Liputan6.com, Jakarta Kecacatan sampai kematian menjadi risiko terburuk dari bayi prematur yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik dan benar.
Dokter Spesialis Anak Konsultan, Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, mengatakan, keberhasilan dalam merawat bayi prematur bukan saja bergantung pada dokternya. Namun, pihak rumah sakit pun punya kontribusi besar akan hal itu.
Baca Juga
Advertisement
"Keberhasilan menangani bayi prematur itu bukan cuma dari dokter saja. Di situ ada perawat yang peranannya sama besar dengan dokter. Ada juga peran manajemen rumah sakit," kata Rinawati dalam acara peluncuran situs Edukasi Interaktif Kupas Tuntas Seputar Bayi Prematur pada Selasa (28/2/2017) siang.
Rina bercerita, ia sempat menemukan seorang satpam di satu rumah sakit yang melarang seorang ibu yang melahirkan bayi prematur masuk ke dalam ruangan NICU untuk menengok bayinya.
Alasannya, karena belum jam besuk padahal ibu itu adalah orang yang melahirkan bayi tersebut. Bagaimana juga, seorang ibu berhak untuk masuk dan menemui bayinya kapan saja.
"Hal seperti ini harus diperhatikan oleh manajemen rumah sakit. Semua pihak di rumah sakit harus diberikan pemahaman tentang Family Care khususnya untuk kasus seperti ini," ujarnya.
Rina juga mengatakan bahwa setiap dokter kandungan harus peka saat memberikan pelayanan kepada semua ibu hamil, untuk mencegah kelahiran bayi prematur.
"Dokter kandungan harus jujur, bidan harus jujur, dia bisa atau nggak nangani itu (bayi prematur)," katanya.
"Kalau tidak bisa, rujuk ibu dan bayinya ke rumah sakit yang bisa menangani. Karena seharusnya pada kasus ini dokter kandungan yang baik harus curiga, ketika ada kontraksi, pendarahan, dan nggak tumbuh bayinya," kata Rina dengan tegas.