Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka inflasi pada bulan kedua di tahun ini 0,23 persen. Sedangkan untuk inflasi dari tahun ke tahun tercatat 1.21 persen dan untuk inflasi tahun kalender di angka 3,83 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari 82 kota yang disurvei BPS, 62 kota mengalami inflasi dan sisanya 20 kota deflasi. Inflasi tertinggi dicatatkan oleh Manado dengan angka 1,16 persen dan terendah Ternate dengan angka 0,03 persen. "Untk deflasi tertinggi di Jambi di angka 1,40 persen dan deflasi terendah di Bungo 0,02," jelas dia di Jakarta, Rabu (1/3/2017).
Angka inflasi pada februari ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan 2015 dan 2016. Pada 2015 terjadi deflasi 0,36 persen dan pada 2016 terjadi deflasi 0,09 persen. Namun inflasi pada Februari 2017 ini lebih rendah jika dibanding dengan Februari 2014 dan 2013 yang ada di angka 0,26 persen dan 0,75 persen.
Baca Juga
Advertisement
"Kami harap inflasi di 2017 secara keseluruhan tetap terkendali seperti yang diraih pada 2016," tambah Suhariyanto.
Penyebab tingginya angka inflasi pada Februari ini adalah komponen perumahan air listrik, gas dan bahan bakar yang menyumbang ke inflasi 0,17 persen. "Disebabkan kenaikan tarif listrik 900 VA untuk pelanggan pasca bayar." kata dia.
Sedangkan komponen makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memberikan andil ke inflasi 0,07 persen. Untuk sandang, menyumbang inflasi 0,03 persen.
Sebelumnya, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memperkirakan Indonesia akan mengalami inflasi pada Februari 2017 sebesar 0,30 persen. Inflasi kembali terjadi setelah dua tahun berturut-turut di bulan yang sama mengalami deflasi akibat kenaikan tarif listrik golongan 900 VA.
"Inflasi Februari ini diprediksi 0,30 persen (Month to month/MoM). Inflasi tahunannya 3,90 persen (Year on year/YoY) dan inflasi inti stabil di level 3,28 persen YoY," kata Josua.
Inflasi di Februari 2017 yang diproyeksikan 0,30 persen lebih tinggi dari realisasi Februari 2016 dan 2015 yang masing-masing terjadi deflasi 0,09 persen dan deflasi 0,36 persen.
"Pendorong inflasi di Februari 2017 paling dominan adalah dampak kenaikan tarif listrik pelanggan 900 VA, khususnya untuk pasca bayar. Sementara dampai kenaikan listrik pra bayar sudah terefleksi pada inflasi Januari ini," Josua menerangkan.
Beruntung ada faktor yang menghambat inflasi di bulan kedua ini. Menurut Josua, seiring dengan tren penurunan harga komoditas pangan selama bulan Februari, inflasi dari bahan pangan (volatile food) menyumbang deflasi di bulan tersebut. (Fik/Gdn)