Bunyi gamelan Sunda syahdu mengalun dari alat pengeras suara di kompleks Pemda Kabupaten Purwakarta. Bunyi itu mengiringi langkah pagi para pegawai sebelum benar-benar beraktivitas hingga tugas berakhir.
Kombinasi saron dan seruling bambu melantunkan lagu-lagu klasik Sunda, seperti Gunung Sari, Paksi Tuwung, dan lainnya. Para pemain gamelan ternyata memainkannya langsung dari Bale Paseban Pendopo Purwakarta.
Ketukan demi ketukan dari tangga nada Saron dan alunan seruling bambu membawa ketenangan di tengah kesibukan dan padatnya kegiatan. Lagu-lagu itu dimainkan dari pagi hingga pegawai pulang sore hari.
"Kalau suara gamelan ini, setiap hari dari pagi sudah mengalun dan ditabuh sedari menyambut dan menemani para pegawai di ruang lingkup Pemda untuk bekerja, sampai para pekerja pulang pada sore hari," kata Adi Agol, salah seorang pegawai di lingkungan Pemda Purwakarta, Senin (27/2/2017).
Menurut Adi, iringan suara musik tradisional yang dihantarkan membuat suasana bekerja tidak seperti biasanya. Alunan musik tersebut bahkan terkadang memberi inspirasi.
"Inspirasi itu tidak bisa datang begitu saja, tetapi harus pada tempat dan ruang lingkup yang berbeda," tutur Adi.
Hal yang sama diutarakan Hasim Aryanto, pegawai Pemkab Purwakarta lainnya. Ia menilai bunyi gamelan selain memicu semangat, juga membantu menenangkan jiwa meski sedang menghadapi pekerjaan yang berat dan kondisi kantor yang penat.
"Alunan musik ini, di balik keindahan, juga memiliki manfaat semacam terapi," ujar Hasim.
Baca Juga
Advertisement
Adalah Abah Sayat dan Abah Udju yang berperan dalam mengalunkan gamelan Sunda nan syahdu. Selain dengan suling, ketukan saron juga terkadang dipadukan dengan alat musik lain seperti rebab.
"Kalau saya tugasnya menabuh Saron, dan Abah Udju bagian Suling," kata Abah Sayat.
Keduanya juga mengaku bahagian bisa menjadi bagian untuk mengiring beragam kegiatan para pegawai di lingkungan Pemda sehingga dapat memberi kesan tersendiri bagi para pegawai maupun tamu yang datang ke Kompleks Pemda Purwakarta.
Alunan musik gamelan sebagai pengiring kerja para pegawai itu berlangsung sejak kepemimpinan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Tak hanya bisa menenangkan, musik gamelan juga diyakini bisa membentuk karakter manusia.
"Tangga nada gamelan memilik watak spiritualitas, dibuat atas nalar budaya. Budaya itu budi pekerti, pikiran dan hati tujuannya membentuk watak manusia," kata Dedi.
Ke depan, Dedi berencana musik gamelan dari Bale Paseban tidak hanya bisa dinikmati pegawai, tetapi juga warga umum yang sedang berkunjung ke berbagai taman kota di sekitar Pendopo Purwakarta. Termasuk di antaranya Kompleks Situ Buleud Taman Sri Baduga Maha Raja.
"Sebentar lagi terkoneksi sejauh 5 km," kata Dedi.