5 Alasan Raja Salman Investasi di Asia Termasuk Indonesia

Setelah dari Malaysia, Raja Salman akan ke Indonesia, Jepang, Brunei, dan China sebagai bagian dari turnya di Asia untuk berinvestasi.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Mar 2017, 09:09 WIB
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz (Saudi Press Agency via AP)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kedatangan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al Saud ke Indonesia akan jadi momentum bersejarah. Tak hanya bertamu, kepala negara negara sahabat itu akan menandatangani 10 nota kesepahaman (MoU) dengan RI.

Keterangan itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir. MoU tersebut mencakup beberapa bidang penting.

"MoU kerja sama bidang kebudayaan, MoU kerja sama kesehatan, MoU kerja sama meningkatkan status mekanisme bilateral sidang komite bersama," kata pria yang akrab disapa Tata di kantor Kemlu pada Selasa, 28 Februari lalu.

Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz bersama Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (AP Photo / Vincent Thian)

Sementara itu, lawatan Raja Salman ke Asia Tenggara bermula dari Malaysia. Di Negeri Jiran, Perdana Menteri Najib Razak mengumumkan Arab Saudi telah berinvestasi senilai US$ 7 miliar untuk minyak di negara itu. Proyek itu akan dikerjakan oleh Petronas, perusahaan pemerintah.

Investasi Raja Salman terhadap Petronas diharapkan bisa meningkatkan keuntungan perusahaan milik Malaysia yang selama ini kembang kempis di tengah rendahnya harga minyak dunia.

Itu adalah kunjungan Raja Salman ke Malaysia untuk pertama kalinya setelah berpuluh-puluh tahun. Meski demikian, kedua negara itu memiliki hubungan erat. Demikian Liputan6.com mengutip dari BBC, Rabu (1/3/2017).

Koneksi dengan Saudi di politik Malaysia paling menyolok terjadi pada tahun lalu, ketika PM Najib mengatakan uang US$ 681 juta yang ditemukan di rekening pribadinya adalah hadiah dari keluarga kerajaan. Bukan uang yang terkait dengan investiasi negara 1MDB.

Komisi anti-korupsi Malaysia mengatakan bahwa Najib telah melakukan kesalahan dan menyebut hadiah kerajaan itu hanya topeng belaka. Investigasi atas PM Najib pun masih berlangsung.

Usai dari Malaysia, Raja Salman akan mengunjungi Indonesia, Jepang, Brunei dan China sebagai bagian dari turnya di kawasan Asia.

Meski demikian, di balik kunjungan diplomasi yang membawa investasi, Kerajaan Saudi ingin memperpanjang pengaruhnya di kawasan dan menarik para investor Asia ke Arab Saudi.

Lantas, mengapa Arab Saudi bergitu tertarik untuk berinvestasi di Asia? Berikut alasannya:


1. Menopang Kestabilan Ekonomi

Arab Saudi mencari cara agar kemampuan ekonominya beragam dan tidak bergantung pada minyak. Kerajaan telah terdampak dengan tantangan kembar untuk mereformasi ekonominya, sementara itu mereka kehilangan uang dengan jatuhnya harga minyak.

Berinvestasi di negara semacam Malaysia mungkin tidak terlalu banyak menarik keuntungan, berbeda dengan China dan Jepang.

Riyadh sudah berinvestasi sebesar US$ 45 miliar di bidang teknologi di perusahaan-perusahaan Jepang seperti Softbank. Dan menurut para analis, Saudi mencari investasi di bidang logistik dan infrastruktur dari Tokyo dan Beijing.


2. Menjaga Pelanggan

Kedatangan Raja Salman tidak hanya mengajak berinvestasi di Arab Saudi. Mereka juga ingin menjaga hubungan bisnis di Asia untuk minyak mentah Saudi.

Hadiah besar terjadi di China yang telah menggantikan AS sebagai negara terbesar yang mengimpor minyak. Data dari tahun 2014 memperlihatkan kebanyakan kebutuhan energi Tiongkok datang dari kerajaan Arab.

Namun, Rusia dan Iran juga menjadi negara yang menyediakan energi untuk China. Tiongkok telah berinvestasi di ladang minyak di kedua negara itu. Riyadh ingin memastikan bahwa suplier utama mereka tetaplah Beijing.


3. Potensial Investor

Saudi Aramco, perusahaan minyak milik pemerintah Kerajaan Arab, sedang menuju penjualan saham publik pada 2018. Menurut laporan, hal tersebut akan menjadi flotasi saham terbesar di dunia, meskipun ada beberapa keraguan dilemparkan pada valuasi.

Namun demikian, perjalanan perusahaan menuju publik banyak menarik minat investor dari Asia dengan membeli 5 persen saham Aramco.


4. Berpaling dari AS

Secara tradisonal Arab Saudi adalah koalisi AS paling dekat dan kuat dalam hal perdagangan dan politik. Namun, kebijakan pemerintah baru di bawah Donald Trump bersikeras dengan anti-perdagangan. Hal itu dinilai akan mempengaruhi kerajaan.

Meraih negara-negara muslim seperti Indonesia dan Malaysia merupakan hal yang masuk akal bagi Saudi. Tak hanya berinvestasi dalam infrastruktur, tapi juga investasi untuk biaya haji dan sekolah.


5. Investasi untuk Memperluas Pengaruh Islam

Secara tradisi, investasi dan bantuan Arab Saudi kepada Indonesia dan Malaysia selalu melewati pemerintah Saudi kepada yayasan amal dan agama. Namun, dalam beberapa tahun terakhir telah ada kekhawatiran di beberapa kalangan atas peningkatan Wahhabisme di Asia Tenggara, pada saat wilayah tersebut menyebut adalah kebangkitan Islam.

Di Indonesia, kelompok hak asasi manusia telah menunjuk pendanaan ulama kepada masjid-masjid ultra-ortodoks sering memiliki pandangan yang bertentangan dengan interpretasi warga Indonesia secara umum tentang Islam.

Di Malaysia, Marina Mahathir, putri mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, mengatakan bahwa Melayu kehilangan sentuhan identitas mereka dan terancam menjalani "kolonisasi Arab" - dalam cara mereka berpakaian, berbicara dan mempraktikkan iman mereka.

Arab Saudi mungkin tertarik untuk menangkis kritik itu: perhatikan bahwa rute perjalanan Raja Salman juga berhenti di pulau mayoritas Hindu di Indonesia Bali.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya