Liputan6.com, Jakarta Natasasmita Picum, juragan pengemis se-Batavia, panik. Anak kesayangannya, Poli Picum, kawin lari dengan Mekhit alias Mat Piso, si Raja Bandit Batavia.
Tak rela memiliki menantu penjahat paling dicari, Natasasmita mengancam Kartamarma, Asisten Kepala Polisi Batavia. Bila Mekhit tak ditangkap dan anaknya tak kembali, ia berjanji akan menggerakkan para pengemisnya untuk mengacaukan upacara penobatan gubernur jenderal yang baru.
Sudah tentu Kartamarma tak ingin nama baiknya tercoreng. Meski berteman baik dengan Mekhit, ia terpaksa memerintahkan penangkapan Mekhit.
Advertisement
Saat akan dihukum gantung, mendadak surat keputusan dari gubernur jenderal datang. Isinya membungkam tangisan dan ratapan kolega yang tak rela Mekhit digantung. Apa isinya?
Demikian sekelumit pertunjukan Opera Ikan Asin yang dipentaskan oleh Teater Koma bertepatan dengan hari jadi ke-40.
Pentas ini sendiri disadur dari lakon The Threepenny Opera karya Bertolt Brecht dengan komposisi musik dari Kurt Weill dan dipentaskan pertama kali di Berlin. Oleh N. Riantiarno, latar dipindahkan ke Batavia abad ke-20.
N. Riantiarno berpendapat lakon Opera Ikan Asin cocok dengan masa sekarang: era yang penuh ketidakjelasan.
“Ini era yang penuh ketidakjelasan. Raja Bandit dijadikan pahlawan oleh masyarakat, penegak hukum berteman dengan penjahat, dan sogok-menyogok adalah sebuah kewajaran," ujar N. Riantiarno ditemui usai pementasan di Jakarta, Rabu (01/03/2017).
Ia menambahkan, meski pernah dipentaskan tiga kali, yaitu dua kali di tahun 1983 dan tahun 1999, naskah Opera Ikan Asin seolah tak lekang oleh zaman. Kondisi masa lalu menurutnya masih tak terlalu berbeda dengan waktu lakon itu pertama kali dipentaskan.
"Yang berbeda paling para pemainnya. Sekarang hampir semuanya pemain baru. Kalau dulu, saya sendiri yang jadi pemeran utama," seloroh N. Riantiarno sambil tertawa.
Sementara bagi Rangga Riantiarno yang memerankan Mekhit, lakon kali ini merupakan salah satu yang tersulit yang pernah ia mainkan. Untuk menambah referensi, ia mengamati perilaku bandit di dunia nyata serta menonton film-film klasik yang mengetengahkan jalan hidup bandit.
"Beda-beda sih kesulitannya. Kalau lakon sebelumnya saya jadi wanita, di pementasan ini saya mesti banyak bernyanyi. Apalagi di bagian akhir, saya mesti teriak-teriak sendiri," ujar Rangga.
Pementasan Opera Ikan Asin kali ini menampilkan Budi Ros, Cornelia Agatha, Sari Madjid Prianggoro, Alex Fatahillah, Asmin Timbil, Raheli Dharmawan, Budi Suryadi, Daisy Lantang, Ratna Ully, Naomi Lumban Gaol, Suntea Sisca, Dana Hassan, Ariffano Marshall, Allen Guntara, Sir Ilham Jambak, Julung Ramadan, Bangkit Sanjaya, Bayu Dharmawan Saleh, Adri Prasetyo, Sekar Dewantari, Netta Kusumah Dewi, Joind Byuwinanda dan Rangga Riantiarno.
Para pemain tersebut akan dibalut dengan keindahan kostum dari Samuel Wattimena, koreografi oleh Ratna Ully, dan bimbingan vokal dari Naomi Lumban Gaol serta tata rias garapan Sena Sukarya dan PAC Martha Tilaar memperkuat aksi pemain. Lirik-lirik gubahan N. Riantiarno disertai komposisi musik Kurt Weill dengan aransemen garapan Fero Aldiansya Stefanus semakin menghiasi lakon ini.
Tata artistik dan tata cahaya panggung digarap oleh Taufan S. Chandranegara, didukung oleh Pimpinan Panggung Sari Madjid Prianggoro, pengarah teknik Tinton Prianggoro serta pimpinan produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan co-sutradara Ohan Adiputra dan Sutradara N. Riantiarno.
Opera Ikan Asin dapat disaksikan di Ciputra Artpreneur Jakarta mulai dari tanggal 2 hingga 5 Maret 2017, pukul 19.30 WIB kecuali hari Minggu, pukul 13.30 WIB.
(sul)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.