang wanita mengenakan burqa.
Menurut Damian Green, melarang burqa berarti "lebih tidak Inggris" dan menjalankan aturan yang bertentangan dengan konvensi tentang "toleransi dan saling menghormati masyarakat". Damien yakin tidak ada keinginan Parlemen untuk mengeluarkan aturan larangan burqa dan tidak ada rencana koalisi yang mengusulkan aturan itu.
Langkah Damian ini bertentangan dengan hasil survey yang dilakukan oleh YouGov minggu lalu, yang menyebutkan bahwa 67 persen responden menolak penggunaan burqa atapun cadar. Seorang anggota parlemen Philip Hollobone juga telah mengajukan rancangan undang-undang secara pribadi, yang isinya menyatakan penolakan terhadap penggunaan burqa ataupun cadarn yang menutup seluruh wajah. di depan umum. Hollobone yang anggota parlemen untuk Kettering, menolak mengadakan pertemuan dengan setiap konstituen wanita yang mengenakan burqa.
United Kingdom Independence Party (UKIP) juga mendukung larangan burqa setelah Parlemen Prancis pekan lalu mengadakan pemungutan suara untuk melarang penggunaan kerudung wajah penuh, termasuk burka di depan umum. Pemungutan suara itu hasilnya 335 suara banding satu.
Apa tanggapan Green?, "Saya secara pribadi ingin mengatakan bahwa jika kita mengatur orang tentang apa yang boleh dan tidak boleh dipakai, dan mereka hanya memakainya untuk berjalan-jalan, maka menurut saya itu bukan budaya Inggris. Kita adalah masyarakat yang toleran dan saling menghormati."
"Budaya politik Prancis sangat berbeda. Mereka adalah negara sekuler agresif. Mereka bisa melarang burka, mereka melarang salib di sekolah-sekolah dan hal-hal seperti itu." imbuh Green.
Pemimpin baru Muslim Council of Britain (MCB) menyatakan kepada The Sunday Telegraph bahwa Ingrris adalah negara paling ramah di Eropa bagi umat Islam. Farooq Murad, pemimpin MCB itu menunjuk soal penyebaran masjid dan syariah atau hukum Islam, sebagai tanda-tanda positif dari kebebasan yang lebih besar diberikan Muslim di negeri ini.
Dia memperingatkan bahwa setiap langkah untuk membatasi ekspresi Islam dengan melarang cadar atau menghalangi pembangunan menara akan menjauhkan komunitas Muslim dan mengancam kohesi sosial.
"Hidup di Britania jauh lebih ramah dan sehat bagi umat Islam daripada di negara-negara Eropa lainnya," kata Farooq.(Telegraph/mla)
Menurut Damian Green, melarang burqa berarti "lebih tidak Inggris" dan menjalankan aturan yang bertentangan dengan konvensi tentang "toleransi dan saling menghormati masyarakat". Damien yakin tidak ada keinginan Parlemen untuk mengeluarkan aturan larangan burqa dan tidak ada rencana koalisi yang mengusulkan aturan itu.
Langkah Damian ini bertentangan dengan hasil survey yang dilakukan oleh YouGov minggu lalu, yang menyebutkan bahwa 67 persen responden menolak penggunaan burqa atapun cadar. Seorang anggota parlemen Philip Hollobone juga telah mengajukan rancangan undang-undang secara pribadi, yang isinya menyatakan penolakan terhadap penggunaan burqa ataupun cadarn yang menutup seluruh wajah. di depan umum. Hollobone yang anggota parlemen untuk Kettering, menolak mengadakan pertemuan dengan setiap konstituen wanita yang mengenakan burqa.
United Kingdom Independence Party (UKIP) juga mendukung larangan burqa setelah Parlemen Prancis pekan lalu mengadakan pemungutan suara untuk melarang penggunaan kerudung wajah penuh, termasuk burka di depan umum. Pemungutan suara itu hasilnya 335 suara banding satu.
Apa tanggapan Green?, "Saya secara pribadi ingin mengatakan bahwa jika kita mengatur orang tentang apa yang boleh dan tidak boleh dipakai, dan mereka hanya memakainya untuk berjalan-jalan, maka menurut saya itu bukan budaya Inggris. Kita adalah masyarakat yang toleran dan saling menghormati."
"Budaya politik Prancis sangat berbeda. Mereka adalah negara sekuler agresif. Mereka bisa melarang burka, mereka melarang salib di sekolah-sekolah dan hal-hal seperti itu." imbuh Green.
Pemimpin baru Muslim Council of Britain (MCB) menyatakan kepada The Sunday Telegraph bahwa Ingrris adalah negara paling ramah di Eropa bagi umat Islam. Farooq Murad, pemimpin MCB itu menunjuk soal penyebaran masjid dan syariah atau hukum Islam, sebagai tanda-tanda positif dari kebebasan yang lebih besar diberikan Muslim di negeri ini.
Dia memperingatkan bahwa setiap langkah untuk membatasi ekspresi Islam dengan melarang cadar atau menghalangi pembangunan menara akan menjauhkan komunitas Muslim dan mengancam kohesi sosial.
"Hidup di Britania jauh lebih ramah dan sehat bagi umat Islam daripada di negara-negara Eropa lainnya," kata Farooq.(Telegraph/mla)