Liputan6.com, French Riviera - Bangsa Zaman Romawi Kuno digambarkan mahir mengidentifikasi tanaman dan hewan yang berguna untuk menunjang kehidupan mereka. Mereka menggunakan sumber daya alam tersebut untuk makanan, kosmetik, pewarna untuk kerajinan, serta tujuan medis.
Selain itu, mereka juga menggunakan recreational drugs atau zat yang memberikan perasaan senang. Bukan hanya berasal dari tanaman, mereka memperoleh obat tersebut dari ikan dengan nama lain Sarpa salpa atau dikenal dengan salema porgy.
Advertisement
Seseorang yang mengonsumsi salema porgy akan mengalami halusinasi. Kondisi tersebut disebabkan karena kandungan ichthyoallyeinotoxism yang terdapat dalam ikan itu.
Ichthyoallyeinotoxism tergolong ke dalam zat beracun yang dapat menyebabkan pendengaran menjadi lebih tajam, halusinasi, delirium--berkuranganya kesadaran terhadap lingkungan sekitar, gangguan koordinasi motorik, mual, mimpi buruk, vertigo, dan gangguan lain ke sistem saraf pusat.
Dikenal sebagai ikan yang memiliki garis emas di sepanjang sisi tubuhnya, salema porgy hidup di daerah beriklim sedang dan tropis. Ikan tersebut dapat ditemui dari pantai Atlantik Afrika dan hampir seluruh laut mediternia.
Meski terlihat seperti ikan biasa, salema porgy dapat menyebabkan halusinasi secara jelas, seperti efek yang ditimbulkan dengan pemakaian LSD. Disebut sebagai "ikan yang membuat mimpi" dalam Bahasa Arab, salema porgy dapat menyebabkan halusinasi jika kepalanya ikut dikonsumsi.
Dikutip dari Vintage News, Senin (27/2/2017), selain Bangsa Romawi, salema porgy juga digunakan dalam upacara Bangsa Polinesia.
Sebuah studi yang diterbitkan di In Vitro Cellular and Developmental Biology pada 2012 mengaitkan fitoplankton yang dikonsumsi salema porgy. Senyawa yang terbentuk secara alami dalam alga dan fitoplankton yang menjadi santapan ikan tersebut secara kimiawi strukturnya mirip dengan LSD.
Ikan tersebut secara luas dikenal atas efek halusinasinya setelah sebuah artikel dipublikasikan secara luas pada 2006. Dalam artikel itu disebutkan bahwa dua orang yang mengonsumi salema porgy di sebuah restoran Mediterania merasakan efek halusinogen pada pendengaran dan visualnya.
Pada tahun 1994, seorang pria berusia 40 tahun menyadari ada perasaan tak enak setelah dua jam sebelumnya mengonsumsi Sarpa Salpa panggang ketika dirinya berlibur di French Riviera. Beberapa jam kemudian ia merasakan mual, diikuti dengan kaburnya penglihatan, lemahnya otot, dan muntah.
Ketika ia berupaya untuk kembali lagi ke rumah dengan menyetir mobil, dirinya seperti mendengar teriakan hewan yang sangat mengganggu. Pria itu dapat pulih kembali setelah dirawat di rumah sakit selama 36 jam.
Seorang pria berusia 90 tahun juga mengalami halusinasi berupa teriakan manusia dan burung yang berkuak.
Selama dua hari ia mengalami mimpi buruk, namun tak memberi tahu orang lain karena berpikir bahwa ia mengalami gangguan mental. Setelah beberapa hari, efek ikan tersebut mereda.