Liputan6.com, Washington, DC - Para mahasiswa muslim di Florida, Amerika Serikat (AS) menunjukkan solidaritas mereka dengan mengirimkan karangan bunga ke komunitas Yahudi dan sinagog. Ini dilakukan untuk membangun ikatan persatuan "di tengah perpecahan yang hebat".
Gerakan antisemitisme di Negeri Paman Sam belakangan dikabarkan meningkat. Pada Februari lalu, 11 pusat komunitas Yahudi (JCC) di sejumlah negara bagian AS mendapat ancaman bom. Laporan ini melanjutkan tren intimidasi yang melibatkan lebih dari 50 pusat komunitas Yahudi pada tahun ini.
Advertisement
Asosiasi Mahasiswa Muslim di dua universitas menuliskan pesan utama di karangan bunga yang mereka kirimkan yakni, "untuk memperdalam persahabatan".
Karangan bunga itu dikirimkan ke organisasi Chabad and Hillel di Florida State University (FSU) dan ke sinagog Shomrei Torah and Temple di Florida A&M University di Tallahassee.
"Kami menuliskan pesan ini untuk memperdalam persahabatan. Pada era perpecahan hebat, sangat penting bagi kita berdiri bersama-sama dalam persatuan sehingga kami berharap karangan bunga ini dapat dilihat sebagai simbol solidaritas kami," demikian bunyi pesan tersebut seperti dikutip dari Independent.co.uk, Kamis, (2/3/2017).
Presiden Asosiasi Mahasiswa Muslim di FSU, Moneba Anees mengatakan, pihaknya ingin menunjukkan sikap yang tegas di tengah meningkatkan kejahatan berupa kebencian terhadap kelompok minoritas khususnya sejak Donald Trump resmi menjabat sebagai presiden AS.
"Berita akhir-akhir ini telah menunjukkan sejumlah cerita yang sangat sedih dan kejahatan berupa kebencian terhadap sejumlah kelompok minoritas," kata Anees.
"Meski kami tidak bisa membantu langsung rekan-rekan Yahudi kami, maka kami putuskan bahwa kami bisa menunjukkan kepada mereka bahwa banyak orang memperhatikan apa yang terjadi dan mereka sepenuhnya mendapat dukungan, kasih, dan doa kami," tegasnya.
Karangan bunga ini datang beberapa hari setelah kompleks pemakaman Yahudi di St Louis dan Philadelphia menderita vandalisme. Terkait hal ini, dua aktivis muslim AS pun melakukan pengumpulan dana untuk memperbaiki makam yang dirusak.
"Lewat kampanye ini, kami berharap bisa memberikan pesan persatuan dari komunitas Yahudi dan Muslim bahwa tidak ada tempat buat kebencian, perusakan, hal-hal yang dianggap najis dan kekerasan di Amerika Serikat," kata Tarek El-Messide dan Linda Sarsour seperti dikutip dari Washington Post pada Rabu 22 Februari lalu.
Karangan bunga itu lantas dipajang di Shabbat Temple dan rabi Jack Romberg menyebut bahwa itu adalah perbuatan yang indah.
"Kami semuanya memiliki reaksi yang sama. Kami terharu. Itu begitu indah," ujar Romberg.
Romberg kemudian menegaskan bahwa komunitas Yahudi siap menggelar gerakan solidaritas bagi warga muslim jika Trump menerapkan aturan "registry muslim" atau mendata warga muslim.
Tak lama setelah dilantik, Trump meneken kebijakan mengejutkan. Ia melarang warga dari tujuh negara mayoritas muslim untuk masuk ke AS.
Belakangan, perintah eksekutifnya tersebut dibatalkan pengadilan. Namun citra bahwa Trump "mengidap" Islamofobia dan secara khusus menargetkan warga muslim menguat.
Semasa kampanyenya pada pilpres lalu, Trump ditanya oleh seorang wartawan apakah akan ada database untuk melacak muslim di AS, ia menjawab, "Saya pasti akan memberlakukannya".
Menanggapi pernyataan tersebut, Romberg berjanji, pihaknya akan memberikan dukungan warga muslim.
"Jika ada pendataan terhadap warga muslim, kami pun akan mendaftar. Komunitas muslim dan kami, kita semua merasakan tekanan. Apapun perbedaan yang kami miliki, itu harus dikesampingkan dan kita harus bersatu karena itu satu-satunya jalan untuk melewati masa-masa yang sulit," pungkasnya.