Liputan6.com, Jakarta 95 perusahaan calon mitra strategis proyek Grass Root Refinery (GRR) fasilitas pengolahan minyak (Kilang) Bontang mengikuti Project Expose. Hal ini menunjukkan proyek tersebut menarik untuk investor.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Rachmad Hardadi mengatakan, Project Expose GRR Bontang terlaksana dengan baik dan sukses. Buktinya, respons perusahaan calon mitra cukup antusias mengikuti pelaksanaan kegiatan tersebut
Advertisement
“Kami memang membuka kesempatan seluas-luasnya kepada perusahaan yang memiliki kompetensi, kapabilitas untuk dapat berpartisipasi dalam proyek GRR Bontang," kata Hardadi, di Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Hardadi mengungkapkan, 95 calon mitra itu berasal dari seluruh dunia, seperti Amerika Serikat, Eropa, Asia Timur, Timur Tengah dan Indonesia. 12 di antaranya merupakan perusahaan migas besar.
Menurut dia, terdapat 4 karakteristik utama calon mitra yang dikehendaki Pertamina, yaitu memiliki rekam jejak yang kuat pada industri pengolahan minyak utamanya keandalan operasional dan eksekusi proyek, dapat menyesuaikan dengan struktur dan model bisnis yang dikehendaki Pertamina, memiliki keinginan kuat untuk percepatan proyek dan menyelesaikannya pada 2023, dan memberikan nilai menarik bagi proyek GRR Bontang.
"Yang pasti, kami menginginkan untuk dapat bermitra dengan perusahaan yang punya komitmen tinggi menuntaskan proyek pada 2023,” kata Hardadi.
Perusahaan calon mitra diminta untuk menyampaikan respons terhadap Request for Information pada 2 April 2017. Rachmad Hardadi mengatakan Pertamina menargetkan untuk memperoleh mitra strategis tersebut pada 28 April 2017.
Segera setelah terpilih, Pertamina bersama mitra strategis akan memulai proses Bankable Feasibility Study (BFS) yang ditargetkan selesai pada awal tahun 2018 sekaligus menuntaskan pembentukan konsorsium dan akan ditetapkan Preliminary-Investment Decision 1 yang menggambarkan perkiraan awal investasi proyek GRR Bontang.
GRR Bontang ditargetkan mampu mengolah minyak mentah sekitar 300 ribu barel per hari dengan kapasitas produk gasoline minimal 60 ribu barel per hari dan diesel minimal 124 ribu barel per hari. Hasil produksi memiliki spesifikasi minimal Euro IV dengan mengutamakan pasar dalam negeri.
Pada tahap awal, Pertamina akan masuk dengan minimal kepemilikan sekitar 5 persen hingga 25 persen dan selanjutnya mempunyai hak atau pilihan untuk meningkatkan kepemilikan dalam periode yang akan disepakati kemudian. Perkiraan awal nilai investasi sekitar US$ 10 miliar-US$ 12 miliar dengan mempertimbangkan proyek GRR Bontang tidak dimulai dari titik nol karena beberapa infrastruktur pendukung dan juga lahan telah tersedia.
Mitra strategis diharapkan berperan dalam pengadaan crude dan menyiapkan pendanaan. Mitra juga memiliki kemampuan dalam memasarkan produk yang tidak terserap di pasar dalam negeri ke pasar luar negeri, seperti Australia, Papua Nugini, Selandia Baru dan Filipina.
“Untuk jet fuel dan gasoline 100 persen akan diserap Pertamina, sedangkan untuk diesel kami dapat pasarkan produk tersebut untuk tujuan ekspor yang potensial,” tutup Hardadi.