1-3-1950: Bui untuk Ilmuwan Nuklir Mata-Mata Komunis

Seorang ilmuwan nuklir papan atas dijatuhi hukuman 14 tahun penjara di Old Bailey karena berperan sebagai mata-mata Uni Soviet.

oleh Citra Dewi diperbarui 01 Mar 2017, 06:00 WIB
Klaus Emil Julius Fuchs, ilmuwan nuklir papan atas yang berperan sebagai mata-mata Uni Soviet. (Public Domain)

Liputan6.com, London - Seorang ilmuwan nuklir papan atas, Klaus Emil Julius Fuchs, dijatuhi hukuman 14 tahun penjara di Old Bailey pada 1 Maret 1950 karena berperan sebagai mata-mata untuk Uni Soviet.

Dilansir BBC On This Day, Fuchs yang kala itu berusia 38 tahun mengaku bersalah atas empat pelanggaran di bawah Official Secrets Act atau UU Rahasia Negara.

Fuchs yang merupakan kelahiran Jerman, melarikan diri dari negara asalnya untuk menghindari kekejaman Nazi pada 1933. Ia pun datang di tanah Ingris dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan nuklir papan atas.

Namun di balik itu, ia telah berkomiten untuk membocorkan sejumlah rahasia kepada Uni Soviet selama sepuluh tahun.

Jaksa Agung Sir Hartley Shawcross KC yang membuka kasus untuk penuntutan, mengatakan bahwa Fuchs tak diragukan lagi telah menyampaikan informasi kepada Uni Soviet lebih dari empat kali, meski dirinya diadili karena empat pelanggaran tertentu.

Menurut Shawcross, motivasi Fuchs adalah pengabdian teguh untuk komunisme.

Fuchs yang sebelum penangkapan dipekerjakan sebagai pejabat senior atau ilmuwan utama di Harwell Atomic Research Establishment, tiba di Inggris dari Jerman, melalui Prancis pada 1933.

Ketika Prancis diserang Jerman pada 1940, Fuchs diasingkan dan dideportasi ke Kanada. Ia dibebaskan pada 1942 dan dicari oleh Birmingham University untuk melakukan penelitian di bidang atom.

Menurut pengadilan, pada saat itu dirinya mulai berhubungan dengan Uni Soviet dan rutin memberikan informasi yang berkaitan dengan energi atom.

Antara tahun 1944 hingga 1946, Fuchs bekerja di American Atomic Research, Los Alamos, New Mexico, di mana ia terlibat dalam pembuatan bom atom pertama.

Pengadilan pun diberi tahu bahwa informasi dari Amerika yang membuat detektif Inggris mencurigai spionase Fuchs.

Pembela Fuchs, Derek Curtis-Bennett, mengatakan bahwa saat itu kliennya mulai memiliki keraguan tentang kebijakan Uni Soviet dan mulai melihat 'kebenaran'.

Ia menambahkan bahwa tiga pelanggaran pertama sebenarnya telah dilakukan ketika Rusia merupakan sekutu Inggris. Hal tersebut membuat informasi yang Fuchs sampaikan tidak bisa dianggap sebagai hal yang merugikan kepentingan negara.

"Anda telah mengkhianati keramahan dan perlindungan yang diberikan oleh negara ini dengan pengkhianatan menjijikkan," ujar Ketua Mahkamah Agung Goddard saat menjatuhkan hukuman.

Selain dijatuhkannya hukuman kepada Fuchs, di tanggal yang sama pada 1912 dilakukan aksi nekat terjun payung pertama di dunia oleh Kapten Albert Berry.

Saat itu, Kapten Albert Berry melompat dari pesawat udara di atas Jefferson Barracks, St Louis, Missouri, AS. Itu bukan upaya perdananya, sebelumnya ia beberapa kali melakukan terjun menggunakan parasut dari balon udara.

Pada 1 Maret 1978, sejumlah perampok kuburan membongkar makam Charlie Chaplin dan mencuri jasad komedian legendaris itu.

Insiden tersebut terjadi 3 bulan setelah kematian Charlie Chaplin yang berpulang di usia 88 tahun pada 25 Desember 1977.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya